ANTI HIPERTENSIVA

Download Report

Transcript ANTI HIPERTENSIVA

ANTI HIPERTENSIVA
Oleh:
Rina Yuniarti, S.Farm, Apt
Pengertian




Hipertensi sebenarnya bukanlah suatu
penyakit, melainkan merupakan suatu kelainan
suatu gejala dari gangguan pada mekanisme
regulasi Tekanan Darah.
TD = Sistol/Diastol (mmHg)
Sistol : tekanan pada dinding arteliole sewaktu
jantung menguncup
Diastol : bila keadaan jantung mengendur
kembali.
Regulasi Tekanan Darah
Ginjal memegang peranan penting pada pengaturan tingginya
TD, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yaitu
RENIN-ANGIOTENSIN (RAS). Bila volume darah yang
mengalir melalui ginjal berkurang dan TD di glomeruli ginjal
menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka
ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis
renin. Dalam plasma, renin ini menghidrolisa protein
Angiotensinogen (yang terbentuk dalam hati) menjadi
angiotensin I (AT I ). Zat ini diubah oleh enzim ACE (
Angiotensin Converting Enzim ) yang disintesa antara lain di
paru-paru, menjadi zat aktif angiotensin II (AT II). AT II ini antara
lain berdaya vasokontriktif kuat dan menstimulasi sekresi
hormon aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi garam
dan air. Akibatnya ialah volume darah dan TD naik lagi menjadi
normal.
Disamping regulasi hormonal tersebut dengan RAS,
masih terdapat beberapa faktor fisiologis yang dapat
mempengaruhi TD, antara lain :
1.
2.
3.
Volume pukulan jantung, yaitu jumlah darah yang pada setiap
kontraksi dipompa keluar jantung.
Semakin besar volume ini, semakin tinggi TD. Beberapa zat misal
garam dapur (NaCl) dapat mengikat air, sehingga volume darah
total meningkat. Sebagai efeknya tekanan atas dinding arteri
meningkat pula dan jantung harus memompa lebih keras untuk
menyalurkan volume darah yang bertambah. Hasilnya TD akan
naik.
Kelenturan dinding arteri
Pembuluh yang dindingnya sudah mengeras karena endapan
kolesterol dan kapur (atheroma) mengakibatkan TD lebih tinggi
dibandingkan dinding yang masih elastis.
Pelepasan neurohormon
Antara lain : adrenalin dan noradrenalin, yang berkhasiat antara lain
menciutkan arteri perifer hingga TD naik.
Ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan TD secara reversibel,
antara lain:



Garam, ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga
volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan
pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek
vasokontriksi noradrenalin.
Drop (liquorice), sejenis gula-gula yang dibuat dari
succus liquiritae mengandung asam glizirinat dengan
khasiat retensi air.
Stress (ketegangan emosional) dapat meningkatkan TD
untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan
noradrenalin (hormon stress), yang bersifat
vasokontrikstif. TD meningkat pula pada waktu
ketegangan fisik (pengeluaran tenaga, olah raga)
Ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan TD secara reversibel,
antara lain:




Merokok. Nikotin dalam rokok berkhasiat vasokontriksi
dan meningkatkan TD. Merokok memperkuat efek buruk
hipertensi terhadap sistem pembuluh.
Pil anti hamil, mengandung hormon wanita estrogen,
yang juga bersifat retensi garam dan air.
Hormon pria dan kortikosteroida juga berkhasiat retensi
air.
Kehamilan. Kenaikan TD yang terjadi selama kehamilan.
Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses di ginjal;
bila uterus direnggangkan terlampau banyak (oleh janin)
dan menerima kurang darah, maka dilepaskannya zat-zat
yang meningkatkan tekanan darah.
Penggolongan Obat Hipertensi







Diuretik (Hidroklorotiazida)
Alfa-receptor Bloker
Beta-receptor Bloker
Obat-obat SSP
Antagonis kalsium
Penghambat ACE dan AT II receptor Bloker
Vasodilator
Diuretik


Obat-obatan jenis diuretik bekerja
dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
Contoh obatannya adalah
Hidroklorotiazid
Penghambat Simpatetik


Golongan obat ini bekerja dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin
Betabloker


Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi
dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat
rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian
obat harus hati-hati.
Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung
pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
Penghambat ensim konversi
Angiotensin


Cara kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan
darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya
pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan
obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah.
Penghambat Reseptor Angiotensin II


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi
penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obatobatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul
adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta
menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka
angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
Mekanisme Kerja
• Meningkatkan pengeluaran air dari tubuh :
•
•
•
Diuretik
Memperlambat kerja jantung ; beta bloker
Memperlebar pembuluh; vasodilator langsung
(Di/Hidralazin, minoxidil), antagonis Ca,
penghambat ACE dan AT II Bloker
Menstimulasi SSP; alfa 2-agonis sentral
seperti klonodin dan moxonidin, metildopa,
guanfasin dan reserpin.
Mekanisme Kerja
• Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung
dan pembuluh, yakni:
• α1- Bloker; derivat quinazolin (prozosin,
doxazosin), ketanserin dan urapidil.
• α1 dan α2 Bloker; fentolamin
• β-Bloker; propanolol,atenolol, metoprolol, pindolol,
bisoprolol, timolol.
• α atau β- Bloker; labetolol, carvedilol.
Efek Samping

Hampir semua obat anti hipertensi
menimbulkan efek samping umum,
seperti hidung mampat (akibat
vasodilaatasi mukosa) dan mulut kering,
bradikardia, rasa letih dan lesu,
gangguan penglihatan, lambung dan
usus (mual, diare).
Lebih serius adalah sejumlah besar
efek samping khusus, antara lain:





Hipotensi ortostatik, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak
daripada dalam keadaan berbaring.
Depresi, terutama pada obat-obat yang bekerja sentral, khususnya
reserpin dan metildopa, juga β-bloker; propanolol, alprenolol dan
metiprolol.
Retensi garam dan air, dengan bertambahnya berat badan dan atau
terjadinya udem, antara lain antagonis Ca, reserpin, metildopa dan
hidralazin. Efek samping ini dapat diatasi dengan kombinasi
bersama suatu diuretik
Penurunan ratio HDL:LDL
Sejumlah obat mempengaruhi metabolisme lipid secara buruk, yakni
menurunkan kadar kolesterol-HDL plasma yang dianggap sebagai
faktor pelindung terhadap penyakit jantung pembuluh. Atau juga
meningkatkan kolesterol-LDL yang dianggap sebagai faktor resiko
bagi penyakit jantung pembuluh (PJP). Khususnya diuretik
(kelompok tiazid dan klortalidon) dan pada Beta-Bloker.
Penggunaan

Untuk mengurangi atau menghindari efek samping yang
timbul, maka digunakan dengan cara pentakaran
menyelinap, artinya dimulai dengan dosis rendah yang
berangsur-angsur dinaikkan. Dengan demikian,
penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula
obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat
dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak tinggi
(dengan akibat hipotensi kuat). Penghentian terapi pun
tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsurangsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD
dengan kuat.