aksi sosial - Heru Susetyo Nuswanto

Download Report

Transcript aksi sosial - Heru Susetyo Nuswanto

AKSI KOMUNITAS
PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN
MASYARAKAT DAN INTERVENSI
KOMUNITAS
(ISBANDI RUKMINTO ADI, LP FEUI 2001)
A. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN
BALDOCK 1974, mengemukakan 4 fase
sejarah aksi komunitas (community work)
Fase 1 : Tahun 1880 an – 1920 an.
Muncul profesi Peksos, ex. Organisasi amal (The
Charity Organization Society) sbg akar munculnya
social case work dalam mengorganisir bantuan.
Fase 2 : Tahun 1920 an – 1950 an
Munculnya ide komunitas Rukun Tetangga (neighbourhood)
Meningkatnya peran pemerintah tingkat pusat maupun daerah dalam
pembangunan. Sentralnya gerakan aksi sosial.
Fase 3 : Tahun 1960 an – 1970 an
Reaksi gagasan komunitas RT menjadi basis Case Work yang menekankan pentingnya klpk masyarakat mempunyai identitas profesional
sbg Community Worker
fase munculnya Pendekatan
Consensus (Consensus Approach). Salah satu dokumen yg paling
berpengaruh “Gulbenkian Report th 1968” yg menguraikan area
Comm. Work & proposal Pelatihan yg menjembatani teori dan praktek
dalam intervensi makro.
Fase 4,
Para Community worker mengembangkan
pendekatan-2 bersifat radikal & berbau politis
aksi komunitas menggambarkan partisipasi yang
dilakukan melalui Konflik antara kelompok
komunitas dengan pihak berwenang / Pemerintah /
Pembuat kebijakan.
CIRI KHAS
AKSI KOMUNITAS
(GLEN 1993)
1.Tujuan Penggalangan kekuatan
Issue-2 yang kongkrit, merisaukan /tidak
menyenangkan oleh suatu komunitas dapat
menjadi tenaga penggerak untuk mengorganisir kekuatan yang akan memunculkan
solideritas kolektif
merupakan tenaga penggerak/energi
utama dalam gerakan komunitas.
2. Pendekatan yg menggunakan strategi
& teknik yg bersifat konflik.
“Kelompok aksi komunitas memandang
sasaran sebagai musuh”
a. Taktik bekerjasama (Collaborative)
menduga sasaran mau bekerjasama
sesuai dg norma kelompok aksi.
b. Taktik kampanye (petisi, surat terbuka
pawai)
c. Taktik bersifat memaksa (coercive),
konfrontasi langsung (bila sasaran
tdk merespon tututan).
3. Community Worker/Organizer
biasanya aktifis profesional
a. Aktifis dari luar komunitas
b. Pengalaman profesional terkait
issue dalam aksi kelompok.
c. Tugas aktifis : pengorganisasian
pergerakan, memobilisasi dan
agitasi.
B. KARAKTERISTIK & STRATEGI
INTERVENSI
Zender 1990,
16 Preposisi yg perlu dipertimbangkan
dalam menciptakan aksi komunitas yg
berpengaruh thdp pengambilan
keputusan/kebijakan
Individu membentuk klpk aktifis bila situasi harus
berubah, keadaan yg memungkinkan terbentuknya kelompok
Individu membentuk klpk aktifis bila situasi harus berubah, keadaan yg
aksi :
memungkinkan terbentuknya kelompok aksi :
a.
Adanya
kondisi
ygmenyenangkan
tdk menyenangkan
atau ada masukan
a. Adanya
kondisi
yg tdk
atau ada masukan
untuk
kondisi.
untukmemperbaiki
memperbaiki kondisi.
b. Adanya
kemungkinan
keadaan
yang lebih
menyenangkan
b.
Adanya
kemungkinan
keadaan
yang
lebih menyenangkan
dapat diwujudkan.
dapat diwujudkan.
c. Keyakinan warga bahwa dg usaha bersama akan berhasil
c.
Keyakinan
wargamendukung
bahwa dg
usaha bersama akan berhasil
d. Kondisi
masyarakat
aktifitas.
d. Kondisi masyarakat mendukung aktifitas.
1.
2. Metoda untuk melakukan aksi komunitas
menentukan tingkat formalitas properti kelompok
yang dibentuk, preposisi didasari
tiga ide utama :
a. Pemimpin kelompok harus mengembangkan properti sebagai upaya mempengaruhi kelompok
sasaran dengan menciptakan peran-2 anggota
kelompok, relasi antar anggota, rincian tugas.
b. Bentuk kelompok formal sebagai birokrasi
kecil, bentuk kelompok informal mempunyai
karakteristik yg fleksibel dan kelompok
formal & non-formal
c. Aktifis membentuk klpk formal bila ingin
membatasi, dan sebaliknya.
3. Empat Motivasi yang yang mendasari anggota
kelompok komunitas dalam merubah keadaan :
Zender 1990.
a. Motif yang berorientasi pada kepentingan
diri pribadi (Self Oriented Motive)
b. Keinginan untuk tercapainya keberhasilan
kelompok (Desire For Group)
c. Keinginan untuk menyenangkan orang lain
(the desire to benefit others)
d. Keinginan untuk membantu masyarakat/
komunitas (The Desire To Benefit The
Community).
Keempat motivasi dapat menentukan
perilaku dari anggot Komunitas/aktivis
yang terlibat dalam kegiatan.
Satu motivasi dapat muncul sendiri tanpa
hadirnya motivasi yang lain
4.
Keinginan anggota masyarakt untuk berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok ditentukan oleh kuat
lemahnya motivasi mereka untuk terlibat dalam
kegiatan tersebut. Kuat lemahnya motivasi merupakan perpaduan dari tiga faktor :
a. Kekuatan dari motif yang terkait dengan 4 orientasi point ke 3.
b. Nilai dari insentif yang akan didapat.
c. Kemungkinan (probabilitas) untuk berhasil
semakin besar kemungkinan berhasil maka akan
semakin besar partisipasinya
5. Community Worker sebagai Ketua Kelompok meningkatkan
kesiapan anggota u/ melakukan kegiatan melalui penguatan
dari ketiga aspek motivasi (keinginan anggota, nilai insentif,
yg didapat dan persepsi terhadap pencapaian insentif
Melalui :
a. Penguatan Keinginan anggota komunitas untuk
melaksanakan perubahan
b. Memperlihatkan pentingnya insentif dapat memuaskan
anggota komunitas
c.
Meningkatkan keyakinan anggota untuk mencapai tujuan
6. Para Aktivis berusaha menghindari munculnya tantangan
(oposisi), karena kegiatan akan tidak efektif.
7.
Tiga Pertimbangan Aktivis dalam menyeleksi metoda yang
digunakan :
a. Bagaimana kekuatan/kemampuan metode dalam
mempengaruhi penerima pesan
b. Bagaimana metode dapat mengadaptasi nilai mereka
c. Bentuk kepuasan seperti apa yang dapat muncul dari
penggunaan metode tsb.
Agen perubahan biasanya memilih metode yang dapat
memuaskan mereka dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang mereka anut
aktivis akan memberikan
prioritas utama pada kebutuhan-2 kelompok sasaran serta
memfasilitasi kelembagaannya, kebebasan menentukan
pendapat dengan menggunakan metode yang persuasif,
menekan kelompok sasaran (Pressuring Method dan
In Between method).
8. Metoda Permisif, agen perubahan berperan
sebagai model, pemberi informasi, advisor,
negosiator, ataupun pakar (problem solvers).
Perubahan yg terjadi tdk radikal, klpk
sasaran dpt bertindak lebih efektif, lebih
bermotivasi, tdk merasa tertekan
9. Jika kelompok sasaran perubahan tidak dapat dipersuasi
dan menolak perubahan, maka aktivitas akan
menggunakan metoda menekan (Pressuring Method)
10.
Aktivitas akan memperkuat motiv/keinginan yg bermakna
bagi kelompok sasaran dengan cara mengingatkan/
menyegarkan kembali pd keinginan/dorongan untuk
berubah.
11.
Jika ingin berhasil agen perubahan harus mampu
menampilkan kelebihan proposal guna melawan keyakinan
ygtelah ada pada diri kelompok sasaran. Bila tidak maka
akan ditolak oleh kelompok sasaran
12. Ketika kelompok
sasaran ditekan untuk melakukan
perubahan, mereka cenderung
menerima bila meyakini agen ingin
memecahkan masalah secara
konstruktif. Kelompok sasaran lebih
Memiliki kekuasaan yang legal dan
mapan dibanding agen
perubahan
Syarat pemecahan masalah yang
Konstruktif :
1. Agen perubahan mengangkat isueu
untuk dibahas.
2. Isue yang dibahas masih menjadi
dilema keduabelah pihak
3. Kelompok sasaran harus mau
mendengarkan/merespon masukan
secara rasional & tidak bersifat
defensif
13. Agen Perubahan bersikap melawan kelompok sasaran ;
Membatasi kebebasan pembuat kebijakan dengan membuat
Tuntutan sepihak yang kurang jelas, membuat ancaman,
Argumen yang bertentangan, mencemooh dan lain-lain
Sebenarnya agen perubahan dapat memfokuskan diri pada
Person yang dominan dalam kelompok pembuat kebijakan
Dengan melakukan pendekatan dan menjelaskan bahwa
Proposal yang diajukan tidak untuk perubahan yang
Drastis, dapat diuji cobakan secara bertahap
14. Ketika Kelompok
pembuat kebijakan
bertahan, dapat
memunculkan sikap
agen perubahan bertahan
juga. Hal ini dapat menyebabkan saling bertentangan
/bermusuhan dan dapat
bersifat destruktif
Untuk mendapatkan hasil
Win-win, semua pihak
harus menenangkan diri
dan berfikir jernih dg
Kepala dingin
sebelum beraksi ataupun
reaksi
15. Agen perubahan akan puas bila inovasinya bermanfaat
dan mencapai target yang ditetapkan. Sebaliknya pembuat
kebijakan hanya sedikit puas walau perubahan berhasil,
karena inovasi bukan dari pembuat kebijakan. Oleh
karena itu mereka cenderung bersifat bertahan.
16. Ketika agen perubahan tidak mau menerima jawaban tidak
maka pembuat kebijakan akan menghambat kebebasan
aksi perubahan dengan kekuasaan yang dimiliki.
Contoh : penerapan jam malam, UU anti subversi, membuat
hambatan demonstrasi, melarang orang-orang berkumpul
dalam jumlah besar.
KESIMPULAN
Fakta yang ada, terlihat bahwa pendekatan aksi komunitas
membolehkan dilakukan intervensi yang bersifat memaksa
(coercive)
Zender & Glen menempatkan pendekatan
sebagai Pressuring Method.
Tiga bentuk Aksi Coercive :
1. Aktivis mencampuri usaha kelompok sasaran (sering
dilakukan oleh aktivis Indonesia)
2. Aktivis membatasi kebebasan/mensandera kelompok
sasaran
2. Aktivis mengancam akan menyakiti kelompok sasaran
Di Indonesia Intervensi yang dilakukan, adalah melakukan
Pemblokiran, 5 (lima) Jenis Pemblokiran :
1. Aksi mogok duduk, diikuti mogok makan & mogok minum
2. Aksi menciptakan hambatan/halangan
aksi mogok
kerja sabotase peralatan.
3. Memasuki rapat pimpinan
menyampaikan tuntutan
dan Berdialog
4. Aksi Boikot
tidak membeli produk buatan AS
5. Demonstrasi bersifat merusak benda-2 yang dikuasai
kelompokSasaran (membakar, merusak, menjarah)
Kuda Tuli 1997 & Mei Kelabu ‘98