Transcript File

PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN
TES HASIL BELAJAR
Penyajian skor
Skor-skor yang diperoleh dapat disajikan dalam
sejumlah cara yang dapat dengan mudah dibaca
secara komprehensif dan terorganisasi dengan baik.
Perbedaan antara skor dan nilai
•
Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh
dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal
tesyang dijawab betul oleh siswa
•
Nilai adalah ubahan dariskor dengan menggunakan
acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan
standar
Contoh : A memperoleh skor 24 artinya A hanya
menguasai : 24/40 x 100% tujuan instruksional
khusus atau hanya 60% dari tujuan instruksional
khusus, dalam daftar nilaiA dapat 60, jadi
perbedaannya: 24 adalah skor, 60 adalah nilai.
• Skor dapat dibedakan atas 3 macam. Yaitu skor
yang
diperoleh
(obtained
score),
skor
sebenarnya (true score), dan skor kesalahan
(error score)
Skor sebenarnya seringkali disebut dengan
istilah skor univers – skor alam (universe
score) adalah nilai hipotetis yang sangat
tergantung dari perbedaan individu berkenaan
dengan pengetahuan yang dimiliki secara
tetap.
Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan
skor sebenarnya disebut dengan istilah
kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan
skor,atau dibalik skor kesalahan.
•
Hubungan antara ketiga macam skor tsb adalah :
Skor yang diperoleh = skor sebenarnya + skor kesalahan
•
•
Norm – Referenced dan Criterion – Referenced
Di dalam penggunaan Criterion Referenced, siswa
dibandingkan dengan sebuah standar tertentu, yang
dibandingkan dengan standar mutlak yaitu standar 100.
penggunaan standar mutlak terutama dipertahankan dalam
penerapan prinsip belajar tuntas
•
Di dalam –penggunaan norm-referenced, prestasi belajar
seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam
kelompoknya
Dengan standar mutlak
•
1)
2)
Apabila standar relatif dan standar mutlak dihubungkan dengan
pengubahan skor menjad inilai, akan terlihat sbb :
Pemberian skor terhadap siswa, di dasarkan atas pencapaian
siswa terhadap tujuan yang ditentukan
Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung
Contoh :
•
Dari ulangan ke-1, memperoleh skor 60 (mencapai 60% tujuan)
•
Dari ulangan ke-2, memperoleh skor 80 (mencapai 80% tujuan)
•
Dari ulangan ke-3, memperoleh skor 50 (mencapai 50% tujuan)
•
Maka nilai siswa : 60 + 80+ 50 = 63,3 dibulatkan 63
3
Dengan standar relatif
1) Pemberian skor terhadap siswa juga didasarkan atas
pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan
2) Nilai diperoleh dengan 2 cara
a) Mengubah skor tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya
b) Menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai
Mengolah Nilai
•
a.
Beberapa skala penilaian
Skala bebas (yaitu skala yang tidak tetap): adakalanya skor
tertinggi 20, lain kali 25 dan lain lagi 50, ini semua
tergantung dari banyak dan bentuk soal, jadi angka tertinggi
dan skala yang digunakan tidak selalu sama.
b.
Skala 1 – 10
Dalam skala 1- 10, guru jarang memberikan angka
pecahan, misalnya 5,5,angka tsb kemudian dibulatkan
menjadi 6. padahal angka 6,4 pun akan dibulatkan menjadi
6. dengan demikian rentangan angka 5,5 sampai 6,4
(selisih hampir 1) akan keluar di rapor dalam satu
bentuk,yaitu 6.
c.
Skala 1 – 100
Seyogyanya bahwa angka merupakan bilangan bulat.
Menggunakan skala 1 -10 maka bilangan bulat yang ada
masih menunjukkan penilaian agak kasar. Dengan
menggunakan skala 1 – 100,dimungkinkan melakukan
penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan
bulat. Nilai 5,5 dan 6,4 dalam skala1 – 10 yang biasanya
dibulatkan menjadi 6, dalam skala 1 -100 boleh dituliskan
dengan 55 dan 64.
d.
Skala huruf
Pemberian nilai dapat dilakukan dengan huruf A, B,C, D, dan
E (ada juga yang menggunakan sampai dengan G tetapi
padaumumnya 5 huruf). Sebenarnya sebutan “skala” ada
yang mempersoalkan . Jarak antara huruf A dan B tidak
dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan C, atau
antara C dan D. Dalam menggunakan angka dapat
dibuktikan dengan garis bilangan bahwa jarak antara 1dan 2
sama dengan jarak antara 2 dan 3.demikian pula jarak antara
3 dan 4, serta 4 dan 5.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penggunaan huruf dalam penilaian akan terasa lebih tepat
digunakan karena tidak ditafsirkan sebagai arti perbandingan.
Huruf tidak menunjukkan kuantitas, tetapi dapat digunakan
sebagai simbol untuk menggambarkan kualitas.
• Contoh angka dan huruf yang dipakai oleh UNY sbb :
Anka 100
Angka 10
UNY
Huruf
80 – 100
66 – 79
56 – 65
40 – 55
30 - 39
8,0 – 10,0
6,6 – 7,9
5,6 – 6,5
4,0 – 5,5
3,0 – 3,9
8,1 – 10
6,6 – 8,0
5,6 – 6,5
4,1 – 5,5
0- 4,0
A
B
C
D
E
Keterangan
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
DISTRIBUSI NILAI
• Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa-siswanya dalam suatu
kelas didasarkan pada dua macam standar,yaitu :
a. Standar mutlak
b. Standar relatif
a.
Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak
Dengan standar mutlak dimungkinkan diperoleh gambar kurva normal.
Jika soal-soal tes disusun oleh guru dengan tepat seperti gambaran
kecakapan siswa-siswanya.
Gambaran prestasi siswa jika
soal-soal ulangan yg disusun
oleh guru sangat mudah. Di-sebut
kurva juling negatif karena ekordi kiri
Gambaran prestasi siswa jika
soal-soal ulangan yg disusun
oleh guru terlalu sukar. Disebut
juling positif karena ekornya di
kanan.
jika hasil ulangan digambarkan dalam kurva akan terlihat kurva normal
2% 14% 34% 34%
14%
2%
Gambaran prestasi siswa jika soalSoal ulangan yang disusun ada yang
Sukar dan ada yang mudah
b.
Distribusi nilai berdasarkan standar relatif
Dalam menggunakan standar relatif atau norm-referenced,
kedudukan seorang selalu dibandingkan dengan kawankawannya dalam kelompok.
c.
Standar nilai
dari distribusi nilai, dapat membahas masalah standar nilai
• Menurut Gronlund distribusi nilai, skor-skor siswa direntangkan
menjadi 9 nilai (disebut juga Standar Nines atau stanines) sbb :
Stanines
Interprestasi
9
(4%)
Tinggi
(4%)
8
7
(7%)
(12%)
Di atas
Rata-rata
(19%)
6
5
4
( 17%)
(20%)
(17%)
Rata-rata
(54%)
3
2
(12%)
(7%)
Di bawah
Rata-rata
(19%)
1
(4%)
Rendah
(4%)
• Ada yang menggunakan standar enam, presentase penyebaran nilai
sbb :
Standar Enam
9
8
7
6
5.
4
Interprestasi
(5%)
(10%)
(20%)
(40%)
(20%)
(5%)
Baik sekali
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
Kurang sekali
• Penyebaran nilai dengan standar enam adalah sbb :
10% siswa yang mendapat nilai tertinggi diberi nilai 9
20% di bawahnya diberi 8
40% di bawahnya diberi 7
20% di bawahnya diberi 6
5% di bawahnya diberi 5
5% di bawahnya diberi 4
Catatan : untuk menentukan persentase siswa yang
mendapat nilai,diambil dari nilai gabungan antara nilai
tes formatif dan sumatif. Penyimpangan yang mungkin
terjadiadalah
apabila
nilai-nilaiyang
diperoleh
mengelompok di atas atau dibawah. Sehubungan
dengan ini dikeluarkan dua ketentuan :
(1) Jika nilai gabungan formatif dan sumatif hanya
berkisar antara 60 – 100, maka daerah nilai dari 4 s.d
9 diubah menjadi 6,5 s.d 9, dengan urutan sebagai
berikut 6,5; 7; 7,5; 8; 9.
(2) Jika nilai gabungan formatif dan sumatif hanya 59 ke
bawah, maka daerah nilai dari 4 s.d 9 di atas diubah
menjadi 4 s.d6,5 dengan urutan sbb : 4;4,5; 5.5;6; 6,5.
Standar eleven(stanel)
Ada standar nilai yang lain, yaitu yang
dikembangkan
di
Fakultas
Ilmu
Pendidikan UGM
Dengan stanel ini,sistem penilaian
membagi skala menjadi 11 golongan
yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10 yang satu sama lain berjarak sama.
Tiap-tiap angka menempati interval
sebesar 0,55 SD, bertitik tolak dari Mean
= 5 yang menempati jarak antara -0,275
SD sampai +0,275 SD. Seluruh jarak
yang digunakan adalah dari -3,025 SD
sampai +3,025 SD.
• Dasar pemikiran untuk stanel adalah bahwa jarak praktis
dalam kurva normal adalah 6 SD yang terbagi atas 11 skala.:
11 skala
= 6 SD
1 skala
= 6/11 SD = 0,55 SD
Stanel
0
1
2
3
4
5
Mean
6
7
8
9
10
Standar sepuluh
Untuk mengolah hasil tes,digunakan standar relatif,dengan
nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai
diperlukan :
a) Mean (rata-rata skor)
b) Deviasi Standar (simpangan baku)
c) Tabel konversi angka ke dalam nilai berskala 1 – 10
(1)
(2)
(3)
(4)
Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah
menjadi nilai berskala 1 – 10 sbb:
Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skorskor mentah
Menghitung rata-rata skor (Mean)
Menghitung Deviasi Standar atau Standar Deviasi
Menstransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke
dalam nilai berskala 1 – 10.
•
Contoh :
64
45
30
14
56
58
52
35
44
25
Angka ulangan Matematika dari 50 siswa
10 32 45 20 35 40 35 50
5
46 34 16 28 39 43 38
15 40 44 22 32 35 39 39
52 21 46 36 36 42 44 36
48 29 54 38 42 33 36 38
Distribusi Frekuensi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kelas Interval
61
54
47
40
33
26
19
12
5 -
-
66
60
53
46
39
32
25
18
11
f
d
fd
fd2
1
3
4
12
15
6
4
3
2
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
-4
+4
+9
+8
+12
0
-6
-8
-9
-8
16
27
16
12
0
6
16
27
32
N = 50
Σd = 0
Σfd = 2
Σfd2 = 152
•
a)
Menghitung Mean, langkah-langkahnya adalah :
Menentukan Mean Duga (atau Mean Terkaan),yang biasanya
diambil pada kelas interval yang mempunyai frekuensi terbesar.
Besarnya MT (Mean Terkaan) adalah jumlah batas-batas kelas
interval dibagi 2 ,jadi :
33 + 39
MT =
= 36
2
b)
Menentukan Deviasi Duga (diberi simbol d), di mana pada kelas
interval yang mengandung MT diberi simbol 0, dan naik satu-satu
setiap kelas interval di atasnya, dan turun satu-satu setiap kelas
interval dibawahnya
Menghitung Mean yang sebenarnya dengan rumus :
Σ fd
Mean = MT + 1 (
)
N
c)
2
• Mean = 36 + 1 (
)
= 36 + 0,04 = 36,04
50
• Menghitung Deviasi Standar (DS) atau Standar Deviasi (SD)
SD = 1 √ ( fd2) ( fd )2
N
N
= 7 √ 152
( 2)2
50
50
= 7 √ 3.04 - 0,0016
= 7 √ 3.0384
= 12.2
TABEL KONVERSI ANGKA DALAM NILAI BERSKALA 1 -10
Skala Sigma
Skala 1 - 10
Skala Angka
10
Mean + (2,25) SD
9
Mean + (1,75) SD
8
Mean + (1,25) SD
7
Mean + (0,75) SD
6
Mean + (0,25) SD
5
Mean – (0,25) SD
4
Mean – (0,75) SD
3
Mean - (1,25) SD
2
Mean – (1,75) SD
1
Mean - (2,25) SD
)
+2.25 SD
)
+ 1,75 SD
)
1,25 SD
)
+ 0,75 SD
)
+0,25 SD
)
-0,25 SD
)
-0,75 SD
)
-1,25 SD
)
-1,75 SD
)
-2,25 SD
TABEL KONVERSI KE DALAM NILAI BERSKALA 0 – 100
Skala Sigma
Skala 1 - 10
Skala Angka
)
+2.25 SD
10
36,25 + (2,25) (12,2) = 63,73
9
36,25 + (1,75) (12,2) = 57,63
8
36,25 + (1,25) (12,2) = 51,53
7
36,25 + (0,75) (12,2) = 45,63
6
36,25 + (0,25) (12,2) = 39,33
5
36,25 – (0,25) (12,2) = 33,23
4
36,25 – (0,75) (12,2) = 27,73
3
36,25 – (1,25) (12,2) = 21.03
2
36,25- (1,75) (12,2) = 14,93
1
36,25 – (2,25) (12,2) = 8,83
)
+ 1,75 SD
)
1,25 SD
)
+ 0,75 SD
)
+0,25 SD
)
-0,25 SD
)
-0,75 SD
)
-1,25 SD
)
-1,75 SD
)
-2,25 SD
STANDAR LIMA
Menurut Gronlund penyebaran nilai dengan angka,juga
mengemukakan penyebaran nilai dengan huruf yang digambarkan
dengan kurva normal
-1,5 -0,5
F
D
C
0,5
B
1,5
A
7% 24% 38% 24% 7%
Catatan :
1. Gronlud tidak menggunakan huruf E tetapi huruf F
singakatan dari Fail (gagal)
2. Rentangan persentase ini hanya berlaku bagi populasi yang
sangat heterogen. Apabila populasi telah terseleksi akibat
kenaikan kelas atau pindah ke tingkat sekolah yang lebih
tinggi,maka golongan F yang ada diekor kiri akan berkurang
sehingga distribusi menjadi :
A.---- 10 sampai 20 %
B ---- 20 sampai 30 %
C ---- 40 sampai 50 %
D ---- 10 sampai 20 %
F ---- 0 sampai 10 %
MENCARI NILAI AKHIR
FUNGSI NILAI AKHIR
Secara garis besar,nilai mempunyai 4 fungsi sbb :
a. Fungsi instruksional
b. Fungsi informatif
c. Fungsi bimbingan
d. Fungsi administratif
•
a.
b.
c.
d.
FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT DIPERHITUNGKAN
DALAM PENILAIAN
Unsur umum adalah sbb :
Prestasi/pencapaiam (achievement)
Usaha (effort)
Aspek pribadi dan sosial (personal and social characteristic)
Kebiasaan bekerja (working habits)
CARA MENENTUKAN NILAI AKHIR
Penentuan nilai akhir dilakukan terutama pada waktu
guru akan mengisi rapor atau STTB. Biasanya guru
sudah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman
yang dikeluarkan pemerintah atau kantor/badan yang
membawahinya.
a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan
nilai tes formatif dan tes sumatif dengan rumus:
(F1 + F2 + ..........Fn)
+ 2s
n
NA
=
3
• Keterangan :
NA = Nilai Akhir
F = Nilai tes formati
S = Nilai tes sumatif
Jadi Nilai Akhir diperoleh dari rata-rata tes formatif (diberi
bobot satu) dijumlahkan dengan nilai tes sumatif (diberi bobot
dua) kemudian dibagi 3.
b. Nilai Akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan
nilai ulangan umum dengan bobot 2, 3, dan 5. Jadi jika
dituliskan dalam rumus menjadi:
NA =
2T+ 3H + 5U
10
•
T
H
U
KETERANGAN :
= Nilai tugas
= Nilai ulangan harian (rata-ratanya)
= Nilai ulangan Umum
c. Nilai Akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan
harian (diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot 2),
kemudian di bagi 3. Rumusnya :
ΣH + 2E
NA = (nH + 2)
Dimana :
ΣH = Jumlah nilai ulangan harian
E = Nilai EBTA
nH = Frekeunsi ulangan harian