POTENSI-1 (Kecendrungan Beragama)

Download Report

Transcript POTENSI-1 (Kecendrungan Beragama)

TERJEMAHAN AYAT
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami),
kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan
Tuhan)"(al-A’raf:172)
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui (Rum:30)
PENAFSIRAN AYAT
 1. Akhaza: mengambil (kata ini mengisyaratkan adanya
pemisahan sesuatu dari sesuatu yang lain). Yang
dimaksud disini adalah pemisahan anak dari orang
tuanya sehingga dia menjadi mendiri.
 2. Alastu bi rabbikum: melalui ungkapan ini Allah
mengambil kesaksian dari seorang anak manusia
tentang keesaan Allah melalui potensi yang mereka
miliki serta bukti-bukti keesaan yang Dia hamparkan.
 3. Bala syahidna: semua anak manusia akan menjawab
bahwa dia bersaksi dan mengakui akan keesaan Allah.
Setiap orang pada hakikatnya memiliki pengetahuan
serta fitrah yang mengandung pengakuan akan keesaan
Allah.
 4. ada dua alasan Allah mengambil saksi:

a. agar manusia tidak mencari alasan untuk
mengatakan tidak tahu tentang keesaan Allah
karena tidak ada hidayah.
 b. agar mereka tidak menyalahkan orang
tua mereka sebagai orang yang ingkar.
 5. Peristiwa tersebut menurut sebahagian
riwayat terjadi di alam adz-dzar. Ada juga
yang menyatakan terjadi di alam rahim
setelah ditiupkannya ruh ilahi (40 hari
kehamilan).
A. Etimologi:
- Kata fitrah dapat berarti: al-insyiqaq atau alinkisar (pecah atau belah).
- Kata fitrah juga berarti: al-khilqah, al-ijad dan
al-ibda (penciptaan).
Dari sinilah muncul maknanya yang lazim
yakni:
terbukanya sesuatu dan
melahirkannya, terciptanya sesuatu atau
menjadikannya.
Dalam konteks manusia, penciptaan ini
termasuk penciptaan jasmani dan rohani.
B. Makna Nasabi
1. Fitrah berarti suci (al-thahr). Berdasarkan
hadis Nabi. Suci yang dimaksud disini bukanlah
suci bagaikan kertas putih, seperti yang
ditafsirkan selama ini (teori John Locke). Tapi
suci secara psikis, yakni suci dari dosa warisan
dan penyakit rohani.
2. Fitrah berarti potensi ber-Islam (Abu
Hurairah). Makna ini menegaskan bahwa fitrah
adalah penyerahan diri kepada yang Maha
Mutlak (sesuai dengan fitrahnya). Jika tidak,
maka berarti dia telah berpaling dari fitrahnya.
3. Fitrah juga berarti mengakui keesaan Allah
(tauhidullah). Ini adalah konsekuensi logis dari
penciptaan manusia yang berasal dari ruh Allah,
sehingga dia membawa potensi tauhid, dan selalu
berusaha mencari dan menyempurnakan
ketauhidan tersebut. Inilah makna dari ayat 172
surat al-A’raf. Perjanjian tauhid sudah dibuat oleh
manusia dengan Allah di alam ruh. Karena itulah
mustahil manusia akan berpaling dari Allah
selama hidupnya. Kalaupun ada manusia yang
berpaling (syirik), maka itu semata-mata adalah
akibat dari kesombongan dan keangkuhannya
(bukan fitrah).
4. Fitrah juga berarti kondisi selamat (assalamah) dan berkesinambungan (alistiqamah). Menurut Ibnu Abdul Bar bahwa
fitrah secara potensial merupakan keselamatan
dalam proses penciptaan. Artinya fitrah tidak
mengenal iman dan kafir. Karena iman dan kafir
muncul berdasarkan akal fikiran. Karena itulah,
menurutnya iman dan kafir baru muncul setelah
manusia akil baligh, sewaktu akal dan fikirannya
mulai berfungsi. (lihat QS. an-Nahl: 78).
5. Fitrah juga berarti perasaan yang tulus (ikhlas).
Manusia lahir senantiasa membawa sifat baik (hanif).
Ini adalah watak asli manusia yang diciptakan oleh
Allah, yakni berwatak lurus atau seimbang, tidak
berat sebelah (antara dunia dan akhirat).
6. Fitrah juga berarti kesanggupan untuk
menerima kebenaran (isti’dad li qabul al-haq).
Secara fitrah manusia itu adalah mencintai
kebenaran, dan selalu mencarinya. Namun, setelah
menemukannya, ternyata tidak semua bersedia
menerima kebenaran itu, karena pengaruh faktor
eksternal (keangkuhan dan kesombongan, itulah sifat
iblis).
7. Fitrah juga berarti potensi dasar manusia
atau perasaan untuk beribadah (syu’ur li al’ubudiyah) dan ma’rifat kepada Allah. Manusia
disuruh beribadah agar dia mengenal Allah.
Pengenalan itulah yang menjadi indikator dari
pemaknaan fitrah. Ibadah merupakan bentuk
aktualisasi diri (self actualization) yang suci dan
tertinggi.
QS. Yasin: 22, menjelaskan ada keterkaitan yang
sangat erat antara ibadah dan fitrah. Karena
eksistensi fitrah tersebut sangat tergantung pada
aktivitas/ibadah manusia.
8. Fitrah juga berarti ketetapan atau takdir
asal manusia mengenai kebahagiaan (alsa’adah) dan kesengsaraan (as-saqawat)
hidup . Manusia lahir ke duniua ini sudah
membawa ketetapan, apakah nantinya menjadi
manusia yang bahagia atau sengsara.
Pemaknaan fitrah yang tepat adalah potensi
manusia untuk menjadi baik atau buruk,
bahagian atau sengsara.
Ada tiga watak makhluk Tuhan. 1) watak hanif
ada pada manusia, 2) watak membangkang ada
pada iblis, 3) watak keta’atan ada pada malaikat .
9. Fitrah juga berarti tabi’at atau watak asli
manusia. (al-tabi’iyah al-insaniyah). Ibnu
Taimiyah membedakan antrara fitrah dengan
tabiat. Fitrah merupakan potensi bawaan lahir
yang berlabel islam dan berlaku untuk semua
manusia. Tabiat merupakan sesuatu yang
ditentukan oleh Allah melalui ilmu-Nya. Tabiat
manusia secara hakiki adalah baik, seperti apa
yang terjadi pada Nabi Adam. Meskipun suatu
saat tabiat buruk bisa muncul, tapi itu tidak
bertahan lama, dan akan kembali pada tabi’at
lama. (contah ekstrim adalah fir-’aun).
10. Fitrah juga bearti sifat-sifat Allah yang
ditiupkan kepada manusia sebelum dia
dilahirkan. Sifat itu tersimpul dalam asmaul
husna.
Tugas manusia adalah mengaktualisasikan
asmaul husna itu dengan cara menginternalisasi
sifat-sifat Allah dalam kepribadiannya. Jika sifat
Rahman dan Rahim Allah dapat terinternalisasi
dalam diri seseorang, maka orang itu akan
memiliki kepribadian rabbani atau ilahi.
Meskipun manusia tahu bahwa dirinya tidak
akan mampu mewujudkannya secara sempurna,
karena diri manusia sangat terbatas.
MAKNA TERMINOLOGI:
1. Fitrah adalah mewujudkan dan mengadakan
sesuatu menurut kondisinya yang
dipersiapkan untuk melakukan perbuatan
tertentu. (al-Isfahaniy dalam al-mu’jam).
“sesuatu” yang dimaksud disini masih umum,
bisa apa saja (karakter, sifat atau konstitusi dan
lainnya).
“kondisinya: yang dimaksud disini yaitu bisa
keselamatan, istiqamah, keislaman, kekufuran
dan lainnya.
“perbuatan tertentu” seperti: berfikir, berbuat,
atau berperasaan
2. Fitrah adalah kondisi konstitusi dan
karakter yang dipersiapkan untuk menerima
agama. (al-Jurjani dalam al-Ta’rifat).
- Disini sudah disebut secara jelas bahwa fitrah
adalah sebuah kondisi konstitusi dan watak
manusia. Watak manusia memiliki kondisi ada
baik dan buruknya . Namun tujuan fitrah
(penciptaan) manusia adalah menuju pada
kebaikan. Jalan yang dapat mengantarkan kesana
adalah jalan Allah yakni agama (tauhid). Karena
itulah setiap manusia yang dilahirkan memiliki
potensi untuk menerima agama.
3.
Fitrah adalah sifat yang digunakan untuk
mensifati semua yang ada (di dunia)sewaktu awal
penciptaanya. (Abu Ayyub dalam al-Kulliyah).
Fitrah disini dimaknai sebagai “sifat” (baik,
buruk, atau bukan keduanya). Fitrah ini ada pada
makhluk hidup atau benda mati.
- Malaikat memiliki fitrah (sifat) baik selalu. Iblis
memiliki fitrah (sifat) jahat selalu. Hewan
memiliki fitrah (sifat) insting dan nafsu. (makhluk
hidup).
- Batu memiliki fitrah (sifat) keras. Air memiliki
fitrah (sifat) cair. (benda mati).
- Manusia memiliki semuanya.
4. Fitrah adalah suatu sistem yang diwujudkan oleh
Allah pada setiap makhluk. Khusus untuk manusia
adalah sesuatu yang diciptakan Allah padanya yang
berkaitan dengan jasad dan akal (roh). (Quraish
Shihab dalam wawasan).
Makna ini berkaitan erat dengan asal kejadian
manusia, dimana mereka telah membuat perjanjian
dengan Allah tentang keyakinan akan keesaan Allah.
Ini berarti bahwa setiap manusia telah diciptakan atas
dasar keimanan kepada Allah berdasarkan potensi
pengetahuan yang sudah ada padanya. Karena
pengetahuan itulah manusia secara sadar akan patuh
dan taat pada Allah dan mampu menerima kebenaran
ilahi.
•* Fitrah yang dimaksud disini adalah fitrah
keagamaan. Hal ini sesuai dengan awal ayat
yang menegaskan tentang usaha
mempertahankan agama yang benar.
•*. Atas dasar itu dapat dipahami bahwa
keberadaan agama sebenarnya sejalan
dengan fitrah manusia.
* Dengan demikian agama yang lurus
sebenarnya hanyalah satu, yang menjadi dasar
esensial bagi ajaran agama adalah
kemanusiaan manusia yang merupakan satu
hakikat yang pasti dimiliki secara bersama oleh
manusia.
* Kata la tabdila mengandung makna bahwa
agama yang lurus (islam) yang sejalan
dengan fitrah manusia tidak bisa diganti
oleh yang lain. Jika ada orang yang mencoba
mengganti sifatnya hanya sementara, karena
dikemudian hari dia pasti akan kembali
(contoh ekstrim adalah fir’aun).
* Kata qayyim pada penutup ayat semakin
mempertegas bahwa agama fitrah memiliki
sifat yang kokoh, mantap, dan suci dari
segala bentuk kesalahan dan kebatilan
 1. Fitrah: mencipta yaitu mencipta sesuatu untuk
pertama kali tanpa ada contoh.
 Fitrah juga diartikan asal kejadian, keyakinan akan
keesaan Allah yang telah ditanamkan pada diri setiap
manusia. Fitrah juga berarti tabiat manusia yang
Allah ciptakan atas dasarnya. Sehingga setiap
manusia telah diciptakan atas dasar keimanan kepada
Allah berdasarkan potensi pengetahuan yang sudah
ada padanya. Karena pengetahuan itulah menusia
secara sadar akan patuh dan taat pada Allah dan
mampu menerima kebenaran ilahi.
 2. Fitrah juga diartikan sebagai kondisi penciptaan
yang terdapat dalam diri manusia yang
menjadikannya berpotensi melalui fitrah itu. Fitrah
yang dimaksud disini adalah fitrah keagamaan
 2 Fitrah yang dimaksud disini adalah fitrah keagamaan. Hal
ini sesuai dengan awal ayat yang menegaskan tentang usaha
mempertahankan agama yang benar.
 3. Atas dasar itu dapat dipahami bahwa keberadaan agama
sebenarnya sejalan dengan fitrah manusia.
 4. Dengan demikian agama yang lurus sebenarnya hanyalah
satu, yang bermakna dasrta esensial bagi ajaran agama
adalah kemanusiaan manusia yang merupakan satu hakikat
yang pasti dimiliki secara bersama oleh manusia.
 5. Kata la tabdila mengandung makna bahwa agam yang
lurus (islam) yang sejalan dengan fitrah manusia tidak bisa
diganti oleh yang lain. Jika ada orang yang mencoba
mengganti sifatnya hanya sementara, karena dikemudian
hari dia pasti aakan kembali (fir’aun).
 6. Kata qayyim pada penutup ayat semakin mempertegas
bahwa agama fitrah memiliki sifat yang kokoh, mantap, dan
suci dari segala bentuk kesalahan dan kebatilan