konsep dasar klab

Download Report

Transcript konsep dasar klab

KONSEP DASAR
“KLAB”
MANUSIA ADALAH MAKHLUK BERAGAMA
(homo religious)

Sifat hakiki manusia adalah makhluk
beragama, yaitu makhluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami
dan menerima nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari agama, serta
sekaligus menjadikan kebenaran
agama itu sebagai referensi sikap dan
perilakunya.
Manusia adalah makhluk budaya

Hal (kebudayaan) tersebut tampak dalam
kehidupan sehari-hari, dalam bentuk
perilaku tertentu, sikap, olah fikir, rasa,
karsa dan budi. Pada saat Tuhan ciptakan
manusia dengan kelengkapan akal pikiran
dan hati nurani, maka saat itu juga
manusia telah menjadi makhluk budaya.
Keterkaitan agama dan budaya

Agama dan budaya mempunyai
independensi masing-masing,
meski keduanya saling terkait.
Kelahiran agama sangat terkait
dengan konstruksi budaya, dan
Perkembangan budaya juga tidak
lepas dari kelahiran agama.
Perkembangan agama dan budaya
Perkembangan agama dan budaya sangat
tergantung pada perkembangan
masyarakat.
 Semakin maju masyarakatnya, semakin
berkembang budayanya.
 Semakin modern masyarakatnya semakin
baik pemahaman dan pengamalan
agamanya.

ASUMSI DASAR KLAB
Asumsi dasar KLAB adalah bahwa
kehidupan manusia di dunia ini (individu
atau masyarakat) terbentuk atau dibentuk
oleh lingkungan budaya dan agama yang
beragam.
 Dalam hubungan keluarga dan masyarakat
sangat mungkin muncul “masalah–masalah”
yang kadang kala tidak bisa diselesaikan
sendiri, sehingga butuh bantuan orang lain,
yakni seorang konselor.

DEFENISI KLAB

Konseling lintas agama budaya adalah
“suatu proses konseling yang
melibatkan antara konselor dan klien
yang berbeda budaya atau agamanya,
dan dilakukan dengan memperhatikan
budaya dan agama subyek yang
terlibat dalam konseling”.

LATAR BELAKANG PERLUNYA KLAB
1. Adanya kecenderungan budaya global dan transformasi
budaya, dimana kehidupan masyarakat semakin terdiri dari
berbagai budaya yang selalu berinteraksi dan berubah.
2. Bahwa setiap agama dan budaya akan membentuk pola
kepribadian, pola bertingkah laku secara khusus, termasuk
dalam proses konseling.
3. Adanya proses akulturasi atau percampuran antara budaya.
4. Adanya berbagai keterbatasan, hambatan dalam praktek
konseling yang selama ini dilakukan, terutama pendekatan
psikodinamik, behavioristik, eksistensihumanistik, yang kurang
mempertimbangkan aspek budaya.
5. Adanya berbagai pendekatan konseling yang bersumber dari
nilai-nilai agama dan budaya asli masyarakat (indegineous
value), dan berkembang dalam praktik konseling di masyarakat.
UNSUR-UNSUR KLAB
1. Klien sebagai individu yang unik, yang memiliki
unsur-unsur budaya tertentu yang berpengaruh pada
sikap, bahasa, nilai-nilai, pandangan hidup, dan
sebagainya.
2. Konselor sebagai individu yang unik juga tidak
terlepas dari pengaruh unsur-unsur budaya seperti
halnya klien yang dilayani.
3. Dalam hubungan konseling konselor harus menyadari
unsur-unsur tersebut dan menyadari bahwa unsurunsur budaya itu akan mempengaruhi keberhasilan
proses konseling.
AZAS-AZAS KLAB
1.
2.
3.
4.
5.
Asas keterbukaan
Asas kegiatan
Asas kenormatifan
Asas keahlian
Asas alih tangan
AZAS-AZAS KONSELING
1). Asas kerahasiaan, 2). Asas kesukarelaan,
3). Asas keterbukaan, 4). Asas kegiatan, 5).
Asas kemandirian, 6). Asas kekinian, 7). Asas
keterpaduan, 8). Asas kedinamisan, 9). Asas
kenormatifan, 10). Asas keahlian, 11). Asas
alih tangan
ASPEK-ASPEK KLAB




Latar belakang agama dan budaya
yang dimiliki oleh konselor,
Latar belakang agama dan budaya
yang dimiliki oleh klien,
Asumsi-asumsi terhadap masalah
yang dihadapi selama konseling,
Nilai-nilai yang mempengaruhi
hubungan dalam konseling,
KONSEP DASAR KLAB
•
•
Dalam konseling lintas agama,
pengutamaan nilai adalah pada nilai
moral dan spiritual keagamaan dan
cara-cara bantuan yang khas
keagamaan, sesuai dengan agamaagama yang bersangkutan
Dalam konseling lintas budaya,
harus mengacu pada budaya yang
berkembang pada lingkungan klien,
dengan pertimbangan akal sehat,
mistik, barangkali supernatural,
bersifat turun-temurun, tradisional.
KLAB

Konseling yang kita
maksud di sini merupakan
kiat pemberian bantuan
bernafas agama, berakar
pada budaya kita, dan
mempunyai landasan
ilmiah.