POWERPOINT PROPOSAL (06-14-13-09-20

Download Report

Transcript POWERPOINT PROPOSAL (06-14-13-09-20

PROPOSAL
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN KELINCI DAN
KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMUHAN CABAI RAWIT
(Capsicum frustescens L)
OLEH
SANTI RUDI
NPM : 200915472
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar masyarakat di dunia hampir dapat dipastikan telah mengenal cabai,
salah satunya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L). Beberapa di daerah indonesia
cabai sering disebut Lombok atau cabai. Kegunaan cabai dalam kehidupan sehari-hari
umumnya untuk keperluan bumbu dapur atau rempah-rempah penambah cita rasa
masakan (Setiadi, 2000).
Beberapa tahun terakhir ini cabai menempati urutan paling atas diantara 18 jenis
sayuran komersial yang di budidayakan di indonesia meskipun harga cabai sering naik
dan turun (Setiadi, 2006). Varietas cabai jumlahnya sangat banyak namun secara garis
besar dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu cabai besar, cabai rawit, cabai hibrida
dan cabai hias. cabai rawit terkenal karena cipta rasanya sangat pedas, tetapi ada cabai
rawit mempunyai cita rasa yang kurang pedas, warna buah cabai rawit itu bervariasi
yaitu merah, kuning, orange (Cahyono Bambang, 2003).
Ternak merupakan salah satu komponen pendukung usaha tani yakni sebagai
penghasil pupuk kandang (kotoranternak). Sudah sejak dahulu diketahui bahwa kotoran
ternak memainkan peranan yang tidak kalah penting bagi lahan pertanian. Hal ini cukup
menggembirakan karena ekses dari produksi limbah yang dihasilkan usaha peternakan
merupakan input yang bermanfaat bagi petani untuk mendapatkan pupuk dengan harga
yang terjangkau serta kualitas yang cukup baik (Siregar, me,1991).
Bagi peternak yang tak memiliki kebutuhan akan tanaman, kotoran kelinci ini bisa jadi
sampah yang tidak bernilai bahkan dibuang begitu saja. Hal ini tentu berbeda dengan para
pengelola agribisnis yang setiap kali musim tanam selalu melihat pupuk sebagai barang
berharga, yang bisa pula menjadi sesuatu yang eksklusif.
Kotoran kelinci mengandung unsur hara yang tidak kalah bagusnya dengan kotoran
ternak lainnya. Pupuk organik untuk tanaman dari kotoran ternak saat ini paling banyak
digunakan dalam usaha pertanian. penggunaan kotoran ternak terdapat kotoran kelinci
dan kambing, pupuk organik alternative dapat pula dijadikan terutama pada wilayah yang
banyak memelihara ternak (Siregar, me,1991).
Berdasarkan Latar Belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai: “PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN KELINCI
DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN CABAI RAWIT
(Capsicum frustescens L)”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh jumlah pemberian pupuk kotoran
kelinci dan kotoran kambing terhadap pertumbuhan
cabai rawit (Capsicum frustescens L).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh jumlah pemberian dosis
pupuk kotoran kelinci dan kotoran kambing yang sesuai
untuk pertumbuhan dan hasil produksi tanaman cabai
rawit.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan akan dilaksanakannya penelitian ini, maka di
harapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut: Agar dapat
memberikan informasi bagi masyarakat petani yang akan
memulai bercocok tanam tanaman cabai rawit dengan pengaruh
pemberian kotoan kelinci dan kotoran kambing.
Sebagai bahan pembelajaran tambahan kepada mahasiswa,
terutama mahasiswa biologi dalam mempelajari mata kuliah
fisiologi tumbuhan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : Pemberian pupuk kotoran kelinci pada
tanaman cabai rawit akan memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit.
Kotoran yang digunakan sebelumnya dijemur sampai
kering baru digunakan sebagai pupuk.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksperimen guna
melihat “pengaruh pemberian kotoran kelinci dan kotoran
kambing terhadap tumbuhan cabai rawit (Capsicum Frustescens
L).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sugiarto puncak Kota
Masohi Kabupaten Maluku Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah proposal ini
diseminarkan dan direncanakan akan berlangsung selama 2 ½
bulan (dua bulan setengah).
3.3 Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian adalah benih cabai rawit
sebanyak ½ kg, dimana sampel yang akan diambil secara
proposif sampling sebanyak 27 pohon.
3.4 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL), dengan perlakuan sebagai berikut :
A. kotoran kelinci
ao
a1
: 250 gram / dan 3 kg tanah / tanaman
a2
: 500 gram dan 3 kg tanah / tanaman
a3
: 750 gram 3 kg tanah / tanaman
a4
: 1000 gram 3 kg tanah / tanaman
B. Kotoran kambing
bo
a1
: 250 gram / dan 3 kg tanah / tanaman
a2
: 500 gram dan 3 kg tanah / tanaman
a3
: 750 gram 3 kg tanah / tanaman
a4
: 1000 gram 3 kg tanah / tanaman
Co. Kontrol
3.5 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas: pengaruh kombinasi kotoran ternak (kelinci
dan
kambing)
2. Variabel terikat: pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum
Frustescens L)
Dengan indikator:
-Tinggi Tanaman
-Jumlah daun
-Jumlah buah
3.6 Alat dan Bahan
1. Alat
-Mistar
-Kamera digital
-Alat tulis
-Timbangan
-Hiter
2. Bahan
-Bibit cabai rawit
-Tanah
-Polibeg dengan 3 kg
-Kotoran kambing dan, kotoran kelinci
-Air
-Ayakan
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian.
2. Siapkan tempat persemaian dan menaburkan benih cili.
3. Menimbang tanah dengan timbangan, dengan berat tanah 3 kg.
4. Tanah yang digunakan adalah tanah hitam dengan cara pengambilan 20
cm diatas permukaan tanah
5. Menyiapkan kotoran ternak kemudian dijemur sampai kering selama 10
hari.dan diayakan setelah itu dicampurkan dengan tanah.kemudian
dimasukkan dalam polibeg.seusai perlakuan.
6. Pemindahan bibit cabai rawit dari tempat persemaian setelah bibit
berumur satu minggu dengan cara memindahkan kedalam Polibag
dilakukan pada sore hari.
7. Penyiraman tanaman dengan menggunakan hiter dilakukan pada pagi dan
sore sekali.hari.seusai kapasitas lapang.
8. Pengukuran tanaman dengan menggunakan mistar dan sekaligus
mengitung jumlah buah setelah tanaman berumur 2 bulan .
9. Pengukuran akan dilakukan selama satu minggu
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang didapat dalam penelitian ini akan dianalisis
dengan menggunakan uji F pada pola rancangan acak
lengkap (RAL). Dengan 4 kali perlakuan dan 4 kali
ulangi dan total 27 Untuk mengetahui adanya pengaruh
yang signifikan, maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan analisis of varians (ANOVA). Jika
Fhitung>Ftabel pada taraf signifikan 1% dan 5% maka
hipotesis H1 diterima dan hipotesis H0 ditolak.
Apabila hasil analisis menunjukan perbedaan nyata
(signifikan) pada taraf 5%, maka dilanjutkan dengan
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), untuk mengetahui
derajat beda antara kelompok perlakuan.