kelompok 6 - iwanmulyanaikopin

Download Report

Transcript kelompok 6 - iwanmulyanaikopin

IJARAH DAN IMBT
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perbankan syari’ah )
Disusun oleh:
Kelompok VI
Devi Trisnawati
1108043
Resa Novilasari
1108009
Ayu Dinni E.
1108038
Ani Hasanah
1108029
Elin Anggraeni
1108046
1. Ijarah Murni
a. Ijarah bil Ijarah, bayar dengan cicilan
Kebutuhan nasabah
: Nasabah membutuhkan manfaat dari
suatu barang pada saat ini (akad) hingga
z periode ke depan.
Kemampuan keuangan
: Nasabah tidak memiliki kemampuan
untuk
membayar
total
keseluruhan sewa
di muka. Nasabah hanya mampu
melakukan pembayaran sewa
secara
bulanan.
Struktur akad
dengan
: Untuk kondisi umum kasus di atas, bank
dapat memberikan pembiayaan
Akad I : ijarah
Pelaku
: 1. Bank, bertindak sebagai penyewa
2. Pemberi sewa, bertindak sebagai yang
menyewakan kepada Bank.
Transaksi
: Bank menyewa barang (ijarah) kepada pemberi sewa
dengan pembayaran sewa di muka z periode.
Dengan kondisi ini:
• Bank mengeluarkan uang ( cash out) sebesar Rp.xxx
sebagai sewa dibayar dimuka.
• Bank telah dapat memanfaatkan fungsi dari barang
tersebut selama z periode, tapi tidak terjadi perpindahan
kepemilikan barang
Akad II: ijarah
Pelaku
: 1. Bank, bertindak sebagai penyewa
2. Nasabah, bertindak sebagai penyewa
Transaksi
: Bank menyewakan barang kepada nasabah dengan
pembayaran sewa secara bulanan selama z periode sesuai
dengan kebutuhan nasabah. Dengan kondisi ini:
• Bank menyerahkan hak penggunaan manfaat barang
kepada nasabah selama z periode.
• Bank menerima pembayaran sewa (cash in) sebesar
Rp.xx setiap bulannya selama z periode yang disepakati.
2. Ijarah bin ijarah, bayar diakhir lump-sum
Kebutuhan nasabah : Nasabah membutuhkan manfaat dari suatu barang
pada saat ini (akad) hingga 3 bulan (90 hari) ke
depan.
Kemampuan
keuangan
:
Struktur akad:
Nasabah tidak memiliki kemampuan untuk
membayar total keseluruhan sewa di muka.
Nasabah bahkan tidak memiliki dana di
muka untuk membayar angsuran.
Nasabah hanya mampu melakuka
pembayaran sewa di akhir periode sewa.
Untuk kondisi umum kasus di atas, bank
dapat memberikan pembiayaan dengan
menggunakan akad ijarah dengan skema
akad sebagai berikut :
Akad I : ijarah
Pelaku
: 1. Bank, bertindak sebagai penyewa
2. Pemberi sewa, bertindak sebagai yang
menyewakan kepada Bank.
Transaksi
: Bank menyewa barang (ijarah) kepada pemberi sewa
dengan pembayaran sewa di muka untuk 3 bulan ke
depan.
Dengan kondisi ini:
• Bank mengeluarkan uang ( cash out) sebesar Rp.xxx
sebagai sewa dibayar dimuka.
• Bank telah dapat memanfaatkan fungsi dari barang
tersebut 3 bulan, tapi tidak terjadi perpindahan
kepemilikan barang
Akad II: ijarah
Pelaku
: 1. Bank, bertindak sebagai pemberi sewa
2. Nasabah, bertindak sebagai penyewa
Transaksi
: Bank menyewakan barang kepada nasabah dengan
pembayaran sewa dia akhir masa sewa,
yaitu 3 bulan kemudian. Dengan kondisi ini:
• Bank menyerahkan hak penggunaan manfaat barang
kepada nasabah selama 3 bulan ke depan.
• Bank menerima pembayaran sewa (cash in) sebesar
Rp.xx diakhir bagi hasil setiap bulannya kepada masa
sewa.
H. IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK (IMBT)
Al-bai’wal Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) merupakan
rangkaian dua
buah akad, yakni akad sedangkan IMBT merupakan kombinasi
antara
sewa-menyewa (ijarah dan jual beli atau hibah di akhir masa
sewa.
Dalam Ijarah Muntahia Bittamlik, pemindahan hak milik barang
terjadi
dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
• Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
• Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang
yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
1.
Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk menjual barang tersebut di akhir
masa sewa
Kebutuhan nasabah
: Nasabah membutuhkan jasa penyewaan barang saat
ini selama zz bulan dan ingin memiliki barang
tersebut di akhir masa sewa.
Kemampuan keuangan nasabah : Nasabah tidak mempunyai kemampuan
membayar sewa secara sekaligus di muka (tunai).
Nasabah hanya mampu membayar sewa secara
bulanan selama masa sewa (zz bulan).
Struktur akad
: Untuk kondisi umum seperti di atas, bank dapat
menggunakan akad al-bai’ wal imbt dengan janji
untuk menjual barang di akhir masa sewa. Adapun
skema akad yang digunakan adalah sebagai berikut :
Akad I : Ijarah
Pelaku
Transaksi
: Bank bertindak sebagai pembeli dan pemilik
barang sebaga penjl.
: Bank membeli barang dari pemilik barang
dengan pembayaran tunai.
•Bank mengeluarkan uang (caash out) sebesar
Rp. XX sebagai harga beli barang tersebut.
•Bank telah memiliki barang tersebut dan
dapat menyewakannya pada nasabah.
Akad II : IMBT
Pelaku
: Bank bertindak sebagai pemberi sewa dan nasabah
bertindak sebagai penyewa.
Transaksi
: Bank menyewakan barang kepada nasabah dengan
pembayaran uang sewa secara bulanan selama zz periode
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah.
•Bank menyerahkan hak pemanfaatan barang selama zz
bulan kepada nasabah.
•Bank menerima pembayaran sewa (cash in)
sebesar Rp. aa,- setiap bulannya selama zz periode yang
disepakati dari nasabah.
•Di akhir masa sewa, Bank menerima uang pembelian
barang sebesar Rp. bb sehingga terjadi perpindahan
kepemilikan barang.
•Nasabah menerima barang baik sebagai hasil pembelian da
Bank.
2.Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah
di akhir masa sewa
Kebutuhan nasabah : Nasabah membutuhkan jasa penyewaan barang saat
ini selama zz bulan dan ingin memiliki barang
tersebut di akhir masa sewa.
Kemampuan keuangan nasabah : Nasabah tidak mempunyai kemampuan
membayar sewa secara sekaligus di muka (tunai).
Nasabah hanya mampu membayar sewa secara
bulanan selama masa sewa (zz bulan).
Struktur akad : Untuk kondisi umum seperti di atas, bank dapat
menggunakan akad al-bai’ wal imbt dengan janji
untuk menjual barang di akhir masa sewa. Adapun
skema akad yang digunakan adalah sebagai berikut :
Akad I : Ijarah
Pelaku
: Bank bertindak sebagai pembeli dan pemilik barang sebagai
penjual.
Transaksi : Bank membeli barang dari pemilik barang dengan pembayaran
tunai.
• Bank mengeluarkan uang (caash out) sebesar Rp. XX sebagai
harga beli barang tersebut.
• Bank telah memiliki barang tersebut dan dapat menyewakannya pada nasabah.
Pelaku
Transaksi
: Bank bertindak sebagai pemberi
sewa dan nasabah bertindak sebagai penyewa.
: Bank menyewakan barang kepada nasabah
dengan pembayaran uang sewa secara bulanan
selama zz periode sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan nasabah.
 Bank menyerahkan hak pemanfaatan barang selama
zz bulan kepada nasabah.
 Bank menerima pembayaran sewa ( cash in ) sebesar
Rp aa setiap bulannya selama zz periode yang disepakati dari
nasabah.
 Diakhir masa sewa, Bank menghibahkan barang tersebut
kepada nasabah, sehingga terjadi perpindahan kepemilikan
barang dan sejak saat itu nasabah menjadi pemilik barang.
Ijarah Muntahia Bittamlik adalah merupakan kombinasi antara sewa-menyewa
( ijarah ) dan dijual beli atau hibah di akhir masa sewa. Dalam Ijaroh Muntahia
Bittamlik terjadi kepemindahan hak milik barang yaitu dengan cara :
Ijarah dengan janji akan menjual pad aakhir masa sewa.
Ijarah dengan janji untuk memberikan hibah pada akhir masa sewa.
Kebutuhan nasabah :
Nasabah membutuhkan jasa penyewaan barang saat ni hingga jangka waktu
tertentu dan ingin memiliki barang tersebut di akhir masa sewa.
Kemampuan keuangan Nasabah :
Nasabah tidak mempunyai kemampuan membayar sewa secara sekaligus
dimuka ( tunai). Nasabah hanya mampu membayar sewa secara bulanan
selama masa sewa.
Stuktur akad :
Untuk kondisi umum seperti di atas, Bank dapat melakukan 2 struktur akad ;
IMBT parallel dengan janji menjual barang di akhir masa sewa
IMBT parallel dengan janji menghibahkan barang tersebut di akhir masa sewa.
 Pelaku
 Transaksi
: # Bank bertindak sebagai penyewa dan di akhir
masa sewa bank sebagai pembeli Barang.
# Pemilik barang sebagai pemberi sewa.
: Bank menyewa barang kepada pemilik barang
dengan pembayaran sewa dimuka Selama zz
bulan. Dengan kondisi ini.
# Bank mengeluarkan uang( cash out) sebesar
Rp xx sebagai seluruh uang sewa dimuka
selama zz bulan.
# Bank telah dapat memanfaatkan barang
tersebut selama zz bulan.
# Diakhir masa sewa, Bank mengeluarkan uang
sebesar Rp yy untuk membeli barang.

Pelaku


atau
:# Bank bertindak sebagai pemberi sewa dengan janji akan menjual atau
Menghibahkan barang tersebut kepada nasabah.
# Nasabah bertindak sebagai penyewa dan di akhir masa sewa akan membeli
Menerima hibah barang dari Bank.





Transaksi

kemampuan


nasabah.




menjual


: Bank menyewakan barang kapada nasabah dengan pembayaran uang sewa
Secara bulanan selama zz periode sesuai dengan kebutuhan dan
Nasabah.
# Bank menyerahkan hak pemanfaatan barang selama zz bln kepada
# Bank menerima pembayaran sewa (cash in)sebesar Rp aa,- setiap bulanya
Selama zz periode yang disepakati dari nasabah.
# Bank menjual barang kemudian dan kemudian menerima uang pembelian
Barang sebesar Rp bb dari nasabah apabila Bank menjanjikan untuk
Barang tsb, atau Bank menghibahkan barang tsb kepada nasabah.
# Nasabah menerima barang baik sebagai hasil penjualan atau hibah dari
Bank.
Kebutuhan nasabah :
Nasabah membutuhkan jas penyewaan barang saat ini
selama zz bulan memiliki barang tsb di akhir mas sewa.
Kemampuan keuangan nasabah :
Nasabah tidak mempunyai kemampuan sewa secara
sekaligus dimuka ( tunai). Nasabah hanya mampu membayar
sewa secara bulanan selama masa sewa ( zz bulan ).
Struktur akad :
Untuk kondisi umum seperti diatas, bank dapat menggukan akad
IMBT dengan janji untuk menjualbarang d akhir masa sewa.
Akad I : IMBT
Pelaku
: # Bank bertindak sebagai penyewa dan di
akhir masa sewa bank sebagai Pembeli di akhir masa sewa.
# Pemilik barang sebagai pemberi sewa.
Transaksi
: Bank menyewa barang kepada pemilik barangdengan
pembayaran sewa dimuka selama zz bulan.
Dengan kondisi ini.
# Bank mengeluarkan uang( cash out) sebesar Rp xx sebagai
seluruh uang sewa dimuka selama zz bulan.
# Bank telah dapat memanfaatkan barang tersebut selama zz
bulan.
# Diakhir masa sewa, Bank mengeluarkan uang sebesar Rp yy
untuk membeli barang,sehingga terjadikepemindahan
kepemilikan dan sejak saat itu bank menjadi pemillik
barang.
# Nasabah menerima barang sebagai hasil pembelian dari
bank.
Sumber pendanaan :
Karena bank menerima pemasukan (cash in) setiap
bulanya, pembiayaan ini dapat didanai dengan
menggunakan URIA sehingga banh dapat membayarkan
bagi hasil setiap bulannya kepada nasabah pemegang
URIA.
b. IMBT parallel dengan janji untuk memberi barang secara hibah di akhir
masa sewa
Kebutuhan sewa :
Nasabah membutuhkan jasa penyewaan barang sat ini selama zz bulan memiliki
barang tersebut di akhir masa sewa.
Kemampuan keungan nasabah
:
Nasabah tidak mempunyai kemampuan mem bayar swa secara sekaligus di muka
( tunai) nasabah hanya mampu membayar sewa secara bulanan selama masa
sewa (zz bulan).
Syarat pembayaran
:
Untuk kondisi umum seperti di atas, bank dapat menggunakan akad IMBT
paralel dengan janji untuk menghibahkan barang di akhir masa sewa.
Akad I : IMBT
Pelaku
Transaksi
: # Bank bertindak sebagai penyewadan pembeli di akhir
masa sewa.
# Pemilik barang sebagi pemberi sewa.
: Bank menyewa barang kepada pemilik barang dengan
pembayaran sewa dimuka selama zz bulan.Dengan
kondisi ini :
# Bank mengeluarkan uang ( cash out ) sebesar Rp xx
sebagai seluruh uang sewa dimuka selama zz bulan.
# Bank telah dapat memanfaatkan barang tsb selama zz
bulan.
# Diakhir masa sewa, Bamk mengeluarkan uang
sebesar Rp yy untuk membeli barang, terjadi
kepemindahan milik dan sejak saat itu Bank menjadi
pemilik barang
Akad II : IMBT
Pelaku
:# Bank bertindak sebagai pemberi sewa dan pemberi hibah di akhir
masa sewa.
# Nasabah bertindak sebagai penyewa.
Transaksi
: Bank menyewakan barang kepada nasabah dengan pembayaran uang
sewa secara bulanan selama zz periode sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan nasabah.
# Bank menyerahkan hak pemanfaatan barang selama zz bulan
kepada nasabah.
# Di akhir masa sewa, Bank menghibahkan barang tsb kepada
nasabah, sehinnga terjadi kepemindahan barang dan sejak saat
itu nasabah sebagai pemilik barang.
Sumber pendanaan : Karena bank mnerima pemasukan(cash in) setiap
bulannya,pembiayaan ini dapat didanai dngan menggunakan URIA
sehingga bank dapat membayarkan bagi hasil setiap bulanya kepada
nasabah pemegang URIA.
Case Study :
Penentuan nilai ballon payment di akhir periode kontrak murabahah
CV ABC bergerak di bidang kontraktor bangunan. Suatu saat CV ABC mendapatkan proyek
pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera. Untuk
menyukseskan proyek tersebut, CV ABC membutuhkan sebuah kapal, perusahaan ABC
tidak mampu untuk membeli kapal tersebut secara cash. Dari analisis kemampuan
keuangan, CV ABC mampu membayar kapal dengan angsuran sebesar Rp 400 juta per 6
bulan. Masa pembayaran angsuran kapal tersebut adalah 5 semester. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, CV ABC mengajukan pembiayaan kepada Bank Syariah Perkasa. Maka
dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan bayar dari CV ABC, Bank Syariah
Perkasa menggunakan pembiayaan murabahah untuk memenuhi kebutuhan CV ABC.
Pihak manajemen bank menetapkan tingkat keuntungan untuk pembiayaan murabahah
sebesar 16% per tahunnya (flat). Untukmendapatkan kapal tersebut, Bank Syariah Perkasa
terlebih dulu membeli satu buah kapal seharga Rp 2 milliar kepada pihak ketiga.
Diperkirakan nilai ekonomis kapal tersebut adalah lima tahun. Apabila masa kontrak
murabahah adalah dua setengah tahun dan apabila setiap 6 bulan CV ABC membayar
angsuran sebesar Rp 400 juta selama 2 tahun. Maka berapakah Bank Syariah Perkasa akan
menentukan nilai ballon payment kepada CV ABC pada semester ke-5 ?
Analisis:
Dari kasus diatas dapat diidentifikasikan hal-hal sebagai
berikut: Masa pembiayaan 2 tahun dengan installment
pembayaran setiap semester sebesar Rp 400 juta.
Tingkat rpr yang dikehendaki oleh Bank Syariah Perkasa
adalah 16% per tahun. Harga perolehan kapal adalah Rp 2
milliar, dengan nilai ekonomis 5 tahun. Untuk memenuhi
kebutuhan CV ABC ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan akad Al-Bai’ Wal Murabahah dengan skema
sebagai berikut:
Pada awal akad, BPS mengeluarkan uang sejumlah Rp 2 milliar untuk membeli sebuah
kapal kepada pihak ketiga. Dengan adanya pembiayaan murabahah BSP kepada CV
ABC, maka secara kumulatif BSP akan mendapatkan pembayaran angsuran senilai Rp
400 juta x 4 kali angsuran = Rp 1,600 juta.
Namun perlu dipahami bahwa Rp 1,600 juta ini adalah total penerimaan dalam future
value, yang berarti BPS belum memperhitungkan adanya target keuntungan sebesar 16%
per tahun. Dengan demikian untuk menghitung berapa nilai balloon payment kapal di
akhir semester kelima, kita perlu menghitung perolehan angsuran selama dua tahun ke
dalam bentuk present value.
Dari skema di atas didapatkan bahwa total present value perolehan angsuran selama dua
tahun adalah Rp 1,325 juta. Oleh karena itu, besarnya present value balloon payment
pada akhir semester kelima adalah:
Rp 2,000 juta – Rp 1,325 juta = Rp 675 juta.
Dengan demikian jumlah nominal balloon payment yang harus dibayar pada semester
ke-5 adalah:
FV of Cash Flow = Present Value of Balloon Payment x
FV of Cash Flow = Rp 675 million x
FV of Cash Flow = Rp 991.80 million
Berarti semester ke-5 CV ABC harus membayar ballon payment sebesar Rp 991,80 juta.
Secara nominal jumlah uang yang diterima Bank Syariah Perkasa adalah Rp 1,600 juta +
Rp 991,80 = Rp 2,591,80
TERIMA KASIH