Pertemuan 11

Download Report

Transcript Pertemuan 11

BAB 6

PERTEMUAN KE - 11

Bab VI. Macam-macam alat analisa

6.1. Analisa Data Sederhana 6.2. Analisa biaya, penerimaan dan keuntungan 6.3. Analisa dengan Linear Programming 6.4. Analisa Efisiensi 6.5. Analisa Regresi 6.6. Analisa Finansial 6.7. Analisa Ekonomis 6.8. Analisa Anggaran Parsial Referensi

6.1. ANALISIS DATA SEDERHANA

Analisis ini juga dinamakan analisis tabulasi data, yang meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu : a.

Menyusun sistem klasifikasi data Data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu data diskrit dan data b.

continu. Data diskrit adalah data yang memiliki bilangan terbatas, sedangkan data continu memiliki bilangan yang tidak terbatas.

Menentukan macam variabel Variabel asalah konsep yang mempunyai variasi nilai baik dalam bentuk c.

d.

angka (seperti jumlah anak, jumlah pemilikan alat pertanian) atau bukan dalam bentuk angka (seperti benar atau salah, tanaman pokok apa yang ditanam, pelaksanaan panen dilakukan secara gotong-royong atau sendiri).

Menentukan kelas Klasifikasi data memerlukan pengelompokan data ke dalam kelas berdasarkan nilai sebuah atau beberapa buah variabel. Contoh : Data diskrit (0 – 9 ; 10 – 19), data continuos (0,0 – 0,9 ; 1,0 – 1,9).

Menentukan macam tabel yang digunakan Terdapat beberapa macam tabel :

No 1.

2.

3.

1. Tabel untuk tujuan umum: menyajikan gambaran ikhtisar untuk menyajikan data primer yang amat banyak agar mudah untuk dibaca. Contoh: Data Sensus rumah tangga Inventaris ternak Frekuensi 1 kali Tiap tahun Keterangan Untuk semua rumah tangga Inventaris alat pertanian Tiap 15, 20 hari Pencatatatan kekayaan rumahtangga berupa ternak/alat pertanian Pencatatan tentang macam dan nilai transaksi, meliputi arus uang keluar dan masuk barang dan jasa pada rumah tangga.

2. Tabel untuk tujuan khusus: tahapan yang lebih lanjut di dalam analisis, tabel-tabel tersebut dibuat untuk memperjelas beberapa bagian yang tidak terpisah dari kegiatan penelitian keseluruhannya. Data diolah sebagai rata-rata, indeks, persen dsb.

No 1.

Macam Pengeluaran Sewa ternak 2.

3.

Total Upah buruh Pembelian pupuk

Contoh : a. Satu dimensi arah

Rupiah (Rp) 1.000

2.000

3.000

6.000

Persen (%) 16,7 33,3 50 100 No

b. Dua dimensi arah (berdasarkan varietas padi dan status petani)

Varietas Padi Status Petani Rata-rata Unggul Lokal 1.

2.

Petani Pemilik penggarap Petani bagi hasil 100 70 50 20 50 45 No 1.

2.

c. Tiga dimensi arah (berdasarkan tahun, musim, kecamatan)

Tahun Kecamatan Leces Musim hujan Musim kemarau Kecamatan Kraksan Musim hujan Musim kemarau 1970-1971 1971-1972 Rata-rata

e.

1.

Penyajian data dengan gambar Grafik : dengan dua variabel 2.

3.

4.

5.

Diagram tebar : untuk menunjukkan hubungan antara 2 variabel di dalam data yang tidak jelas menunjukkan rangkaian kesatuan.

Histogram Gambar Balok Pie Chart

a.

6.2. ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN DAN KEUNTUNGAN

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : TRi = Yi . Pyi Bila komoditi yang diusahakan lebih dari satu maka rumusnya menjadi : a.

b.

c.

Dalam menghitung penerimaan usahatani, perlu diperhatikan : Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produk pertanian bisa dipanen secara serentak. Hati-hati dalam menghitung penerimaan Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir.

b. Struktur Biaya Usahatani

Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1.

Total Fixed Cost

(TFC): biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contoh : sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi. Cost TFC Output Kurva Fixed Cost 2.

Total Variable Cost

(TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan. t Cos TV C A Kurva Variable Cost N = batas kapasitas normal

3.

Total Cost

(TC) = FC + VC TC VC FC 4

. Average Cost

(AC) a.

Average Fixed Cost

yang dihasilkan.

Kurva Total Cost (

AFC

FC

)

Q

yaitu biaya tetap satuan output t Cos A FC 0 Q AFC AFC 1 AFC 2 AFC 3 AFC Q 1 Q 1 Q Kurva Average Cost

b.

Average Variable Cost

(AVC) = VC/Q , yaitu biaya variabel untuk setiap satuan output yang dihasilkan.

Cost VC K L N 0 AVC AVC 1 AVC 2 AVC 3 S minimum AVC Q 1 Q 2 Q 3 Q Kurva Average Variable Cost S = Shut down point / titik gulung tikar perusahaan gulung tikar karena AVC semakin besar. Sisi miring OK, OL dan seterusnya terlihat semakin kecil & kurva AVC meluntur ke bawah tetapi, menurunnya nnilai AVC ini terus berlangsung seterusnya, ada batasnya, yaitu ketika sisi miring ciri dengan tingkat output 0Q3 satuan. Di tingkat output tersebut AVC mencapai titik terendah dengan nilai OAVC3. Kemudian output digenjot lebih tinggi lagi dari OQ3, maka nilai AVC lebih besar lagi menjadi naik.

c. Average Total Cost (

AC

TC Q

), biaya persatuan output.

VC 0 AC minimum Q 1 Q 2 Q 3 Q Average Total Cost TC = FC + VC dan AC = AFC + AVC Tingkat output yang dihasilkan pada saat AC minimum / OQ3 satuan disebut tingkat output minimal / the optimum rate of output.

5.

Marginal Cost

= 

TC

Q MC

 

TC

Q

Kurva TC merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap dan biaya tetap merupakan konstanta, maka MC tidak lain adalah garis singgung pada kurva biaya total atau garis singgung pada kurva VC. MC memotong FC dan VC pada saat minimum.

Rp TC VC MC FC AC AV C 0 Kurva Marjinal Cost Q AF C

1.

Dalam menghitung nilai dari biaya tersebut dalam analisa biaya ada 2 cara : Analisis Finansial Dalam analisis finansial, data biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan.

Contoh : jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 100 HKSP dengan upah Rp 3.000/hari. Biaya tenaga kerjanya adalah 100 X Rp 3.000 = Rp 300.000. Bila diantara 100 HKSP tersebut, 25 diantaranya adalah tenaga 2.

kerja dalam keluarga maka nilai upah tenaga kerja yang menyewa saja adalah sebesar 75 HKSP, jadi biayanya adalah 75 X Rp 3.000 = Rp 225.000.

Analisis Ekonomi Dalam analisis ekonomi, data upah yang dipakai adalah upah menurut harga bayangan.

c. Keuntungan Usahatani

Keuntungan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Keuntungan = TR (

Total Revenue

) - TC (

Total Cost

). Bila menggunakan analisis ekonomi, maka TC biasanya lebih besar daripada menggunakan analisis finansial.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

Untuk menggali data untuk keperluan

cash flow

maka pertanyaan disajikan dalam 6 komponen : Pengenalan tempat (Propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya) Keterangan pencacahan (pewawancara/enumerator) : nama, tanggal, nama supervisi dst.

Luas panen dan produksi : jenis tanaman, sistem usahatani, jenis pengairan, jenis program intensifikasi, keadaan panen dst.

Ongkos & pengeluaran: jenis bibit, penggunaan masing-masing saprodi, biaya tetap dst.

Keterangan umum tambahan yang berhubungan dengan biaya Stock pada akhir tahun : adakah sisa persediaan tahun lalu

d. Analisis distribusi pendapatan usahatani

 Distribusi pendapatan dianalisis dengan koefisien Gini dan kurva Lorenz  Penggunaan kurva Lorenz dapat menerangkan hubungan antara proporsi pendapatan yang didistribusikan pada populasi yang ada, dan  dengan bantuan kurva tersebut bisa didapatkan nilai koefisien Gini Pada kurva Lorenz terdapat kurva yang saling berpotongan ataupun berimpit sehingga secara mutlak tidak dapat menjelaskan distribusi pendapatan petani untuk masing-masing pola diversivikasi. Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan analisis koefisien Gini (widodo, 1990)

Analisis koefisien Gini : GC = 1-_

n

1 f1 (Yi + 1 + Yi) Keterangan: GC = Koefisien Gini 0 < GC < 1; Yi = Proporsi kumultif jumlah pendapatan petani dalam kelas ke I; Yi – 1 = Proporsi kumultif jumlah pendapatan petani sebelum kelas ke I; f1 n = Proporsi jumlah petani dalam kelas ke I; = Jumlah kelas Kriteria pengujian nilai koefisien Gini (World Bank dalam Hananto, 1980): a.

0,50 – 0,70 ketidakmerataan tinggi; b.

c.

0,36 – 0,49 ketidakmerataan sedang; 0,20 – 0,35 ketidakmerataan rendah.