FILSAFAT UMUM

Download Report

Transcript FILSAFAT UMUM

Oleh :
Drs. Sugandi, M.Si
1
PENDAHULUAN
 Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia




filsafat, yatu mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya.
Studi filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”.
Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia yang susila. Orang
yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus
orang yang bijaksana.
Tujuan khusus filsafat adalah menjadikan manusia yang berilmu. Ahli
filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan, yang selalu mencari kebenaran dari semua problema
keilmuan.
Perbedaan orang yang berfilsafat dengan orang yang tidak berfilsafat
terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya.
Filsafat mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan
manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu,
makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup.
.
2
PENGERTIAN FILSAFAT
 Secara
Etimologis : kata filsafat berasal dari bahasa Yunani
“Philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni
“philos” atau “philein” yang berarti “cinta”, “mencintai”, serta kata
“sophia” yang berarti “kebijaksanaan” atau “ hikmat”.
 Secara bahasa “filsafat” memiliki arti “cinta akan kebijaksanaan”.
Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya.
 Arti kata ini belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata
filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan
keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan itu.
 Seseorang disebut filosof bila telah mendapat atau meraih
kebijaksanaan, pengertian ini berlaku di Timur (Tiongkok dan India).
3
Lanjutan
 Plato (427 – 347 SM), memberikan
istilah dialektika (seni berdikskusi). Jadi
filsafat adalah mengkritik pendapatpendapat yang berlaku. Jadi kearifan
atau pengetahuan intelektual itu
diperoleh
melalui suatu proses
pemeriksaan secara kritis, diskusi dan
penjelasan.
4
Lanjutan
 Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat sebagai
ilmu menyelidiki tentang hal ada sebagai hal
ada yang berbeda dengan bagian-bagiannya
yang satu atau lainnya.
 Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu yang
pertama dan terakhir, sebab secara logis
disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus
dikuasai, sehingga untuk memahaminya
orang harus menguasai ilmu yang lain itu.
5
Lanjutan
 Sir Francis Bacon (1561 – 1626 M),
filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu.
Filsafat menangani semua pengetahuan
sebagai bidangnya.
6
Lanjutan
 Rene Descartes (1590 – 1650), filsafat
sebagai kumpulan segala pegetahuan di
mana Tuhan, Alam, dan Manusia menjadi
pokok penyelidikan
7
Filsafat sebagai Ilmu
 Dalam pengertian filsafat sebagai ilmu mengandung empat
pertanyaan ilmiah : bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan
apakah.
 Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-2 yang ditangkap oleh
indra. Jawaban yang diperolehnya bersifat deskriptif
(penggambaran)
 Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula)
suatu obyek. Jawaban yang diperolehnya bersifat kausalitas
(sebab-akibat).
 Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi dimasa lampau,
sekarang dan akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis
pengetahuan, yaitu : (1) pengetahuan yang timbul dari hal yang
selalu berulang (kebiasaan), yang nantinya dapat dijadikan sebagai
pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang
akan terjadi.
8
Lanjutan
 (2) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung
dalam adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Pedoman
yang selalu dipakai disebut hukum, (3) pengetahuan yang timbul
dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang
dijadikan pegangan.
 Pertanyaaan apakah yang menanyakan tentang hakekat atau inti
mutlak dari suatu hal. Hakekat ini sifatnya sangat dalam (radix)
dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti
oleh akal. Jawaban yang diperolah akan dapat mengetahui hal-hal
yang sifatnya umum, universal, abstrak.
 Untuk memperoleh pengetahuan hakekat, haruslah dilakukan
dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan
keadaan, sifat-2 yang secara kebetulan, sehingga akhirnya tinggal
sifat yang harus ada(mutlak) yaitu substansi.
9
Filsafat sebagai cara berpikir
 Berpikir secara filsafat artinya berpikir yang sangat mendalam
sampai hakekat atau secara menyeluruh, atau berpikir dilihat dari
berbagai sudut pandang ilmu pengtahuan.
 Berpikir demikian sebagai upaya untuk berpikir secara tepat dan
benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Ada beberapa
persyaratan yaitu :
 Harus sistimatis, pemikiran yang sistematis dimaksudkan untuk
menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional.
Sistematikan pemikiran filosof dipengaruhi oleh keadaan
dirinya, lingkungan, zamannya, pendifikan.
 Harus konseptual, maksudnya adalah sebagai upaya untuk
menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas), karena
berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan
prosesnya.
10
Lanjutan
 Harus koheren, koheren atau runtut adalah unsur-unsur tidak
boleh mengandung uraian yang bertentangan satu sama lain.
Koheren memuat suatu kebenaran logis.
 Harus rasional, maksudnya adalah unsur-unsurnya
berhubungan secara logis. Artinya pemikiran filsafat harus
diuraikan dalam bentuk yang logis.
 Harus sinoptik, sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat
hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara
integral.
 Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya adalah
pemikiran filsafat sbagai upaya untuk memahami semua
realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan
(hidup) dunia.
11
Filsafat sebagai pandangan hidup.
 Filsafat pada hakekatnya bersumber pada kodrat pribadi manusia.
Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia
secara total dan sentral sesuai dengan hakekat manusia sebagai
makhluk monodualisme. Manusia secara total (menyeluruh) dan
sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan
bermacam-macam filsafat seperti :
 Manusia dengan unsur raganya melahirkan filsafat biologi.
 Manusia dengan unsur rasanya melahirkan filsafat keindahan
(estetika).
 Manusia dengan unsur monodualismenya melahirkan filsafat
antropologi.
 Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik-buruk
melahirkan filsafat tingkah laku (etika)
12
Lanjutan
 Manusia sebagai makhluk yang berakal melahirkan filsafat
berpikir (logika).
 Manusia dengan segala aspek kehidupannya melahirkan filsafat
nilai (aksiologi).
 Manusia dengan dan sebagai warga negara melahirkan filsafat
negara.
 Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu pandangan
hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
 Pandangan hidup akan tercermin didalam sikap hidup dan cara
hidup. Sikap dan cara hidup akan muncul apabila manusia mampu
memikirkan dirinya sendiri secara total.
13
Obyek Materi dan Obyek forma Filsafat
 Obyek
materi adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal yang
dijadikan sasaran penyelidikan). Sedangkan obyek forma adalah
sudut pandang).
 Obyek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” disini
mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan
kemungkinan. Sedangkan obyek forma filsafat adalah menyeluruh
secara umum.
 Menyeluruh berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat
mencapai hakekat (mendalam), tidak ada satupun yang berada di
luar jangkauan pembahasan filsafat. Umum berarti bahwa dalam hal
tertentu, hal tersebut dianggap benar selama tidak merugikan
kedudukan filsafat sebagai ilmu.
14
Ciri pemikiran filsafat
 Ada beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat
yaitu :
 Sangat umum/universal.
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan
tingkat keumumannya sangat tinggi. Pemikiran filsafat tidak
bersangkutan dengan obyek khusus, akan tetapi dengan konsep
yang sifatnya umum (tentang manusia, keadilan, kebebasan).
 Tidak faktual.
Kata lain adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-2
yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan
pada bukti. Jawaban yang didapat dari dugaan ini sifatnya juga
spekulatif. Bukan berarti pemikiran filsafat tidak ilmiah, tetapi tidak
termasuk dalam kewenangan ilmu khusus.
15
Lanjutan
 Bersangkutan dengan nilai.
Filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan,
berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan
dalam penilaian adalah tentang yang baik dan buruk.
 Berkaitan dengan arti.
Nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai
tentu didalamnya penuh dengan arti. Agar filosof dalam
mengungkapkan idenya sarat dengan arti, harus dapat
menciptakan kalimat logis dan bahasa yang tepat.
 Implikatif.
 Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
implikasi (akibat logis). Implikasi ini melahirkan pemikiran
dinamis.
16
Cabang-cabang filsafat
 Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari :
 Epistemologi
 Logika
 Kritik ilmu-ilmu
 Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari :
 Metafisika umum (ontologi)
 Metafisika khusus, terdiri :
 Teologi metafisik
 Antropologi
 Kosmologi
 Filsafat tentang tindakan, terdiri dari :
 Etika
 Estetika
 Sejarah filsafat
17
Lanjutan
 Pembagian filsafat secara sistimatis yang didasarkan pada
sistematika yang berlaku didalam kurikulum akademis :
 Metafisika (filsafat tentang hal yang ada)
 Epistemologi (teori pengetahuan)
 Metodologi (teori tentang metode)
 Logika (teori tentang penyimpulan)
 Etika (filsafat tentang pertimbangan nilai)
 Estetika (filsafat tentang keindahan)
 Sejarah filsafat
 Pembagian filsafat berdasar struktur pengetahuan yang
berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat
sistematis, filsafat kusus dan filsafat keilmuan.
 Filsafat sistematis, terdiri :
 Metafisika
 Epistemologi
18
Lanjutan
Metodologi
Logika
Etika
Estetika
 Filsafat khusus terdiri :
 Filsafat seni
 Filsafat kebudayaan
 Filsafat Pendidikan
 Filsafat Sejarah
 Filsafat Bahasa
 Filsafat Hukum
 Filsafat Politik
 Filsafat Agama
 Filsafat Nilai




19
Lanjutan
 Filsafat Keilmuan terdiri :
 Filsafat Matematika
 Filsafat Biologi
 Filsafat Linguistik
 Filsafat Psikologi
 Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak
kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu Metafisika,
Epistemologi, Logika, Etika, dan Sejarah Filsafat.
1. Metafisika.
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian
dari persoalan filsafat. Suatu cabang filsafat yang paling sulit
dipahami terutama bagi pemula belajar filsafat. Yang dibicarakan
adalah :
20
Lanjutan
 Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal;
 Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan;
 Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar;
 Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehenship
tentang segala sesuatu
 Membicarakan persoalan-2 seperti : hubungan akal dengan
benda, hakekat perubahan, wujud Tuhan, kehidupan setelah
mati.
2. Epistemologi.
Epistemologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara
umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik,
dan kebenaran pengetahuan.
21
Lanjutan
Persoalan Epistemologi (teori pengetahuan) berkaitan erat
dengan persoalan Metafisika. Bedanya persoalan epistemologi
berpusat pada apakah yang ada, yang didalamnya memuat :
 Problem asal pengetahuan
 Apakah sumber-sumber pengetahuan
 Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita
dapat mengetahui
 Apakah pengetahuan kita itu benar
 Bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan
3. Logika.
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap
asas, aturan, dan tatacara penalaran yang betul. Pada mulanya
logika sebagai pengetahuan rasional, oleh Aristoteles disebut
dengan analitika dan dikembangkan oleh para filsuf abad
Tengah yang disebut Logika tradisonal.
22
Lanjutan
 Logika tradisional dikembangkan menjadi logika modern,
sehingga dewasa ini menjadi bidang pengetahuan yang amat
luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi
bercorak teknis dan ilmiah. tika.
4. Etika atau filsafat perilaku, sebagai satu cabang filsafat yang
membicarakan “tindakan manusia”, dengan penekanan yang
baik dan yang buruk.
Terdapa dua permasalahan, yaitu yang menyangkut “tindakan“
dan “baik-buruk”. Dalam pemahaman etika sebagai
pengetahuan norma baik-buruk dalam tindakan mempunyai
persoalan yang luas.
Etika berbeda dengan agama yang didalamnya juga memuat
dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan.
23
Lanjutan
 Etika bersumber pada rasio semata yang lepas dari sumber
wahyu agama yang dijadikan sumber norma Ilahi. Dengan
demikian etika adalah ilmu yang bekerja secara rasional.
5. Sejarah Filsafat.
Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan
dengan pemikiran filsafat. Memuat berbagai pemikiran
kefilsafatan mulai dari zaman pra-Yunan I hingga zaman modern.
Dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli pikir (filosof) akan
didapat berbagai ragam pemikiran.
Dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-2 yang genius
hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ideide yang cemerlang.
24
Kedudukan Ilmu Filsafat dan Agama.
 Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan
reflektif dengan manusia. Ketiganya tidak dapat bergerak dan
berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang
berada di dalam diri manusia.
 Tiga alat dan tenaga utama manusia yaitu akal pikir, rasa dan
keyakinan, sehingga manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi
dirinya.
 Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal
pikiran. Agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya
keyakinan.
 Ketika alat dan tenaga utama tidak dapat berhubungan dengan
ilmu, filsafat dan agama apabila tidak didorong oleh kemauan
manusia yang merupakan tenaga tersendiri. .
25
Lanjutan
 Reflektif, karena ilmu, filsafat dan agama baru dapat dirasakan
faedahnya dalam kehidupan manusia, apabila ketiganya
merefleksi (lewat proses pantul diri) dalam diri manusia.
 Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan
indra, dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni
terhadap kenyataan dan pengalaman manusia., dan agama
mendasarkan pada otoritas wahyu.
 Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama, apabila
tidak, maka filsafat tidak akan memuat kebenaran obyektif
karena yang memberikan penerangan adalah akal pikiran.
 Apabila hanya berdasark pada akal pikiran, akan tidak
sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama
pemahaman terhadap yang Gaib.
26
Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat.
 Dapat
menambah ilmu pengetahuan, karena dengan
bertambahnya ilmu bertambah pula cakrawala pemikiran yang
semakin luas. Dengan demikian dapat membantu penyelesaian
masalah secara bijaksana.
 Membawa manusia ke arah kemampuan untuk merentang
kesadaran dalam segala tindakan, sehingga akan dapat lebih
hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, lebih sadar
terhadap hak dan kewajiban.
 Kemajuan dan teknologi dan dampak negatif yang dihasilkan,
akan menghasilkan kebigungan, keraguan (skeptis). Untuk itu
sangat diperlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan
pengarahan, dan manusia dibekali suatu kebijaksanaan yang
memuat nilai-nilai kehidupan.
27
Metode-metode Filsafat
 Kegiatan berpikir atau kegiatan
kefilsafatan sesungguhnya
berupa “perenungan”. Perenungan untuk menyusun suatu bagan
yang konseptual, tidak boleh kontradiktif, hubungan bagian yang
satu dengan lain harus logis, harus mampu memberi penjelasan
tentang pandangan dunia.
 Sebagai perangkat berpikir adalah analisis dan sintesis. Dalam
menganalisis dan mensistesis para ahli pikir menggunakan alat
pemikiran berupa logika, deduksi, analogi dan komparasi.
 Analisis adalah melakukan pemeriksaan secara konsepsional
terhadap makana dan istilah yang digunakan dalam pernyataan
yang kita buat.
 Sintesis sebagai upaya mencari kesatuan di dalam keragaman,
yaitu mengumpulkan pengetahuan yang diperoleh.Lebih banyak
keterangan yang diperoleh hasilnya akan lebih baik, akurat.
28
Lanjutan
 Logika adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan yang lurus
serta menguraikan tentang aturan-aturan untuk mencapai
kesimpulan dari premis-premis.
 Logika Induksi membicarakan penarikan kesimpulan bukan dari
pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan yang khusus.
Kesimpulannya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan
yang diajukan.
29
Lanjutan
30
Lanjutan
31
32
Lanjutan
33
Lanjutan
34
35
Lanjutan
rata-rata 40-60 km/jam. Kedua motor ini juga sama-sama telah
menempuh jarak 5.000 km. Sepeda motor Asri irit bensinnya.
 Tuti dan Asti masing-masing memiliki sebuah sepeda motor.
Kedua motor itu memiliki merek yang sama. Karena sepeda
motor Tuti irit bensinnya , maka Asti bisa mengharapkan
motornya irut juga bensinnya.
Probabilita kebenaran kesimpulan argumen mana yang lebih
tinggi ?
3. Kekuatan konklusi argumen analogis. Kekuatan disini erat
kaitannya dengan sempit atau luasnya konklusi terhadap premis.
 Perhatikan contoh tentang Asri dan Dudu. Dikatakan bahwa
sepeda Asri irit bensinnya, katakanlah satu liter untuk 30 Km.
Berdasar ini Dudu berksimpulan bahwa sepeda motornya juga
36
Lanjutan
Menghabiskan satu liter untuk 30 Km. Dengan demikian bisa
dikatakan kesimpulan Dudu ini realtif lemah. Tetapi bila ia
berkesimpulan bahwa motornya menghabiskan bensin
sebanyak satu liter untuk 28 Km, dapat dikatakan kesimpulan
Dudu relatif kuat.
4. Jumlah butir ketidaksamaan/disanalogi antara obyek yang
disebutkan dalam premis dengan obyek yang disebutkan dalam
konklusi.
Maksud kriteria ini adalah bahwa semakin banyak butir disanalogi
diantara obyek-obyek yang disebutkan dalam premis, semakin
besar probabilita kebenaran konklusi suatu argumen analogis.
Perhatikan contoh berikut :
37
Lanjutan
1. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah berhasil
lulus dari tingkat I secara mudah. Ali adalah lulusan SMA X
yang baru akan mengikuti kuliah. Kemungkinan Ali akan dapat
menyelesaikan mata kuliah dengan mudah.
2. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah berhasil
lulus dari tingkat I secara mudah. Mereka ini berasal dari
keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbedabeda. Ali merupakan lulusan SMA X yang akan mengikuti
kuliah tingkat I. Kemungkinan, Ali dapat naik ke tingkat II
dengan mudah.
 Mana konklusi/kesimpulan yang lebih besar probabilita
kebenarannya ?
38
Lanjutan
5. Relevansi ciri-ciri yang sama dari obyek-obyek yang disebutkan
dalam premis (dan dalam kesimpulan).
Dari butr penilaian kedua, dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak kesamaan ciri antara sepeda motor Asri dengan sepeda
motor Dudu, semakin besar kemungkinan kebenaran konklusi
Dudu.
 Dalam kaitan dengan butir penilaian kelima, dapat dikatakan
bahwa jumlah ciri kesamaan saja tidak memadai. Tetapi juga perlu
diperhatikan relevan atau tidaknya ciri kesamaan yang disebutkan.
Contoh : Butir kesamaan antara sepeda motor Asri dengan Dudu
ada 6 buah : (1) warna, (2) bentuk kaca spion, (3) bentuk sadel,
(4) ukuran kunci, (5) model lampu, (6) ukuran tangki bensin.
Sepeda Asri ternyata irit bensinnya.
39
Lanjutan
 Berlandaskan pada hal-hal ini, Dudu menyimpulkan bahwa sepeda
motornya irit bensin. Besarkah probabilita kebenaran kesimpulan
Dudu ?
 Mencari mana ciri yang relevan untuk diperhitungkan dalam suatu
argumen analogis tidaklah mudah. Kita harus terlebih dahulu
mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan apa.
 Untuk soal irit/tidaknya pemakaian bensin, kita harus terlebih
dahulu mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan irit atau
tidaknya pemakaian bensin sepeda motor.
 Dengan kata lain kita perlu berbekal pengetahuan tentang
hubungan kausal untuk merumuskan dan menilai suatu argumen
analogis.
40
HUBUNGA KAUSAL (SEBAB AKIBAT)
 Suatu
peristiwa/kejadian tidak terjadi begitu saja; melainkan
bertalian dengan peristiwa lain dalam suatu hubungan kausal
(sebab-akibat).
 Dalam pembicaraan sehari-hari, sering kita beranggapan bahwa
sebab itu terjadi mendahului akibat., atau akibat itu mengikuti
sebab.
 Tidak selamanya akibat itu mengikuti sebab, bisa sebaliknya. Ini
terjadi , salah satunya adalah dalam soal pencapaian tujuan
melalui cara tertentu.
 Seringkali keinginan untuk mencapai tujuan tertentu justru menjadi
penyebab dilaksanakannya suatu cara tertentu.
Akibat mengikuti sebab : Tiupan angin
Kibaran bendera
Sebab mengikuti akibat : Belajar giat
Nilai tinggi
41
Lanjutan
 Sebab-akibat bisa diartikan juga dalam konteks kondisi mutlak –
kondisi memadai. Dalam konteks kondisi mutlak, bahwa untuk
terjadinya akibat tertentu, mutlak diperlukan sebab tertentu.
Adanya api - Ledakan di pabrik mesiu.
 Kondisi memadai adalah sebab tertentu yang keberadaannya saja
sudah menjamin terjadinya akibat tertentu. Pertemuan antara
mesiu dan api. Ini bisa dianggap sebagai kondisi memadai karena
keberadaannya saja sudah memadai untuk menimbulkan ledakan.
 Tidak selamanya suatu sebab hanya tergolong sebagai kondisi
mutlak dan sebab lainnya sebagai kondisi memadai. Bisa terjadi
suatu sebab sekaligus tergolong sebagai kondisi mutlak dan
kondisi memadai.
42