pengembangan budidaya Rusa untuk mendukung usaha ekonomi

Download Report

Transcript pengembangan budidaya Rusa untuk mendukung usaha ekonomi

PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUSA
UNTUK MENDUKUNG USAHA
EKONOMI DAN SUMBER PANGAN
OLEH :
DJAROT HARSOJO REKSOWARDOJO
RUSA JAWA (Cervus timorensis russa)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Target konsumsi daging/gizi belum terpenuhi.
Peningkatan jumlah penduduk tidak diiringi dengan
peningkatan populasi ternak potong.
Dari aspek hukum masih banyak kendala dalam
pemanfaatan rusa.
Belum ada sinkronisasi antara PP. No. 8 /1999
dengan SK. Mentan No. 404/Kpts/OT210/06/2002
Pemanfaatan rusa pada generasi F-2 terkendala
oleh sulitnya penandaan.
Umur produktif rusa dilindungi perlu ditegakkan.
MAKSUD DAN TUJUAN
Diharapkan muncul nota kesepahaman antar
instansi terkait, yaitu Dirjen PHKA (Dephut)
dengan Dirjen Peternakan (Deptan).
2. Ada garis tegas antar penangkar (melestarikan
kemurnian jenis, dilindungi UU) dan pembibitan
rusa komersial (F2 dst).
3. Instansi berwenang (Dirjen PHKA /Dephut)
dihimbau bisa mengizinkan pemanfaatan ranggah
muda rusa F-1
1.
Keunggulan reproduksi relatif baik
Daya adaptasi tinggi
Efisiensi dalam penggunaan pakan
KEUNGGULAN
RUSA :
Daging
Kulit
Velvet antler
Rangga keras
Berkhasiat sebagai obat
tradisional
(nutraceutical)
Alternatif penyedia sumber daging dan by-productnya dalam jumlah banyak
INDONESIA MEMILIKI 5 SPESIES RUSA





Rusa Sambar (Cervus unicolor)
Rusa Timor (Cervus timorensis)
Rusa Bawean (Axis kuhlii)
Muntjac (Muntiacs muntjac)
Rusa Totol ( Axis axis)
Rusa
Sambar
Rusa
Timor
Rusa Totol
Rusa
Bawean
Muntjac
PP. NO. 8 TAHUN 1999
PASAL 11
Rusa dapat dimanfaatkan turunan kedua (F-2) dan seterusnya
TANTANGAN / HAMBATAN






Belum dicapai kesepahaman dalam hal pemanfaatan
rusa dan aspek legalitas.
Ditjen Bina Produksi Peternakan telah diakui sebagai
hewan ternak diakui sebagai hewan ternak (aneka
ternak)
Ditjen PHKA masih berstatus sebagai satwa yang
dilindungi.
Mudah stress  hambatan ovulasi/penurunan
kesuburan.
Investasi awal lebih tinggi  pagar tinggi, fasilitas
handling dan restraining.
Penandaan sulit dilakukan
PERSPEKTIF
Belum banyak diusahakan dan dibudidayakan.
 Rusa “rawan” punah.
 Berburu : budaya orang “dahulu: atau dengan
istilah “food gathering and collecting”.
 Dilindungi oleh UU. (UU. RI No. 5 Th. 1990)
 PP No. 8 Th. 1999 (pasal 11).
 SK. Mentan Nomor 362/Kpts/T.N.120/5/1990

PROSPEK
Aspek Teknis
Lebih efisien dalam penggunaan pakan.
 Aspek Sosek
Makanan orang terhormat (lord food).
 Aspek Pasar
Rendah kholesterol dan lemak
 Aspek Legalitas
PP Np. 8 Th. 1999, F-2 ternak budidaya.

PERBANDINGAN KANDUNGAN NUTRISI
DAGING RUSA MERAH DENGAN TERNAK
LAINNYA (PER 100 GRAM BAHAN)
Jenis
Kalori
(kkal)
Lemak
(gr)
Kolesterol
(mgr)
Protein
(gr)
Rusa merah
159
3,30
66
25
Sapi potong
21
9,76
92
31
Babi
219
10,64
101
29
Domba
178
7,62
83
25
Ayam
159
3,42
83
31
Kalkun
154
3,45
38
29
Ikan salmon
138
5,75
39
20
Sumber : Semiadi, G. 1998, Budaya rusa tropika sebagai hewan ternak
KHASIAT RANGGAH MUDA RUSA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit influenza.
Meningkatan fungsi cardio vascular.
Mempercepat proses penghilangan keletihan.
Mempercepat proses penyembuhan.
Meningkatkan jumlah sel darah merah (erythrocit).
Memperlambat mati haid (menopause)
Memperlambat proses impotensi (andropause)
Memperlambat proses keropos tulang (osteoporosis)
Mempercepat proses penyembuhan luka.
Meningkatan daya imunitas tubuh.
Memperlambat penuaan organ (anti aging).
Menurunkan keluhan rheumatic.
Mempekuat fungsi otot dan tulang.
Sebagai peluruh air kencing (diuretic)
Meningkatkan nafsu seks (libido) dan kesuburan pada pria maupun wanita.
FORMAT PEMBERDAYAAN
PENGEMBANGAN RUSA
1.
Perlu solusi untuk memperoleh kemudahan
prosedur dalam perizinan pemanfaatan rusa sebagai
ternak yang dibudidayakan dan dikembangkan
secara komersial terutama yang terkait dengan
kepastian hukum/legalitas dan kewenangan dengan
membuat nota kesepahaman bersama antar instansi
terkait yaitu Dirjen PHKA (Dephut) selaku
pemberi izin sebagai hewan yang dilindungi dan
Ditjen Peternakan mengembangkan sebagai hewan
ternak.
2.
Upaya terobosan dengan menggalakkan usaha penangkatan
rusa dalam rangka domestikasi dari hewan liar menjadi
hewan domestikasi dengan tidak masyarakat/perorangan
maupun pengusaha/swasta yang berminat dalam usaha
pengembangan rusa secara agribisnis maupun agrobisnis dan
agrowisata.
3.
Merumuskan tata cara penangkaran rusa dan budidaya
ternak
rusa
dengan
melibatkan
para
pakar/peneliti/perguruan tinggi dalam inovasi teknologi dan
tatacara pengelolaan usaha peternakan rusa yang baik (Good
Farming Practice/GFP) misalnya perbaikan mutu genetik
dengan kawin silang.
4.
Sosialisasi pemanfaatan rusa sebagai hewan penghasil daging
dan hasil ikutannya (tanduk dan kulit) yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi.
5.
Pembinaan yang berkelanjutan untuk lokasi-lokasi yang
sudah dirintis/pusat-pusat penangkaran dan untuk daerah
yang belum melaksanakan dianjurkan untuk memulai rintisan
pilot proyek dengan memanfaatkan lahan yang belum
diusahakan yang dikelola secara profesional.
6.
Pembinaan pemasaran dengan melakukan promosi
pengolahan hasil ternak maupun sebagai agrowisata.
PENANGANAN PENANGKARAN
RUSA DI PROV. JAWA TENGAH

Kondisi Penangkaran
Jumlah penangkar : 48
Populasi rusa
: 540 ekor
Penangkar berizin : 12 (25%)
 Permasalahan
1. Pengajuan dan pengurusan izin penangkaran ke Balai KSDA
2.
3.
dirasa sulit.
Penangkar kesulitan melakukan penandaan, sehingga rusa tetap
bertahan pada status F-1 (dilindungi), belum bisa dimanfaatkan.
Belum pernah ada instansi yang terkait membantu / mengarahkan
penandaan rusa.

Peluang Pemanfaatan
1.
Hotel-hotel berbintang di DIY butuh 100
karkas rusa per minggu, diimport dari
Australia dan Selandia Baru.
2.
Hotel Lor In Solo membuka diri sebagai
tempat promosi produk rusa, dan terbuka
kemungkinan untuk menyajikan menu daging
rusa di seluruh Hotel Lor In di Indonesia.

Langkah-langkah Pembinaan
1.
2.
3.
4.
5.
Pembinaan tentang zooteknik pemeliharaan menuju
pemanfaatan secara rutin dan berkala.
Perlu adanya pusat pengembangan informasi dan
budidaya rusa yang dapat diakses oleh para
penangkar.
Perlu pelatihan dan pendidikan guna meningkatkan
keterampilan.
Perlu bantuan penandaan, khususnya bagi penangkat
skala kecil.
Perlu reformasi perundangan, agar penangkar dapat
memanfaatkan ranggah muda rusa generasi F-1.
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
Ditinjau dari segi kemudahan dipelihara, daya tahan penyakit yang
sangat tinggi, daya adaptasi lingkungan yang baik, variasi makan
hijauan yang luas, kemampuan tumbuh dan reproduksi yang cepat
serta potensi produksi daging berkualitas tinggi maka
pengembangan budidaya Rusa untuk mendukung usaha ekonomi
dan sumber pangan (protein hewani) alternatif pasti dapat dicapai.
Pembudidayaan rusa adalah menggunakan hasil penangkaran pada
generasi F-2. Peran aktif dari instansi terkait (Dinas Kehutanan
dan Balai KSDA) sangat diharapkan oleh para penangkaran dan
sangat menentukan upaya pemanfaatan.
Diharapkan dinas terkait dapat membantu pemanfaatan ranggah
muda pada penangkar mendapatkan pemasukan untuk membantu
membiayai kegiatan penangkarannya.
Diharapkan segera muncul kebijakan baru, di mana Dirjen PHKA
(Dephut) lebih fokus kepada pelestarian rusa melalui upaya
penangkaran dan Dirjen Peternakan (Deptan) lebih fokus kepada
pengembangan rusa komersial, dengan membentuk Pembibitan
Rusa Komersial.