klik here. - WordPress.com

Download Report

Transcript klik here. - WordPress.com

RUANG LINGKUP PRAKTEK
KEBIDANAN
BY :
AMIRUL AMALIA , SSIT., M.KES
 DEFINISI
# Secara umum Ruang Lingkup Praktik
Kebidanan (RLPK) : luas area praktik
suatu profesi
# Secara khusus RLPK : digunakan untuk
menentukan apa yg boleh/ tdk boleh
dilakukan oleh bidan
RLPK menurut ICM & IBI
Meliputi asuhan :
 Asuhan mandiri (otonom) pada anak perempuan,
remaja putri dan wanita dewasa sebelum, selama
kehamilan dan selanjutnya.
 Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab
sendiri dan merawat BBL
 Pengawasan pd kesmas di Posyandu (tindakan
pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan
pada ibu, keluarga & massyarakat
 Konsultasi dan rujukan
Wali - Tomat - Tobat Maksiat.mp3
Sasaran praktek kebidanan :
 Bayi Baru Lahir (BBL)
 Bayi
 Balita
 Anak perempuan
 Remaja putri
 Wanita praniakah
 Wanita selama hamil, bersalin, dan nifas
 Wanita masa interval & menopause
Pelayanan kebidanan haruslah berdasarkan
Standar Pelayanan Kebidanan
Adapun ruang lingkup standar pelayanan kebidanan
meliputi 24 standar
24 standar dikelompokkan menjadi :
 Standar pelayanan umum (2 standar)
 Standar pelayanan antenatal (6 standar)
 Standar pertolongan persalinan (4 standar)
 Standar pelayanan nifas ( 3 standar)
 Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri-
neonatus (9 standar)
Penjelasan !!!!!!!!
Standar Pelayanan Umum
 Standard 1 : Persiapan untuk kehidupan
keluarga sehat
 Bidan
memberikan penyuluhan dan nasehat
kepada individu, keluarga, dan masyarakat
terhadap segala hal yang berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan
umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapi
kehamilan dan menjadi calon orang tua,
menghindari kebiasaan yang tidak baik, dan
mendukung kebiasaan yang baik.
Lanjutan ……………..
 Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
 Bidan
melakukan pencatatan semua kegiatan yang
dilakukannya, yaitu: registrasi semua ibu hamil di
wilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan
kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi
baru lahir, kunjungan rumah, dan penyuluhan
kepada masyarakat. Bidan meninjau secara teratur
catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
penyusunan rencana kegiatan guna meningkatkan
pelayanan kebidanan.
Standar Pelayanan Antenatal
 Standar 3 : identifikasi ibu hamil
 Bidan
melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi
ibu,suami,serta anggota keluarga lainnya agar
mendorong dan membantu ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.
Lanjutan ……………..
 Standard 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan
Antenatal
 Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis
serta pemantauan ibu dan janin dengan
saksama untuk menilai apakah perkembangan
janin berlangsung normal.bila ditemukan
kelainan,mereka harus mampu mengambil
tindakan yang di perlukan dan merujuk untuk
tindakan selanjutnya.
Lanjutan ……………..
 Standar 5 : Palpasi Abdomen
 Bidan
melakukan pemeriksaan abdomen secara
sakama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur
kehamilan bertambah maka memeriksa posisi,
bagian terendah janin, dan masuknya kepala
janin ke dalam rongga panggul untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
Lanjutan ……………..
 Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
 Bidan
melakukan tindakan pencegahan,
identifikasi, penanganan dan rujukan untuk semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
 Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada
Kehamilan
 Bidan
menemukan sejak dini setiap kenaikan
tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda serta gejala preklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
Lanjutan ……………..
 Standar 8 : Persiapan Persalinan
 Bidan
memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami, serta keluarganya pada trimester
ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana
yang menyenangan akan direncanakan dengan
baik. Di samping itu, persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk juga harus
direncanakan bila tiba-tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah.
Standar Pertolongan Persalinan
 Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah
mulai. Kemudian memberikan asuhan dan pemantauan
yang memadai, dengan memehartikan kebutuhan klien ,
selama proses persalinan berlangsung.
Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
 Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman
dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien
serta memehartikan tradisi setempat.
 Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
 Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar
untuk mmbantu pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap.

Lanjutan ……………..
 Standar 12 : Penanganan Kala II dengan
komplikasi gawat janin melalui episiotomy
 Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda
gawat janin pada kalaII yang lama dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk
memperlancar persalinan, di ikuti dengan
penjahitan perineum.
Standar Pelayanan Nifas
 Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
 Bidan
memeriksa dan menilai bayi baru lahir
untuk memastikan pernafasan spontan,
mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuia dengan kebutuhan. Bidan juga
harus mencegah atau menangani hipotermia.
Lanjutan ……………..
 Standar 14 : Penanganan pada 2 jam pertama
setelah persalinan
 Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan
bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua
jam persalinan, serta melakukan tindakan ynag
dilakukan. Disamping itu, idan memberikan
penjelasan tenteng hal – hal yng mempercepat
pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu
untuk memulai peberian ASI.
Lanjutan ……………..
 Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa
Nifas
 Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas
melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk
membantu proses penulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar;peneuan dini,
penanganan, atau perujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan
bayi baru ahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Lanjutan ……………..
Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar
(antenatal, persalinan dan nifas), ada juga standar
penangan kegawatan obstetri-neonatus. Di bawah ini
merupakan sepuluh keadaan gawat darurat obstetrineonatus yang paling sering terjadi dan menjadi
penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir.
Standar Penanganan Kegawatan
Obstetri dan Neonatus
 Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan
pada trimeseter III

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan
pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan
perujukan.
 Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklampsia
 Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia
mengancam,serta merujuk atau memberikan pertolongan
pertama.
 Standar 18 : Penanganan kegawatan pada partus lama /
macet

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama /
macet serta melakukan penangananyang memadai dan tepat
waktu atau merujuknya.
Lanjutan ……………..
 Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan
vacuum ekstraktor
 Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi
vakum serta melakukannya secar benar ketika
memberikan pertolongan persalinan, denagn
tetap memastikan keamanan ibu dan
janin/bayinya.
Lanjutan ……………..
 Standar 20 : Penanganan retensio plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan
memberikan pertolongan pertama, termasuk
plasenta manual dan penanganan perdarahan,
sesuai degan kebutuhan.
 Standar 21 :Penanganan perdarahan postpartum
primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan
dalam 24 jam pertama setelah persalinan ( perdarahan
postpartum primer ) dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan
perdarahan.
Lanjutan ……………..
 Standar 22 : Penanganan perdarahan postpartum
sekunder

Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda serta
gejala perdarahan postpartum sekunder, dan
melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan
jiwa ibu dan merujuknya.
 Standar 23: Penanganan sepsis puerperalis

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau
merujuknya.
Lanjutan ……………..
 Standar 24 : penanganan asfiksia
neonatorum
 Bidan
mengenali dengan tepat bayi baru lahir
dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi
secepatnya, mengusahakan bantuan nedis yang
diperlukan, dan memberikan perawatan
lanjutan.
LAHAN PRAKTIK PELAYANAN
KEBIDANAN
 Praktik pelayanan kebidanan dapat dilakukan di
berbagai lokasi, sesuai dengan kondisi lingkungan
sekitar sehingga bidan dapat menjalankan praktik
pada sarana kesehatan dan prakitik perorangan.
Lahan Praktik Bidan pada sarana kesehatan
 Bidan dapat bertugas di poliklinik antenatal,
neonatus /anak ginekologi, keluarga berencana,
kamar bersalin, kamar bedah obgi, ruang rawat
obgin dan perinatal.
Lahan Praktik Bidan perorangan
 BPS
Syarat utama yang harus dipenuhi untuk
melaksanakan praktik pelayanan kebidanan adalah
memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) sebagai bukti
tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pelayananasuhan kebidanan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bidan dalam menjalankan praktiknya
harus :
 Memiliki tempat dan ruangan praktik yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
 Menyediakan tempat tidur untuk persalinan (1-5
tempat tidur)
 Memiliki peralatan minimal sesuai dengan
ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap
(protap) yang berlaku
 Menyediakan obat – obatan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku
Lanjutan ………………………..
 Bidan yang menjalakan praktik harus
mencantumkan SIPB atau fotocopi izin praktiknya di
ruang praktik atau tempat yang mudah dilihat.
 Bidan yang dalam praktiknya menyediakan lebih
dari lima tempat tidur harus memperkerjakan
tanaga bidan lainyang memiliki SIPB untuk
membantu tugas pelayanannya.
Terima Kasih
Atas
Perhatiannya