7-kerajaan-kediri-dan

Download Report

Transcript 7-kerajaan-kediri-dan

KERAJAAN
HINDU - BUDHA
KERAJAAN
KEDIRI
Arca
Wishnu,
berasal dari
Kediri, abad
ke-12 dan
ke-13.
RAJA-RAJA ZAMAN KERAJAAN KEDIRI
Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya
ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).
Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak
diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri
Samarawijaya atau bukan.
Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti
Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).
Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan
prasasti Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin
Bharatayuddha (1157).
Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan
prasasti Kahyunan (1161).
Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).
Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).
Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin
Smaradahana.
Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan
(1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205),
Nagarakretagama, dan Pararaton.
KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Panjalu atau Kediri adalah
kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa bagian
timur, berdiri sekitar tahun 1045-1221 M.
Nama-nama lainnya yang juga dikenal untuk
menyebut kerajaan ini adalah Kerajaan
Dhaha.
Kerajaan ini merupakan salah satu dari dua
kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045
(satu lainnya adalah Janggala), yang
dipecah oleh Airlangga untuk dua puteranya.
Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua
kerajaan untuk menghindari perselisihan dua
puteranya, dan ia sendiri turun tahta
menjadi pertapa. Wilayah Kerajaan Kediri
adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.
PERKEMBANGAN
Tak banyak yang diketahui mengenai
peristiwa di masa-masa awal Kerajaan
Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah
dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan
Janggala. Dengan demikian, berakhirlah
Janggala kembali dipersatukan dengan
Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup
kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab
Kakawin Smaradahana oleh Mpu Dharmaja,
yang dikenal dalam kesusastraan Jawa
dengan cerita Panji. Demikian pula Mpu
Tanakung mengarang kitab Kakawin Lubdaka
dan Wertasancaya
Raja terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159).
Jayabaya di kemudian hari dikenal sebagai "peramal"
Indonesia masa depan. Pada masa kekuasaannya, Kediri
memperluas wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan.
Pada masa ini pula, Ternate menjadi kerajaan
subordinat di bawah Kediri. Waktu itu Kediri
memiliki armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga
terkenal karena telah memerintahan penggubahan
Kakawin Bharatayuddha, yang diawali oleh Mpu Sedah
dan kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
Raja Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal
sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk
menyembahnya. Ini menyebabkan ia ditentang oleh para
brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir dari
kerajaan Kadiri.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007,
yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri
diharapkan dapat membuka lebih banyak tabir misteri.
Raja Jayawarsa
Masa pemerintahan Jayawarsa (1104M)
hanya dapat diketahui melalui prasasti
Sirah Keting. Pada maasa
pemerintahannya, Raja Jayawarsa
memeberikan hadiah kepada rakyat desa
sebagai tanda penhargaan, karena
rakyat desa telah berjasa kepada raja.
Dari prasasti itu diketahui Raja
Jayawarsa sangat besar perhatiannya
kepada rakyatnya dan berupaya
meningkatkan kesejahteraan kehidupan
rakyatnya.
Kamesywara
Memerintah 1115 – 1130 yang bergelar
Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri
Kamesywara Sakalabhuawanatustikarana
Sarwwaniwaryawirya Parakarama
Digjayatunggadewa. Kamesywara menikah
dengan Sri Kirana, puteri Kerajaan
Janggala. Dengan demikian ia berhasil
mempersatukan Kadiri dengan Janggala
setelah terpecah sejak dipecah oleh
Airlangga pada tahun 1045.
Pada masa ini, ditulis kitab
Smaradahana oleh Mpu Dharmaja, yang
dikenal dalam kesusastraan Jawa
dengan cerita Panji.
Jayabaya
Peninggalan berupa prasasti Hantang 1135,
prasasti Talan (1136), dan prasasti Jepun
(1144), serta Kakawin Bharatayuddha
(1157).
Pada prasasti Hantang (Ngantang), terdapat
semboyan Panjalu Jayati, yang artinya
Kadiri menang. Prasasti ini dikeluarkan
sebagai piagam pengesahan anugerah untuk
penduduk desa Ngantang yang setia pada
Kadiri selama perang melawan Janggala.
Dari prasasti tersebut dapat diketahui
kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil
mengalahkan Janggala dan mempersatukannya
kembali dengan Kadiri.
Kemenangan Jayabhaya atas Janggala
disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa
atas Korawa dalam kakawin Bharatayuddha
yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh tahun 1157.
Sarweswara 1159-1161
Gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rakai
Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara
Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya
Parakrama Digjaya Uttunggadewa.
Peninggalan adalah prasasti Padelegan II,
23 September 1159. Sedangkan yang paling
muda adalah prasasti Kahyunan, 23 Februari
1161. Dari prasasti-prasasti tersebut
diketahui nama pejabat rakryan mahamantri
saat itu ialah Mahamantri Halu Panji
Ragadaha dan Mahamantri Sirikan Panji
Isnanendra.
Tidak diketahui pula kapan Sri Sarweswara
turun takhta. Raja selanjutnya yang
memerintah Kadiri berdasarkan prasasti
Angin tahun 1171 adalah Sri Aryeswara.
Aryeswara 1171
Nama gelar abhisekanya ialah Sri
Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan
Sri Aryeswara naik takhta.
Peninggalan sejarahnya berupa
prasasti Angin, 23 maret 1171.
Lambang kerajaan Kadiri saat itu
adalah Ganesha.
Tidak diketahui pula kapan pemerintah
annya berakhir. Raja Kadiri selanjut
nya berdasarkan prasasti Jaring
adalah Sri Gandra.
Gandra
Sri Gandra adalah raja Kadiri yang
memerintah sekitar tahun 1181. Nama gelar
abhisekanya ialah Sri Maharaja
Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka
Parakrama Anindita Digjaya Uttunggadewa
Sri Gandra.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri
Gandra naik takhta. Peninggalan sejarahnya
berupa prasasti Jaring, 19 November 1181.
Isinya berupa pengabulan permohonan
penduduk desa Jaring melalui Senapati
Sarwajala tentang anugerah raja sebelumnya
yang belum terwujud..
Dalam prasasti tersebut diketahui adanya
nama-nama hewan untuk pertama kalinya
dipakai sebagai nama depan para pejabat
Kadiri, misalnya Menjangan Puguh, Lembu
Agra, dan Macan Kuning.
Tidak diketahui pula kapan pemerintahan
Sri Gandra berakhir. Raja Kadiri
selanjutnya berdasarkan prasasti
Semanding tahun 1182 adalah Sri
Kameswara.
Kertajaya
Nama Kertajaya terdapat dalam
Nagarakretagama(1365) yang dikarang
ratusan tahun setelah zaman Kadiri.
Bukti sejarah keberadaan tokoh Kertajaya
adalah dengan ditemukannya prasasti
Galunggung (1194), prasasti Kamulan
(1194), prasasti Palah (1197), dan
prasasti Wates Kulon (1205).
Dari prasasti-prasasti tersebut dapat
diketahui nama gelar abhiseka Kertajaya
adalah Sri Maharaja Sri Sarweswara
Triwikramawatara Anindita Srenggalancana
Digjaya Uttunggadewa.
Kekalahan Kertajaya
Dalam Pararaton Kertajaya disebut
dengan nama Prabu Dandhang Gendis.
Dikisahkan pada akhir pemerintahannya
ia menyatakan ingin disembah para
pendeta Hindu dan Buddha. Tentu saja
keinginan itu ditolak, meskipun
Dandhang Gendis pamer kesaktian
dengan cara duduk di atas sebatang
tombak yang berdiri.
Para pendeta memilih berlindung pada
Ken Arok, bawahan Dandhang Gendis
yang menjadi akuwu di Tumapel.
Ken Arok lalu mengangkat diri menjadi
raja dan menyatakan Tumapel merdeka,
lepas dari Kadiri. Dandhang Gendis
sama sekali tidak takut. Ia mengaku
hanya bisa dikalahkan oleh Siwa.
Mendengar hal itu, Ken Arok pun
memakai gelar Bhatara Guru (nama lain
Siwa) dan bergerak memimpin pasukan
menyerang Kadiri. Perang antara Tumapel
dan Kadiri terjadi dekat desa Ganter
tahun 1222. Para panglima Kadiri yaitu
Mahisa Walungan (adik Dandhang Gendis)
dan Gubar Baleman mati di tangan Ken
Arok. Dandhang Gendis sendiri melarikan
diri dan bersembunyi naik ke kahyangan.
Nagarakretagama juga mengisahkan secara
singkat berita kekalahan Kertajaya
tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya
melarikan diri dan bersembunyi dalam
dewalaya (tempat dewa).
Kedua naskah tersebut memberitakan tempat
pelarian Kertajaya adalah alam dewata.
Kiranya yang dimaksud adalah Kertajaya
bersembunyi di dalam sebuah candi
pemujaan, atau mungkin Kertajaya tewas
dan menjadi penghuni alam halus (akhirat)
Keturunan Kertajaya
Sejak tahun 1222 Kadiri menjadi daerah bawahan
Tumapel. Menurut Nagarakretagama, putra Kertajaya
yang bernama Jayasabha diangkat Ken Arok sebagai
bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan
putranya, yang bernama Sastrajaya. Kemudian tahun
1271 Sastrajaya digantikan putranya yang bernama
Jayakatwang. Pada tahun 1292 Jayakatwang
memberontak dan mengakhiri riwayat Tumapel.
Berita tersebut tidak sesuai dengan naskah
prasasti Mula Malurung (1255), yang mengatakan
kalau penguasa Kadiri setelah Kertajaya adalah
Bhatara Parameswara putra Bhatara Siwa (alias Ken
Arok). Adapun Jayakatwang menurut prasasti
Penanggungan adalah bupati Gelang-Gelang yang
kemudian menjadi raja Kadiri setelah menghancurkan
Tumapel tahun 1292.
KARYA SASTRA PADA JAMAN KEDIRI
• Seni sastra mendapat banyak perhatian pada
zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun
1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh
Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh.
Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang
berisi kemenangan Pandawa atas Korawa,
sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya
atas Janggala.
• Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis
Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya.
Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan
Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang
menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada
zaman pemerintahan Kertajaya terdapat
pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis
Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis
Kresnayana.
SINGHASARI
Kerajaan Singhasari atau sering
pula ditulis Singasari, adalah
kerajaan di Jawa Timur yang
didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222. Lokasi kerajaan ini
diperkirakan berada di daerah
Singosari, Malang.
Pada saat Daha menjadi bawahan
Singhasari
• Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan
Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui
raja-raja Daha zaman Singhasari, yaitu:
– Mahisa Wunga Teleng putra Ken Arok
– Guningbhaya adik Mahisa Wunga Teleng
– Tohjaya kakak Guningbhaya
– Kertanagara cucu Mahisa Wunga Teleng (dari pihak ibu),
yang kemudian menjadi raja Singhasari
Daha menjadi bawahan Majapahit
• Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit
yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha
tapi hanya bersifat simbol, karena pemerintahan harian
dilaksanakan oleh patih Daha.
• Jayanagara 1295-1309 Nagarakretagama.47:2; Prasasti
Sukamerta - didampingi Patih Lembu Sora.
• Rajadewi 1309-1375 Pararaton.27:15; 29:31; Nag.4:1 didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada.
• Indudewi 1375-1415 Pararaton.29:19; 31:10,21
• Suhita 1415-1429 ?
• Jayeswari 1429-1464 Pararaton.30:8; 31:34; 32:18; Waringin
Pitu
• Manggalawardhani 1464-1474 Prasasti Trailokyapuri
Nama asli Singhasari
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi
Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah
Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama,
ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota
Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana
mengangkat putranya yang bernama Kertanagara
sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota
menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang
merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih
terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan
Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan
Singhasari.
Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari
Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Berdirinya Kerajaan Tumapel
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah
daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat
sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu
adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan
cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang
bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu
baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul
Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok
kemudian berniat melepaskan Tumapel dari
kekuasaan Kadiri. Pada tahun 1222 terjadi
perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan
kaum brahmana. Para brahmana lalu
menggabungkan diri dengan Ken Arok yang
mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi
Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang
dimenangkan oleh Tumapel. Nagarakretagama juga
menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan
Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama
Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan
Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinatha
putra yang mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara
tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan
Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini
adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena
dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan
Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu,
Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju
perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu
menggunakan julukan Bhatara Siwa.
Raja Singasari
Terdapat perbedaan antara Pararaton dan
Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan rajaraja Singhasari.
Versi Pararaton adalah:
Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 1247), Anusapati (1247 - 1249), Tohjaya (1249 1250), Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 1272), Kertanagara (1272 - 1292)
Versi Nagarakretagama adalah:
Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)
Anusapati (1227 - 1248)
Wisnuwardhana (1248 - 1254)
Kertanagara (1254 – 1292)
Ken Arok
Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar
Sri Ranggah Rajasa ang Amurwabhumi. Ia
mendirikan dinasti bernama Girindrawangsa.
Pendirian dinasti itu bertujuan
membersihkan masa lalu Ken Arok. Perlu
diketahui, Ken Arok menjadi raja dengan
melalui berbagai skandal, seperti membunuh
Mpu Gandring, Tunggul Ametung, mengawini
istri Tanggul Ametung bernama Ken dedes,
dan memberontak terhadap Kadiri. Pendirian
dinasti itu juga agar keturunan Ken Arok
tidak ternoda dengan skandal yang pernah
dilakukannya.
Ken Arok memerintah Singhasari selama 5
tahun. Masa pemerintahnnya berakhir
tragis. Ia terbnuh oleh Anusapati, anak
danri perkawinan Ken Dedes dan Tnggul
Ametung. Lebih tragis lagi, ia terbunuh
keris yang digunakannya untuk membunuh
Tanggul Ametung.
Anusapati
Anusapati menjadi raja menggantikan Ken
Arok sebagai raja kedua Singhasari.
Meskipun memerintah cukup lama, hampir
idak ada perubahan yang ia lakukan selama
memerintah. Ia tenggelam dalam kegemaran
menyabung ayam.
Kegemaran menyabung ayam itu akhirnya
mengakhiri hidup sekaligus masa
pemerintahannya. Kegemaran itu
dimanfaatkan pleh Tohjaya, anak dari
perkawinan Ken Arok dan Ken umang, untuk
menyingkirkan Anusapati. Dalam suatu
kesempatan, raja itu diundang ke rumah
Tohjaya untuk menyabung ayam, Tohjaya
menikam Anusapati, dengan keris yang
pernah digunakan Anusapati untuk
membunuh Ken Arok.
Tohjaya
Tohjaya hanya memerintah selama
beberapa bulan. Penyebabnya adalah
kemelut politik. Ranggawuni, putera
Anusapati, menuntut hak atas tahta
Singashari. Ia didukung oleh Mahisa
Campaka, cucu dari perkawinan Ken
Arok dan Ken Dedes. Semakin kuatnya
dukungan terhadap Ranggawuni dan
Mahisa Campaka membuat kedudukan
Tohjaya dapat digulingkan.
Wisnuwardhana
Ranggawuni naik tahta Singhasari
dengan bergelar Wisnuwardhana. Ia
dibantu oleh Mahisa Campaka yang
bergelar Narasinghamurti. Mereka
berdua memerintah Singhasari secara
bersama-sama (dilambangkan Dewa Wisnu
dan Dewa Indra). Wisnuwardhana sebagai
raja dan Mahisa Campaka sebagai ratu
angabhaya. Pemerintahan kedua pemimpin
tersebut membawa Singhasari pada
keamanan dan kesejahteraan.
Di tengah masa pemerintahannya,
Wisnuwardhana mengangkat puteranya
Kertanegara menjadi yuvaraja atau
raja muda. Pengangkatan itu
bertujuan menyiapkan Kertanegara
menjadi raja yang cakap.
Wisnuwardhana adalah satu-satunya
raja Singhasari yang wafat tanpa
terbunuh. Setelah ia meninggal,
tahta kerajaan beralih pada
Kertanegara.
Kertanegara
Kertanegara merupakan raja Singhasari
terbesar sekaligus terakhir. Dalam
pemerintahan, raja dibantu oleh tiga orang
mahamenteri, yaitu mahamenteri i hino,
mahamenteri i halu, dan mahamenteri i
sirikan. Untuk urusan keagamaan, ia dibantu
oleh seorang kepala agama Budha yang dikenal
dengan sebutan darmadhyaksa ring kasogatan
dan seorang maha brahmana (kepala agama
Hindu) yang dikenal dengan sebutan
dharmadyaksa ring kasaiwan. Organisasi
pemerintahan seperti itu diteruskan dalam
Kerajaan Majapahit.
Kebijaksanaa Kertanegara
1. Politik dalam negeri
1. Reshufle, Mutasi Jabatan
2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan
politiknya
2. Politik Luar Negeri
1. Ekspedisi Pamalayu1275, 1286
2. Menguasai Bali 1286, Jabar 1289, Pahang
dan Tanjung Pura
3. Menikahkan Tapasi (adiknya) dengan Raja
Campa.
Runtuhnya Kerajaan TumapelSinghasari
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan
angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun
1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati
Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus
ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri.
Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang
menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun
berakhir.
Peninggalan Singhasari
Candi Singasari disebut juga Candi Tumapel berupa kuil
Syiwa yang besar dan tinggi.
Peninggalan Singhasari
Candi Singasari disebut juga Candi Tumapel berupa kuil
Syiwa yang besar dan tinggi.