Transcript slide pkj

HUKUM
PERJANJIAN KREDIT & JAMINAN
Oleh:
Rhido Jusmadi
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo)
Pengertian
Kredit berasal dari kata “Credere” (Romawi) dan
“Vertrouwen” (Belanda) yang artinya percaya.
Pasal 1 angka 11 UU No. 10 Thn 1998 tentang
Perubahan UU No. 7 Thn 1992 tentang Perbankan:
“Kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”
Arti Perjanjian (1313 BW):
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih”
Dari dua pengertian antara Perjanjian dengan Kredit
tersebut dapat ditarik pengertian tentang Perjanjian
Kredit, yaitu:
“Suatu perbuatan yang menimbulkan perikatan
berdasarkan persetujuan antara pihak kreditur
dengan debitur dalam bentuk penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang
mewajibkan pihak debitur untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”
Unsur-unsur Perjanjian Kredit:
a. Adanya para pihak (2 orang atau lebih), yaitu
berposisi sebagai Kreditur dan Debitur (Subyek
Hukum)
b. Obyek (hukum) nya berupa uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan
c. Dalam bentuk hutang
d. Dalam jangka waktu tertentu
e. Mengenal sistem bunga (prinsip syariah)
Kategori Perjanjian Kredit
Dalam lingkup hukum perjanjian dikenal 2 (dua)
kategori perjanjian, yaitu:
a.
Perjanjian Bernama (Benoemde Overeenkomst)
Yaitu perjanjian yang (namanya/titelnya)
diatur didalam BW, khususnya Buku III title
5-18
b.
Perjanjian tak Bernama (Onbenoemde
Overeenkomst)
Yaitu perjanjian yang namanya tidak diatur
dalam Buku III BW,khususnya title 5-18, tetapi
keberadaanya diakui di masyarakat.
Pasal 1319 BW:
Semua perjanjian baik yang mempunyai nama
khusus maupun yang tidak dikenal dengan
nama tertentu, tunduk pada peraturanperaturan umum yang termuat didalam BW ini
Sifat Perjanjian Kredit
Perjanjian Kredit merupakan perjanjian yang bersifat
“obligatoir overeenkomst” karena dalam pasal 1233
BW disebutkan bahwa “perjanjian melahirkan
perikatan”, sehingga obligatoir sudah menimbulkan
perjanjian yang mengikat para pihaknya untuk
memenuhi hak dan kewajiban.
Adanya hak dan kewajiban diantara para pihak
tersebut menimbulkan “persoonlijk recht”, jika ada
salah satu pihak yang tidak memenuhi kewajiban,
maka salah satu pihak tersebut dapat mengajukan
tuntutan.
PERSOONLIJK RECHT
=
PERJANJIAN BERSIFAT PRIBADI
(1315 jo 1340 BW)
PERJANJIAN ITU HANYA MENGIKAT PIHAK-PIHAK YG
MEMBUAT SAJA
(KECUALI: 1317, 1318 BW)
PERJANJIAN JAMINAN
Kredit yang diberikan selalu disertai dengan
jaminan yang bertujuan untuk menghindarkan
adanya resiko debitur tidak mampu melunasi
hutangnya.
Fungsi jaminan adalah memberikan hak dan
kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan
pelunasan dari jaminan tersebut bila debitur tidak
melunasi hutangnya pada waktu yang telah
ditentukan.
Kualifikasi jaminan yang baik (Prof. R. Subekti. SH):
Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit
itu oleh pihak yang memerlukan;
 Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari
kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya;
 Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit
(kreditur) dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu
tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat mudah
diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima kredit
(debitur).

Sifat Perjanjian Jaminan
Perjanjian Jaminan merupakan perjanjian
pelengkap yang sifatnya accesoir, yaitu
perjanjian tambahan yang senantiasa dikaitkan
dengan perjanjian pokok.
Tujuan Perjanjian Jaminan: Melengkapi
Perjanjian Pokok dan untuk menjamin kepastian
debitur dalam melunasi hutangnya kepada
kreditur
Bank
Bank
Perjanjian Pokok
Perjanjian Kredit
Nasabah
Perjanjian Accesoir
Nasabah
Perjanjian Nasabah
Sehingga Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan (agunan)
Perjanjian Pokok
bergantung
Perjanjian Accesoir
Akibat hukum accesoir, yaitu:





Perjanjian Accessoir tergantung pada Perjanjian Pokok
Hapusnya Perjanjian Accessoir tergantung pada
Perjanjian Pokok
Jika Perjanjian Pokok batal, maka Perjanjian Accessoir
juga ikut batal
Perjanjian Accessoir ikut beralih dengan beralihnya
Perjanjian Pokok
Jika Perutangan Pokok beralih karena; Cessi, Subrogasi,
maka Perjanjian Accessoir beralih juga tanpa adanya
penyerahan khusus
KREDITUR & HAK EKSEKUSI
Kreditur adalah orang yang mempunyai
piutang karena perjanjian atau undangundang yang dapat ditagih dimuka pengadilan
(Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang)
Unsur-unsur Kreditur:
a. Orang yang mempunyai piutang
b. Piutang terjadi karena perjanjian atau
undang-undang
c. Dapat ditagih dimuka pengadilan
Macam-macam kreditur:
A. Kreditur Konkuren
B. Kreditur Preferen
A. Kreditur Konkuren
Mempunyai hak penuntutan pemenuhan utang
terhadap seluruh harta kekayaan debitur, baik yang
berwujud benda bergerak maupun benda tidak
bergerak, dan juga baik benda yang telah ada
maupun yang masih akan ada (Pasal 1131 BW).
Jika hasil penjualan benda-benda tersebut ternyata
tidak mencukupi bagi pembayaran piutang para
kreditur, maka hasil tersebut dibagi-bagi antara para
kreditur seimbang dengan besarnya piutang masingmasing/ponds-ponds gelijk (Pasal 1132 BW).
Hak pemenuhan dari para kreditur yang seperti itu
adalah sama sederajat satu dengan yang lainnya,
tidak ada yang lebih diutamakan.
Kreditur mempunyai hak bersama-sama terhadap
seluruh harta kekayaan debitur, dan seluruh harta
kekayaan tersebut berlaku sebagai jaminan bagi
seluruh perutangan debitur, sehingga menjadi
jaminan bagi semua kreditur.
Konsekwensi Yuridisnya:
- Asas persamaan hak dari para kreditur itu
tidak mengenal kedudukan yang diutamakan
atau preferensi (voorrang)
- Tidak ada yang didahulukan satu dengan
yang lainnya, juga tidak mengenal hak yang
lebih tua dan hak yang lebih muda (asas
prioriteit)
- Hak yang lebih dulu terjadi sama saja
kedudukannya dengan hak yang terjadi
kemudian. Hak dari kreditur atas benda- benda
dari debitur di sini merupakan hak yang
bersifat perorangan (persoonlijk)
Ciri-ciri Kreditur Konkuren, yaitu:
- Mempunyai kedudukan yang lebih
rendah/dikalahkan dengan para kreditur preferen
- Hanya mempunyai hak yang bersifat hak
perorangan (personlijk) yang mempunyai tingkat
yang sama satu dengan yang lainnya
- Tidak mempunyai kedudukan untuk didahulukan
(voorrang) pemenuhannya, baik karena adanya
lebih dulu ataupun karena dapat ditagih lebih dulu
-
(opeisbaar)
Jaminannya bersifat umum karena tidak ada
perjanjian jaminan sebelumnya, sehingga obyek
jaminan berupa semua harta kekayaan debitur
Yang dijadikan jaminan adalah seluruh harta
kekayaan debitur
B. Kreditur Preferen
Kreditur preferen pemenuhan piutangnya didahulukan
(voorrang) dari pada piutang-piutang lainnya. Menurut
ketentuan undang-undang ditentukan bahwa para kreditur
pemegang hipotik, gadai, privelegi mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi (diutamakan) dari piutang-piutang lainnya
(Pasal 1133 BW).
Kreditur preferen pemenuhan piutangnya harus diutamakan
dari pada kreditur yang lain, terhadap hasil penjualan dari
benda yang dipakai sebagai jaminan. Kreditur preferen
memiliki hak bersifat zakelijk (kebendaan) yang mengenal
asas prioriteit.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kreditur konkuren itu:
- Pemenuhan piutangnya didahulukan (voorrang)
dari pada piutang-piutang lainnya karena
mempunyai hak preferensi (hak didahulukan)
- Dalam ketentuan UU ditentukan bahwa kreditur
pemegang Hipotik, Gadai, Hak Tanggungan, Fidusia,
dan Privilegi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
(diutamakan) dari piutang- piutang lainnya
- Jaminannya bersifat khusus, karena sebelumnya
ada perjanjian jaminan, sehingga obyek jaminan
jelas seperti yang tercantum dalam perjanjian jaminan.
- Yang dijadikan jaminan tergantung dari pilihan lembaga
jaminan yang diperjanjikan oleh para pihak
sebelumnya, seperti: Gadai, Borgtoch, Fidusia, Hipotik,
dan Hak Tanggungan
Hak untuk didahulukan dalam pemenuhan piutang
timbul karena 2 hal, yaitu:
Pertama : Karena dari awal memang sengaja
diperjanjikan lebih dulu bahwa piutangpiutang kreditur itu akan didahulukan
pemenuhannya dari pada piutang-piutang
yang lain
Kedua
: Kemungkinan untuk pemenuhan yang
didahulukan itu timbul karena memang
telah ditentukan oleh UU
PENGGOLONGAN
DARI LEMBAGA-LEMBAGA JAMINAN
a. Menurut Cara Terjadinya
Jaminan yang lahir karena Undang-Undang:
Adalah jaminan yang adanya ditunjuk oleh peraturan
perundang-undangan tanpa adanya perjanjian daripara pihak.
Contohnya : Hak Privilegi, Hak Retensi
Jamian yang lahir karena Perjanjian:
Yaitu adalah jaminan yang timbul karena sebelumnya sudah
diperjanjikan dulu oleh para pihak. Contohnya : Hipotik,
Gadai, Credietverband, Fidusia, Borgtoch, Perjanjian Garansi,
Perutangan Tanggung-menanggung
b. Menurut Penggolongannya
Jaminan Umum:
- Jaminan diberikan bagi kepentingan semua kreditur, dan
menyangkut semua harta kekayaan debitur
- Hasil penjualan jaminan dibagi-bagi secara “Ponds-Ponds Gelijk”
(dibagi seimbang dengan besar kecilnya piutang masing-masing)
- Jaminan umum timbulnya dari Undang-Undang
Jaminan Khusus:
- Diberikan secara khusus untuk para kreditur yang sebelumnya
telah memperjanjikan dengan debitur terlebih dahulu
- Dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan, yaitu hanya
benda-benda tertentu yang dapat digunakan sebagai jaminan
- Dapat berupa jaminan yang bersifat perorangan, yaitu adanya
orang-orang tertentu yang sanggup memenuhi/membayar
prestasi manakal debitur wanprestasi
c. Menurut Sifatnya
Jaminan Kebendaan:
- Hak kebendaan memberikan kekuasaan yang langsung
terhadap bendanya
- Tujuannya bermaksud untuk memberikan Hak Verhaal
(hak untuk meminta pemenuhan piutang) kepada
kreditur terhadap hasil penjualan benda-benda
tertentu dari debitur untuk pemenuhan piutangnya
- Ciri khasnya adalah dapat dipertahankan (dimintakan
pemenuhan) terhadap siapapun juga, yaitu terhadap
mereka yang memperoleh hak, baik berdasarkan hak
yang umum maupun yang khusus, juga terhadap para
kreditur dan pihak lawannya
- Hak kebendaan selalu mengikuti bendanya (droit de
suite/zaaksgevolg), dalam arti bahwa yang mengikuti
bendanya itu tidak hanya haknya tetapi juga
kewenangan untuk menjual bendanya dan hak
eksekusi
- Dikenal Azas Prioritas, yaitu bahwa hak kebendaan
yang lebih dulu terjadi lebih diutamakan dari pada hak
kebandaan yang terjadi kemudian
- Yang tergolong jaminan bersifat kebendaan adalah:
Hipotik, Credietverband, Gadai, & Fidusia
Jaminan Perorangan:
- Hak perorangan menimbulkan hubungan langsung
antara perorangan yang satu dengan yang lainnya
- Jaminan yang bersifat perorangan memberikan Hak
Verhaal kepada kreditur, terhadap benda keseluruhan
dari debitur untuk memperoleh pemenuhan dari
piutangnya
- Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu,
terhadap harta kekayaan debitur seumumnya
- Dikenal Azas Persamaan (Pasal 1131 & 1132 BW),
yaitu bahwa tidak membedakan mana piutang yang
lebih dulu terjadi dan piutang yang terjadi kemudian,
semuanya mempunyai kedudukan yang sama
terhadap harta kekayaan debitur
- Yang tergolong jaminan bersifat perorangan adalah:
Borgtoch, Perutangan Tanggung-menanggung, dan
Perjanjian Garansi
d. Menurut Obyeknya
Didalam sistem Hukum Perdata pembedaan benda bergerak
dan tidak bergerak mempunyai hubungan penting dalam hal:
Penyerahan, Daluwarsa (Verjaring), Kedudukan Berkuasa
(Bezit), dan Lembaga Jaminan.
Jaminan Benda Bergerak:
- Penyerahannya dapat dilakukan dengan penyerahan
nyata/penyerahan secara simbolis.
- Tidak mengenal daluwarsa
- Kedudukan Berkuasanya berlaku azas sebagaimana
tercantum dalam Pasal 1977 BW (Bezit atas benda
bergerak berlaku sebagai alas hak yang sempurna)
- Bentuk lembaga jaminannya adalah: Gadai, Fiducia,
Hipotek
Jaminan Benda Tidak Bergerak:
- Penyerahannya dilakukan secara yuridis yang
bermasuk memperalihkan hak tersebut yang
dibuat dengan akte otentik dan didaftarkan.
- Mengenal daluwarsa
- Untuk kedudukan berkuasanya tidak berlaku a
zas yang tercantum pada Pasal 1977 BW.
- Bentuk lembaga jaminannya adalah: Hak
Tanggungan, Credietverband.
e. Menurut Kewenangan Menguasainya
Jaminan yang menguasai bendanya:
- Obyek jaminannya dikuasai oleh kreditur
- Memiliki Hak Preferensi (hak didahulukan) dalam
pemenuhan piutang
- Memiliki Hak Droit de Suite (hak yang senantiasa
mengikuit bendanya)
- Contohnya: Gadai, Hak Retensi
Jaminan yang tanpa menguasai bendanya:
- Obyek jaminannya dikuasai dan dapat dimanfaatkan/
dinikmati oleh debitur
- Contohnya: Hipotik, Fidusia
HAK-HAK JAMINAN YANG LAIN
a. Hak Privilegi
Adalah suatu hak yang diberikan Undang-Undang kepada kreditur yang
satu diatas kreditur yang lainnya semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya (1134 ayat (1) BW)
Hak Privilegi bukan merupakan jaminan yang bersifat kebendaan dan
perorangan, tetapi merupakan hak untuk lebih didahulukan dalam
pelunasan / pembayaran piutang terhadap benda si debitur.
Hak Privilegi dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Privilegi Umum, yaitu yang tertuju terhadap seluruh benda
debitur & terdiri atas 7 macam hak yang ditentukan secara
berurutan (Pasal 1149 BW)
- Privilegi Khusus, yaitu yang tertuju terhadap benda-benda khusus
debitur & terdiri atas 9 macam hak tapi tidak ditentukan
urutannya (Pasal 1139 BW)
b. Hak Retentie
Adalah hak untuk menahan sesuatu benda sampai suatu
piutang yang bertalian dengan benda itu dilunasi
Pengaturan dasar hukum Hak Retentie tersebar didalam
beberapa pasal di BW, yaitu : Pasal 567, 575, 576, 579, 834,
715, 725, 1159, 1756, 1616, 1729, 1812.
Sifat Hak Retentie tidak dapat dibagi-bagi, dimana jika
sebagian saja dari hutang itu telah dibayar, maka tidak berarti
pula harus mengembalikan sebagian dari barang yang
ditahan. Hutang secara keseluruhan harus dibayar terlebih
dahulu, baru kemudian barang yang ditahan dikembalikan.
Hak Retentie hanya mengandung hak untuk menolak
terhadap tuntutan untuk penyerahan barang, tidak
mempunyai hak untuk didahulukan (voorang) pemenuhannya
terhadap barangnya, tidak mempunyai hak pemenuhan
terhadap hasil eksekusi dari barangnya yang ditahan
(kewenangannya tidak mengandung hak untuk eksekusi)
Hak Retentie hanya tertuju pada barang dan tidak pada hakhak, jika barang tersebut terlepas dari kekuasaan pemegang
hak retentie (retentor) maka berakhirlah hak retenti itu
c. Cessie
Adalah penyerahan piutang atas nama yang
dilakukan dengan cara membuatkan akte otentik
atau akta dibawah tangan, kemudian dilakukan
pemberitahuan mengenai adanya penyerahan itu
oleh juru sita kepada debitur dari piutang tersebut
Cessie harus dilakukan berdasarkan alas hak
tertentu yaitu karena adanya perjanjian jual beli,
tukar menukar, dan penghadiahan.
d.
Perutangan Tanggung Menanggung/Tanggung
Renteng
Pada Perutangan Tanggung Renteng dimana ada beberapa
debitur yang wajib membayar untuk seluruh prestasi kreditur
merasa terjamin pemenuhan piutangnya
Perutangan tanggung renteng timbul karena diperjanjikan
atau karena ketentuan undang-undang.
Yang dimaksud tanggung renteng yang bersifat memberi
jaminan ialah tanggung renteng yang pasif, yaitu dalam
perutangan tersebut terdapat beberapa orang debitur yang
wajib berprestasi.
Kebalikannya adalah tanggung renteng aktif, dimana dalam
perutangan tersebut terdapat beberapa kreditur yang berhak
atas prestasi
e. Perjanjian Garansi
Merupakan perjanjian dimana pihak pertama berjanji
kepada pihak kedua untuk menanggung bahwa
pihak ketiga akan berbuat sesuatu (1316 BW), ini
yang dinamakan menanggung atau menjamin pihak
ketiga.
Contoh dari perjanjian yang menimbulkan garansi
adalah dalam hukum wesel (108 KUHD), dan dapat
ditemui dalam perjanjian pengangkutan (455 KUHD)