Transcript Reinventing

Teaching Material
PROGRAM PASCASARJANA
2008
REINVENTING GOVERNMENT
Dr. Kusnu Goesniadhie S., SH.MHum.
Pengertian
Menurut David Osborne dan Ted Gaebler dalam “Reinventing Government: How the Entrepreneural
Spirit is Transforming the Public Sector”, reformasi dipahami sebagi revitalization, srengthening,
reinventing dan reengineering.
Revitalization (revitalisasi), diartikan sebagai proses penggiatan kembali/penghidupan kembali organ
yang kurang berfungsi agar sistem yang ada dalam tubuh dapat berjalan normal kembali. Apabila ada
organ tubuh manusia tidak berfungsi, maka perlu dilakukan revitalisasi agar organ tersebut berfungsi
kembali sehingga tidak mempengaruhi organ tubuh lainnya.
Srengthening (penguatan), diartikan sebagai penambahan tenaga (energi, kemampuan) dari
orang/perangkat/lembaga yang selama ini kurang mampu menjadi lebih mampu menjalankan fungsinya.
Reinventing, diartikan sebagai upaya untuk menemukan (kembali, kenali) wawasan, nilai dan strategi
baru.
Reengineering, diartikan sebagai usaha untuk membangun, merancang, mendesain, merenovasi,
merekayasa kembali, pemerintahan sesuai dengan temuan-temuan baru.
Penataan ulang birokrasi semakin serius didiskusikan untuk mendapatkan satu pemahaman bersama
tentang bagaimana caranya organisasi publik mampu bekerja lebih progresif seperti ditunjukkan
organisasi bisnis atau privat, namun tetap berada dalam koridor good governance. Sebaliknya,
bagaimana agar organisasi publik bisa bekerja lebih sehat dan bersih namun tetap bisa bekerja progresif.
Continued …
Reinventing Government adalah “transformasi system dan organisasi pemerintah secara
fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis dalam efektifitas, efesiensi, dan
kemampuan mereka untuk melakukan inovasi. Transformasi ini dicapai dengan mengubah
tujuan, system insentif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya system, dan
organisasi pemerintahan”.
David Osborne and Peter Plastrik, 1996.
Pembaharuan adalah dengan penggantian system yang birokratis menjadi system yang
bersifat wirausaha.
Pembaharuan dengan kata lain membuat pemerintah siap untuk menghadapi tantangantantangan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat, menciptakan organisasi-organisasi
yang mampu memperbaiki efektifitas dan efisiensi pada saat sekarang dan di masa yang
akan datang.
Rethinking the government merupakan upaya untuk menjadikan pemerintah lebih
bertorientasi pada strategic thinking, strategic vision, and strategic management.
Salah satu bentuk New Public Management adalah model pemerintahan Osborne and
Gaebler (1992) yang tertuang di dalam konsep “Reinventing Government”.
10 Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan
Reinventing Government Concept
David Osborne and Ted Gaebler menawarkan sepuluh langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah,
sebagaimana kisah sukses sektor publik di Amerika Serikat dalam melaksanakan transformasi praktek
penyelenggaraan pemerintahan.
Kesepuluh prinsip tersebut sebagai upaya reengineering pemerintahan, meliputi:
1. Catalytic Government (Steering Rather Than Rowing)
Prinsip ini menganjurkan bahwa sebaiknya pemerintah lebih berperan sebagai pengendali daripada sebagai
pelaksana.
Pemerintahan Katalis:
1) Memisahkan fungsi “mengarahkan” (kebijaksanaan dan regulasi) dari fungsi “mengayuh” (pemberian layanan
dan
compliance).
2) Peranan pemerintah lebih sebagai fasilitator daripada langsung melakukan semua kegiatan operasional.
3) Pemerintah hanya memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-pemerintah.
4) Metode-metode yang digunakan antara lain: privatisasi, lisensi, konsesi, kerjasama operasional, kontrak,
voucher,
insentif pajak, dan sebagainya.
2. Community Owned Government (Empowering Rather Than Serving)
Memberdayakan masyarakat daripada melayani, upaya pemberdayaan masyarakat akan memberikan hasil yang
lebih optimal daripada sekedar melayani.
Pemerintahan Milik Masyarakat:
1) Mendorong mekanisme kontrol atas pelayanan lepas dari birokrasi dan diserahkan kepada masyarakat.
2) Masyarakat dapat membangkitkan komitmen mereka yang lebih kuat, perhatian lebih baik dan lebih kreatif
dalam
memecahkan masalah.
3) Mengurangi ketergantungan masyarakat kepada pemerintah.
4) Dengan kata lain pemerintah memberikan wewenang kepada (memberdayakan) masyarakat sehingga mereka
mampu
menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community). Sebagai misal, untuk dapat
Continued …
3. Competitive Government (Injecting Competition Into Service Delivery)
Prinsip ini berupaya menciptakan adanya iklim kompetisi bagi organisasi pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah wirausaha berusaha menciptakan kompetisi
karena kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghambat biaya sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa
harus memperbesar biaya.
Pemerintahan yang Kompetitif:
1) Pemberian jasa/layanan harus bersaing dalam usaha berdasarkan kinerja dan harga.
2) Persaingan adalah kekuatan yang fundamental yang tidak memberikan pilihan lain yang harus
dilakukan
oleh organisasi publik.
3) Pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah tidak bersifat monopoli tetapi harus bersaing.
4) Masyarakat dapat memilih pelayanan yang disukainya. Oleh karena itu pelayanan hendaknya
mempunyai
alternatif.
4. Mission Driven Government (Transforming Rule–Driven Organization)
Prinsip ini didasarkan pada pandangan bahwa “pemerintahan yang digerakkan oleh misi akan bekerja
lebih efisien dibandingkan pemerintah yang digerakkan oleh peraturan semata”. Mengubah organisasi
yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi, apa yang dapat dan
tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah diatur dalam mandatnya. Namun tujuan pemerintah
bukanlah mandatnya, tetapi misinya.
Pemerintahan yang Digerakkan oleh Misi:
1) Secara internal, dapat dimulai dengan dengan mengeliminasi peraturan internal dan secara radikal
menyederhanakan sistem administrasi.
2) Perlu ditinjau kembali visi tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.
3) Misi pemerintah harus jelas dan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
misi
tersebut
Continued …
5. Result Oriented Government (Funding Outcomes Not Input)
Perhatian pemerintah sebaiknya lebih terfokus pada pencapaian kinerja yang lebih baik dan bukan pada kepatuhan
terhadap prosedur, oleh karenanya birokrasi yang berbelit-belit harus ditinggalkan. Pemerintah wirausaha berusaha
mengubah bentuk penghargaan dan insentif dengan cara membiayai hasil dan bukan masukan. Pemerintah
mengembangkan suatu standar kinerja yang mengukur seberapa baik suatu unit kerja mampu memecahkan
permasalahan yang menjadi tanggung-jawabnya. Semakin baik kinerjanya, semakin banyak pula dana yang
akan dialokasikan untuk mengganti semua dana yang telah dikeluarkan oleh unit kerja tersebut.
Pemerintahan yang Berorientasi Pada Hasil:
1) Penilaian terhadap kinerja instansi pemerintah harus didasarkan pada hasil (outcomes) yang dicapai, bukan pada
sumberdaya (inputs) yang diperoleh.
2) Prosedur kerja yang berbelit-belit harus dihilangkan.
3) Ukuran kinerja yang digunakan dengan cara penetapan target, memberikan penghargaan kepada instansi-instansi
yang mencapai atau melebihi target, serta menjabarkan tingkat kinerja yang diharapkan sesuai dengan harga yang
dibayarkan dengan rela.
6. Customer Driven Government (Meeting the Needs of the Customer, Not the Bureaucracy)
Prinsip ini memandang rakyat sebagai pelanggan yang wajib dilayani dengan sebaik-baiknya, sedangkan pemerintah
sebagai pelayannya. Pemerintah wirausaha akan berusaha mengidentifikasi pelanggan yang sesungguhnya. Dengan
cara seperti ini, tidak berarti bahwa pemerintah tidak bertanggungjawab pada dewan legislatif, tetapi sebaliknya,
pemerintah menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda (dual accountability) kepada legislatif dan masyarakat.
Pemerintahan yang Berorientasi Pada Pelanggan:
1) Pelayanan masyarakat harus berdasarkan pada kebutuhan riil, dalam arti apa yang diminta oleh masyarakat.
2) Memperlakukan masyarakat umum sebagai pelanggan.
3) Instansi pemerintah harus responsif terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen.
4) Perlu dilakukan penelitian untuk mendengarkan pelanggan mereka.
5) Perlu penetapan standar pelayanan kepada pelanggan.
6) Pemerintah perlu meredesain organisasi mereka untuk memberikan nilai maksimum kepada para pelanggannya.
Continued …
7. Enterprising Government (Earning Rather Than Spending)
Pemerintah memfokuskan kemampuannya tidak untuk membelanjakan uang akan tetapi bagaimana
menghasilkannya, dengan kata lain mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.
Pemerintahan Wirausaha:
1) Pemerintah wirausaha memfokuskan enerjinya bukan hanya membelanjakan uang (melakukan
pengeluaran anggaran) melainkan memperolehnya.
2) Dapat diperoleh dari biaya yang dibayarkan pengguna dan biaya dampaknya (impact fees);
pendapatan
atas investasinya dan dapat menggunakan insentif seperti dana usaha (swadana).
3) Partisipasi pihak swasta perlu ditingkatkan sehingga dapat meringankan beban pemerintah.
4) Mengembangkan pusat-pusat pendapatan dari proses penyediaan pelayanan publik, misalnya: BPS
dan
Bappeda, yang dapat menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian;
BUMN/BUMD;
pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan masyarakat; penyertaan
modal; dan
lain-lain.
8. Anticipatory Government (Prevention Rather Than Cure)
Pemerintah yang antisipatif akan berupaya melakukan pencegahan daripada melakukan perbaikan,
karena biaya pencegahan jauh lebih murah dibanding memperbaiki setelah masalah terjadi.
Pemerintahan Antisipatif:
1. Berusaha mencegah masalah daripada memberi pelayanan untuk memperbaiki masalah.
2. Pemerintah harus selalu mengantisipasi masalah publik agar mampu melakukan tindakan preventif
(pencegahan).
3. Ini akan menghasilkan biaya yang jauh lebih murah dari pada mengatasi masalah.
4. Perlu ditetapkan perencanaan yang strategis, serta melihat visi kedepan untuk tinjauan ke masa
Continued …
9. Decentralized Government (From Hierarchy to Participation and Teamwork)
Pelimpahan wewenang dari pemerintahan pusat kepada daerah dalam hal-hal tertentu.
Pemerintahan Desentralisasi:
1) Menurunkan wewenang melalui organisasi, dengan mendorong mereka yang berurusan
langsung
dengan pelanggan untuk lebih banyak membuat keputusan. Memberikan kesempatan pada
masyarakat, sosiasi-asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat untuk
berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan.
2) Tujuannya adalah untuk memudahkan partisipasi masyarakat, serta terciptanya suasana kerja
tim.
3) Pejabat yang langsung berhubungan dengan masyarakat (front-line workers) harus diberi
kewenangan yang sesuai. Karena dengan kewenangan yang diberikan akan memungkinkan
terjadinya koordinasi “cross functional” antar semua instansi yang terkait.
10. Market Oriented Government (Leveraging Change Through the Market)
Pemerintah perlu melakukan perubahan organisasi berdasarkan mekanisme pasar. Mengadakan
perubahan dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme
administratif (sistem prosedur dan pemaksaan).
Pemerintahan yang Berorientasi Pasar:
1) Lebih baik merestrukturisasi pasar guna memecahkan masalah daripada menggunakan
mekanisme
administrasi seperti pemberian layanan atau regulasi, komando dan kontrol.
2) Tidak semua pelayanan publik harus dilakukan oleh pemerintah sendiri.
3) Kebijaksanaan publik harus dapat memanfaatkan mekanisme pasar untuk memenuhi
kebutuhan
msyarakat.
Sasaran akhir dari konsep Reinventing Government adalah terwujudnya a smaller, better,
faster, and cheaper government dan bermuara pada tercapainya pelayanan terbaik pada
masyarakat.
Implementasi pelaksanaan Reinventing Government Concept, tersebut dapat ditempuh
melalui tiga agenda penting, yaitu:
Public-Private Partnership atau Privatisasi.
Budgeting Reform.
Organizational Development and Change.
Dengan menempatkan posisi pemerintah untuk lebih berperan sebagai pengatur dan
pengendali daripada sebagai pelaksana langsung fungsi pelayanan umum (public service),
selain akan merangsang kreativitas dan semangat inovasi individu dari masyarakat sekaligus
menghilangkan ketergantungan masyarakat pada pemerintah.
Reinventing Government Concept merupakan sebuah model dari kisah keberhasilan negara
Amerika Serikat dalam menerapkan berbagai upaya strategi dan pendekatan dalam
melakukan transformasi praktek penyelenggaraan pemerintahan.
Namun menjadi relevan karena menawarkan sebuah perubahan paradigma yang merupakan
pembalikan mental model birokrat dari keadaan yang lebih suka dilayani menjadi suka
melayani dalam prinsip “Customer Driven Government”, sehingga bila semula pimpinan
birokrasi berada pada piramida tertinggi dan warga negara sebagai customer berada pada
posisi di bawah, menjadi sebaliknya customer berada pada piramida tertinggi, sedangkan
pimpinan birokrasi berada pada posisi paling bawah.
Artinya kembali pada rumusan dasar, bahwa “Pegawai Negeri adalah abdi negara dan abdi
masyarakat”.
Simpulan
Catalytic
Government
Competitive
Government
Community Owned
Government
Mission Driven
Government
Result Oriented
Government
Administrasi Negara
Yang Berintikan Prinsip
Enterprising
Government
Customer Driven
Government
Anticipatory
Government
Market Oriented
Government
Decentralized
Government
Output yang diharapkan
Terwujudnya
A Smaller, Better, Faster, and Cheaper Government
bermuara pada tercapainya pelayanan terbaik pada masyarakat
(Public Service)
Referensi:
Osborne,
David and Ted Gaebler, 1992, Reinventing Government: How the
Entrepreneural Spirit Is Transforming the Public Sector from Schoolhouse to
Statehouse, City Hall to Pentagon, Reading, MA: Addison Wesley.
Osborne, David and Peter Palstrik, 1996, Banishing Bureaucracy: The Five Stategy For
Reinventing Government, New York: Addison Wesley Publishing Company,
Inc.