Transcript Document

Persediaan




Pengendalian Internal Atas Persediaan
Pengaruh Kesalahan Persediaan Terhadap Laporan Keuangan
Asumsi-asumsi Arus Biaya Persediaan
Metode Perhitungan Biaya Persediaan Pada Sistem Persediaan Perpetual





Metode Perhitungan Biaya Persediaan Pada Sistem Persediaan Periodik




FIFO
LIFO
Rata-Rata
Sistem Perpetual Yang Terkomputerisasi
FIFO
LIFO
Rata-rata
Membandingkan Metode Perhitungan Biaya Persediaan



FIFO
LIFO
Rata-rata
Pengendalian Internal Atas Persediaan
 Persediaan (Inventory):
 Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual
dalam operasi bisnis perusahaan
 Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau
yang disimpan untuk tujuan itu
 Pengendalian Persediaan
 Preventif; dirancang untuk mencegah kesalahan atau
kekeliruan pencatatan
 Detektif; ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau
kekeliruan yang telah terjadi
Laporan
Penerimaan
Cocok
Laporan
Pembelian
C
O
C
O
k
Faktur
Persediaan xxx
Utang Usaha xxx
Hal Lain
 Pengendalian atas Persediaan tidak hanya yang
berkaitan dgn:




Haraga beli
Biaya pengiriman
Potongan yang diterima
pengembalian
 Juga Perlu Memperhatikan:
 Pengecekkan fisik Barang
 Syarat Penyerahan Barang
 FOB Shipping Point; hak kepemilikan berpindah ke
pembeli sejak saat dikirim
 FOB Distination Point; hak kepemilikan baru
berpindah ke pembeli sejak barang diterima
Pengaruh Kesalahan Persediaan
Terhadap lap Keuangan
Laporan Laba/Rugi
Neraca
HPP
Persediaan Akhir
Laba Kotor
Aktiva Lancar
Laba Bersih
Total Aktiva
Asumsi2 Arus Biaya Persediaan
Selama Bulan Mei Suatu Perusahaan membeli
3 unit barang X yang identik:
Tanggal
10 Mei
Barang X
Pembelian
Unit
18 Mei
Pembelian
1
13
24 Mei
Pembelian
1
14
1
Total
Rata2
Biaya/HP
$9
$ 36
$ 12
 Misalkan pada tanggal 30 Mei dijual 1 unit
dengan harga $ 20. jika diketahui barang
yang dijual itu berasal dari penjualan tertentu
maka yang digunakan adalah metode
identifikasi khusus. Misal yang dijual adalah
yang dibeli tanggal 18 Mei maka biaya
dibebankan $13 dan laba kotor $7 dst.
Asumsi Biaya Persediaan juga
 FIFO
 LIFO
 Rata2
Contoh: harga Jual $ 30/unit
Tanggal
Barang
Unit
Biaya
1 jan
Persediaan
10
$ 20
4 jan
Penjualan
7
10 jan
Pembelian
8
22 jan
Penjualan
4
28 jan
Penjualan
2
30 Jan
Pembelian
10
21
22
Perpetual FIFO
Tanggal
Pembelian
Harga
Total
Jml
01-Jan
04-Jan
10-Jan
22-Jan
21
28-Jan
30-Jan
Jml
0
0
8
10
22
HPP
Harga
168
0
0
0
0
220
7
20
3
1
2
20
21
21
Total
0
140
0
0
60
21
42
0
0
Persediaan
Jml
Harga
Total
10
20
200
3
20
60
3
20
60
8
21
168
0
7
21
147
5
21
105
5
21
105
10
22
220
Perpetual LIFO
Tanggal
Pembelian
Harga
Total
Jml
01-Jan
04-Jan
10-Jan
22-Jan
8
21
28-Jan
30-Jan
10
22
HPP
Harga
Jml
0
0
7
20
168
0
4
21
2
21
0
0
220
Total
0
140
0
0
84
42
0
0
Persediaan
Jml
Harga
Total
10
20
200
3
20
60
3
20
60
8
21
168
3
20
60
4
21
84
3
20
60
2
21
42
10
22
220
Perpetual Rata2 Bergerak
Tanggal
Pembelian
Harga
Jml
01-Jan
04-Jan
10-Jan
22-Jan
Jml
0
0
8
21
28-Jan
30-Jan
Total
10
22
HPP
Harga
168
0
0
0
220
7
4
2
20
20,73
20,73
Total
0
140
0
82,91
41,45
0
0
Persediaan
Jml
Harga
10
20
3
20
Total
200
60
11
20,73
228
8
20,73
165,82
16
24,11
385,82
Perpetual Rata2 Bergerak
Tanggal
Pembelian
Harga
Jml
01-Jan
04-Jan
10-Jan
22-Jan
Jml
0
0
8
21
28-Jan
30-Jan
Total
10
22
HPP
Harga
168
0
0
0
220
7
4
2
20
20,73
20,73
Total
0
140
0
82,91
41,45
0
0
Persediaan
Jml
Harga
10
20
3
20
Total
200
60
11
20,73
228
7
20,73
145,09
15
24,34
365,09
Perpetual Rata2 Bergerak
Tanggal
Pembelian
Harga
Total
Jml
01-Jan
04-Jan
10-Jan
22-Jan
21
28-Jan
30-Jan
Jml
0
0
8
10
22
HPP
Harga
168
0
0
0
220
7
4
2
Total
20
0
140
20,73
0
82,91
20,73
41,45
0
0
Persediaan
Jml
Harga
Total
10
20
200
3
20
60
11
20,73
228
7
20,73
145,09
15
21,58
323,64
Unit
Hp/Beli
300
Rp5000
21 Aprl 2004 Pembelian
10.000
Rp6000
17 Juli 2004 Pembelian
7000
Rp5500
29 Nov 2004 Pembelian
2700
Rp6500
1 Jan 2004
Persediaan
20.000
Setelah Pengecekan fisik pada 31 Desember 2004 ternyata persediaan
Barang masih tersisa 3.000 unit. Diminta Hitunglah HP Barang Yang dijual
17.000 unit
FIFO
 HPP Barang Yang dijual



1 Januari 300 x Rp5000
21 Apr 10.000x Rp6000
17 Juli 6.700x Rp5500
17.000
Rp 1.500.000
Rp60.000.000
Rp36.850.000
Rp98.350.000
Metode Penentuan Persediaan
 Metode Fisik
 Metode Perpetual
Metode Fisik
 Dalam metode ini, jumlah persediaan
ditentukan dengan cara mengadakan
perhitungan terhadap fisik persediaan yang
ada di gudang.
 Perhitungan fisik ini dilakukan secara
periodik, misalnya tiap-tiap akhir bulan atau
tiap-tiap akhir tahun. Secara ringkas
pencataan persediaan menurut fisik adalah
sebagai berikut :
 Akun “Persediaan” digunakan untuk
mencatat harga pokok persediaan yang ada
pada awal periode.
 Pertambahan persediaan yang berasal dari
pembelian dicatat dalam akun
“
Pembelian”.
 Elemen-elemen lain yang bepengaruh
terhadap harga pokok persediaan dicatat
dalam akun-akun tersendiri



Biaya angkut pembelian (menambah harga
pokok persediaan).
Potongan pembelian (mengurangi harga
pokok persediaan)
Retur pembelian (mengurangi harga pokok
persediaan)
Menghitung Harga Pokok
Persediaan awal
= Rp. xxxxx
Pembelian neto
= Rp. xxxxx
Harga pokok barang yang tersedia dijual
= Rp. xxxxx
Persediaan akhir
=(Rp. xxxxx)
Harga pokok penjualan
= Rp. xxxxx
Contoh:
 Pada tanggal 01 Desember 2009 perusahaan
dagang “MAKMUR” mempunyai saldo persediaan
senilai Rp. 10.000.000,00. Pembelian barang
dagangan selama bulan Desember 2009 sebesar
Rp. 100.000.000,00 dan penjualan sebesar
Rp120.000.000,00. Berdasarkan perhitungan fisik
persediaan akhir Desember 2009 senilai Rp
20.000.000,00.
Diminta :
1. Jurnal waktu pembelian
2. Jurnal waktu penjualan
3. Jurnal penyesuaian akhir periode
4. Jurnal penutup akhir periode
Jurnal Saat Pembelian
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember
Pembelian
Kas/Utang Dagang
100.000.000
100.000.000
Jurnal waktu penjualan
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember
Kas/Piutang Dagang
Penjualan
120.000.000
120.000.000
Jurnal penyesuaian per 31
Desember 2009
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember
31
Ikhtisar laba-rugi
10.000.000
Persediaan barang dagang
10.000.000
(penyesuaian persediaan
awal)
Persediaan barang dagang
Ikhtisar laba-rugi
(penyesuaian persediaan
akhir)
20.000.000
20.000.000
Jurnal penutup per 31 Desember
2009
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember
31
Penjualan
120.000.000
Ikhtisar laba-rugi
120.000.000
(menutup akun penjualan)
Ikhtisar laba-rugi
Pembelian
(menutup akun pembelian)
100.000.000
100.000.000
Metode Perpetual
 Jika menggunakan metode perpetual, maka
jumlah persediaan dan harga pokok
penjualan yang ada dapat diketahui pada
setiap saat, tanpa mengadakan perhitungan
fisik persediaan terlebih dahulu.
 Secara ringkas pencatatan persediaan
menurut metode perpetual adalah sebagai
berikut :




Persediaan awal periode, dicantumkan pada sisi
debit akun “Persediaan”
Pertambahan persediaan yang berasal dari
pembelian dicatat dengan mendebit akun
“Persediaan” sebesar harga pokoknya.
Pengurangan persediaan karena adanya penjualan
(pemakaian) dicatat dengan mengkredit akun
“Persediaan” sebesar harga pokoknya, dan
mendebit akun “Harga Pokok Penjualan”. Selain
itu dibuat juga jurnal untuk mencatat timbulnya
penghasilan, yaitu dengan mendebit akun “Kas”
atau akun “Piutang Dagang” dan mengkredit akun
“Penjualan”.
Persediaan akhir periode secara otomatis dapat
dilihat pada akun “Persediaan” karena mutasi
persediaan selalu tercermin dalam akun tersebut.
Contoh:
 Pada tanggal 01 Desember 2009 perusahaan
dagang “Rejeki” mempunyai saldo persediaan
senilai Rp10.000.000,00. Pembelian barang
dagangan selama bulan Desember 2009 sebesar
Rp100.000.000,00 dab penjualan sebesar
Rp120.000.000,00. Adapun harga pokok penjulan
barang dagang tersebut adalah Rp90.000.000,00.
Diminta:
1. Jurnal waktu pembelian
2. Jurnal waktu penjualan
3. Jurnal penyesuaian akhir periode (jika ada)
4. Jurnal penutup akhir periode.
Jurnal waktu pembelian
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember
Persediaan barang dagang
Kas/Utang Dagang
100.000.000
100.000.000
Jurnal waktu Penjualan
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember
Kas/Piutang Dagang
120.000.000
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang
dagang
120.000.000
90.000.000
90.000.000
Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2009
Tanggal
Uraian
2009
Desember 31
Tidak ada jurnal
penyesuaian
Ref
Debit
Kredit
Jurnal Penutup 31 Desember 2009
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2009
Desember 31
Penjualan
120.000.000
Ikhtisar laba-rugi
120.000.000
(menutup akun penjualan)
Ikhtisar laba-rugi
Harga Pokok Penjualan
(menutup akun HPP)
90.000.000
90.000.000
Dari buku-buku perusahaan dagang “Rejeki” selama bulan Januari 2007
diperoleh informasi tentang barang dagang sebagai berikut :
Persediaan 01 Januari 2007
:
300 unit
@ Rp. 15.000,00
Pembelian 05 Januari 2007
:
900 unit
@ Rp. 16.000,00
Penjualan 10 Januari 2007
:
800 unit
@ Rp. 18.000,00
Pembelian 15 Januari 2007
:
800 unit
@ Rp. 17.000,00
Pembelian 18 Januari 2007
:
500 unit
@ Rp. 17.000,00
Penjualan 20 Januari 2007
:
900 unit
@ Rp. 18.000,00
Pembelian 25 Januari 2007
:
600 unit
@ Rp. 17.000,00
Penjualan 27 Januari 2007
:
800 unit
@ Rp. 19.000,00
Pembelian 29 Januari 2007
:
300 unit
@ Rp. 18.000,00
Penjualan 30 Januari 2007
:
400 unit
@ Rp. 20.000,00
Perhitungan :
Tersedia untuk dijual :
01 Januari 2007
:
300 unit @ Rp. 15.000,00 =
Rp. 4.500.000,00
05 Januari 2007
:
900 unit @ Rp. 16.000,00 =
Rp. 14.400.000,00
15 Januari 2007
:
800 unit @ Rp. 17.000,00 =
Rp. 13.600.000,00
18 Januari 2007
:
500 unit @ Rp. 17.000,00 =
Rp.
25 Januari 2007
:
600 unit @ Rp. 17.000,00 =
Rp. 10.200.000,00
29 Januari 2007
:
300 unit @ Rp. 18.000,00 =
Rp.
3.400 unit
=
8.500.000,00
5.400.000,00
Rp. 56.600.000,00
Penjualan :
10 Januari 2007
:
800 unit @ Rp. 18.000,00 =
Rp. 14.400.000,00
20 Januari 2007
:
900 unit @ Rp. 18.000,00 =
Rp. 16.200.000,00
27 Januari 2007
:
800 unit @ Rp. 19.000,00 =
Rp. 15.200.000,00
30 Januari 2007
:
400 unit @ Rp. 20.000,00 =
Rp.
2.900 unit
=
8.000.000,00
Rp. 53.800.000,00
Menetapkan Nilai Persediaan
dengan Metode Fisik
 Metode Identifikasi Khusus
 Menurut metode ini, setiap barang yang masuk ke
gudang harus diberi tanda khusus pada kemasan
barang yang bersangkutan (dapat berupa kartu atau
label) yang berisikan informasi tentang kualitas serta
harga per unit barang tersebut.
 Nilai persediaan akhir dihitung dengan jalan
mengalikan kuantitas barang yang ada di gudang
dengan harga per unit sesuai dengan label yang
tertulis pada kemasan barang tersebut.
Contoh :
 Berdasarkan informasi di muka, jika pada akhir
bulan Januari 2007 (berdasarkan perhitungan fisik)
diketahui bahwa barang yang masih ada di gudang
sebanyak 500 unit yang terdiri dari (a) pembelian 5
Januari sebanyak 50 unit, (b) pembelian 15 Januari
sebanyak 100 unit, (c) pembelian 25 Januari
sebanyak 150 unit, dan (d) pembelian 29 Januari
sebanyak 200 unit.
Diminta :
1. Hitunglah nilai persediaan akhir barang dagangan
2. Hitunglah harga pokok penjualan barang dagangan.
3. Hitunglah laba kotor penjualan
(1) Barang yang ada di gudang sebanyak 500 unit terdiri dari:
05-1-2007
:
50 unit @ Rp. 16.000,00 = Rp.
15-1-2007
:
100 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 1.700.000,00
25-1-2007
:
150 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 2.550.000,00
29-1-2007
:
200 unit @ Rp. 18.000,00 = Rp. 3.600.000,00
500 unit
800.000,00
= Rp. 8.650.000,00
Nilai persediaan akhir (500) unit = Rp. 8.650.000,00
(2) Harga Pokok Penjualan
Barang yang tersedia dijual (3.400 unit)
= Rp. 56.600.000,00
Persediaan akhir
( 500 unit)
= Rp. 8.650.000,00
Harga pokok penjualan (2.900 unit)
= Rp. 47.950.000,00
(3) Laba kotor penjualan
Harga jual
(2.900 unit)
= Rp. 53.800.000,00
Harga pokok penjualan
(2.900 unit)
= Rp. 47.950.000,00
Laba kotor penjualan
(2.900 unit)
= Rp. 5.850.000,00
PERSEDIAAN:
MASALAH PENILAIAN TA,BAHAN
Nilai Terendah
Antara Biaya
Dengan Harga
pasar
•
•
•
•
Batas atas dan
batas bawah
Bagaimana
LCM Bekerja
Pasar
Evaluasi atas
aturan LCM
Dasar
Penilaian
•
•
•
Nilai
Realisasi
Bersih
Nilai
Penjualan
relatif
Komitmen
Penjualan
Metode Laba
Kotor
•
•
Persentase
Laba Kotor
Evaliasi
Atas
Metode
laba Kotor
Metode
Persediaan Eceran
Penyajian dan
Analisis
•
•
•
•
•
Terminologi
Metode
Konvensional
Pos-pos
Khusus
Evaluasi atas
Metode
Persediaan
eceran
•
Penyajian
Persediaan
Penilaian
Persediaan
Nilai Terendah antara Harga Pokok
dengan harga Pasar (LCM)
 Prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan
apabila manfaat (kemampuan menghasilkan
Pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak
lagi sebsar biaya awalnya.
 Persediaan yang mengalami penurunan
manfaat masa depan akan diniali
berdasarkan nilai terendah antara biaya dan
harga pasar (lower cost or market-LCM),
bukan berdasarkan biaya awal.
Konsep
 Biaya atau harga pokok (cost) adalah harga
perolehan persediaan yang dihitung dengan
memakai salah satu metode berdasarkan
biaya historis-IK, Rata2, FIFO atau LIFO
 Istilah pasar (market) dalam LCM berarti
biaya untuk mengganti barang melalui
pembelian atau reproduksi. Pasar mengacu
pada;


Jika Bisnis eceran tempat barang di beli,
Jika ManufacturBiaya Reproduksi
Konsep
 Barang harus dinilai berdasarkan biaya
(harga Pokok) atau biaya pengganti mana
yang lebih rendah;
 Mengapa Biaya pengganti (replacement
Cost) digunakan untuk menyatakan nilai
pasar? Alasannya bahwa penurunan biaya
pengganti suatu barang biasanya
mencerminkan atau meramalkan penurunan
harga jual dan agar mempertahankan tingkat
laba kotor yang konsisten.
Konsep
 Nilai realisasi Bersih (Net Realizable Value-
NRV) adalah estimasi harga jual dalam
keadaan bisnis normal dikurangi dengan
estimasi biaya penyelesaian dan penjualan
yang dapat diprediksi secara layak.
 Nilai realisasi Bersih dikuarangi dengan
marjin laba normal (net realizabel value less
a normal profit margin)
Contoh
 Perusahaan memiliki persediaan barang
yang belum jadi dengan nilai jual $1.000,
estimasi biaya penyelesaian $300 dan marjin
laba normal 10%, maka dapat dihitung NRVNPM sbb:





Persediaan- nilai jual
Estimasi biaya Penyelesaian
Nilai Realisasi Bersih
Margin Laba 10%x
Realisasi Bersih-laba Normal
$1.000
$ 300
$ 700
$ 100
$ 600
Aturan Umum LCM
 Persediaan dinilai pada nilai terendah antara
biaya dan harga pasar, dengan harga pasar
di abatasi hingga jumlah yang tidak melebihi
nilai realisasi bersih atau tidak lebih rendah
dari NRV (batas atas)-NPM (batas bawah).
Metode Harga Eceran
 Metode ini sering dipakai oleh pedagang pengecer,
seperti : pasar swalayan dan toserba. Asumsi yang
dipakai dalam metode ini adalah bahwa ratio
(perbandingan) biaya terhadap harga eceran
persediaan akhir sama dengan ratio biaya terhadap
harga eceran barang yang tersedia di jual selama
satu periode. Syarat yang harus dipenuhi agar
metode ini dapat digunakan adalah adanya catatan
harga jual dan harga eceran setiap barang yang
dibeli. Ratio biaya terhadap harga eceran barang
yang tersedia dijual harus senantiasa dihitung.
Contoh:
Berikut ini adalah informasi yang berkaitan dengan barang
dagangan selama tahun 2007 pada UD “REJEKI”, Klaten :
 Biaya dan harga eceran persediaan awal masing-masing
sebesar Rp. 14.000.000,00 dan Rp. 20.000.000,00
 Biaya dan harga eceran pembelian masing-masing sebesar
Rp. 24.000.000,00 dan Rp. 38.000.000,00
 Ongkos mengangkut barang ke perusahaan sebesar Rp.
2.000.000,00
 Harga jual untuk ongkos angkut tidak ada
 Jumlah penjualan selama tahun 2007 sebesar Rp.
46.000.000,00
Diminta :
Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir barang dagang !
Biaya
Harga Eceran
Persediaan awal
= Rp. 14.000.000,00
Rp. 20.000.000,00
Pembelian
= Rp. 24.000.000,00
Rp. 38.000.000,00
Biaya angkut
= Rp.
2.000.000,00
Rp. 40.000.000,00
Penjualan
-
Persediaan akhir (dengan harga eceran)
Ratio biaya terhadap harga eceran :
40.000.000,00
------------------ x 100% = 69% (pembulatan)
58.000.000,00
Nilai persediaan akhir :
69 % x Rp. 12.000.000,00 = Rp. 8.280.000,00
Rp. 58.000.000,00
Rp. 46.000.000,00
Rp. 12.000.000,00
Kontrak Jangka Panjang
 Kontrak pembangunan (kontruksi) jangka panjang,
seperti kontraktor bangunan, perusahaan galangan
kapal, pabrik pesawat terbang dan sebagainya dalam
mengolah hasil produksinya memerlukan waktu yang
relatif panjang (lebih dari satu periode akuntansi).
Masalah khusus yang timbul pada perusahaan ini
terutama mengenai penentuan nilai persediaan dan
pengakuan penghasilan. Dalam akuntansi ada dua
metode untuk menghitung nilai persediaan dan
pengakuan penghasilan, yaitu (1) Metode Kontrak
Selesai, dan (2) Metode Persentase Penyelesaian
Kontrak.
Metode Kontrak Selesai (the
completed contract method).
 Dalam metode ini, penghasilan dihitung pada
saat pekerjaan kontruksi selesai. Pada saat
pekerjaan kontruksi sedang dikerjakan,
belum ada penghasilan yang dapat dicatat,
meskipun kontraktor telah menerima
pembayaran secara berkala.
Contoh :
 Suatu perusahaan kontraktor mengerjakan
proyek yang diperkirakan akan selesai dalam
waktu 2 tahun dengan harga kontrak
Rp810.000.000,00. Biaya yang terjadi untuk
mengerjakan proyek tersebut pada tahun
2006 dan 2007 masing-masing sebesar
Rp225.000.000,00 dan Rp324.000.000,00.
 Berdasarkan metode kontrak selesai,
penghasilan kontraktor tersebut dihitung
sebagai berikut :
Tahun 2006
 Pada tahun 2006 tidak ada penghasilan, karena
pekerjaan belum selesai !
•Waktu pembelian bahan dan pembayaran gaji dan upah
•Tanggal
•Uraian
•Ref
•Debit
•Kredit
•2006
•Bahan, gaji dan upah, dll
•
Kas
•(pembelian bahan dan
pembayaran gaji dan upah)
•225.000.000
•225.000.000
Tahun 2007:
Harga kontrak
Rp.
810.000.000,00
Biaya kontruksi :
Tahun 2006
= Rp.
225.000.000,00
Tahun 2007
= Rp.
324.000.000,00
Jumlah biaya konstruksi
Laba bruto
Rp. 549.000.000,00
Rp. 261.000.000,00
JURNAL UMUM
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2006
Bahan, gaji dan upah, dll
225.000.000
Kas
225.000.000
(pembelian bahan, pembayaran gaji & upah)
Bangunan dalam Pelaksanaan
225.000.000
Bahan, gaji dan upah, dll
225.000.000
(pembebanan biaya pembangunan)
2007
Bahan, gaji dan upah, dll
324.000.000
Kas
324.000.000
(pembelian bahan, pembayaran gaji & upah)
Bangunan dalam Pelaksanaan
324.000.000
Bahan, gaji dan upah, dll
324.000.000
(pembebanan biaya thd pembangunan)
Bangunan dalam Pelaksanaan
261.000.000
Laba Kontrak Jk Panjang
Kas
Bangunan dalam Pelaksanaan
261.000.000
810.000.000
810.000.000
Metode Persentase Penyelesaian
Kontrak
 Dalam metode ini, penghasilan diakui secara
proporsional sesuai dengan tingkat
penyelesaian pekerjaan konstruksi. Ada 2
cara yang dapat dipakai untuk menghitung
penghasilan dengan metode ini, yaitu (a)
Metode Beban, dan (b) Metode Fisik.
Metode Beban
 Dalam metode ini, pengkauan penghasilan
didasarkan pada rasio biaya yang terjadi
terhadap taksiran seluruh biaya penyelesaian
pekerjaan konstruksi (kontrak).
Contoh :
 Suatu perusahaan kontraktor mengerjakan
proyek yang diperkirakan akan selesai dalam
waktu 3 tahun, dengan harga kontrak
sebesar Rp25.000.000.000,00. Adapun
biaya-biaya yang terjadi untuk mengerjakan
proyek tersebut serta taksiran biaya
penyelesaian proyek pada tiap-tiap tahun
adalah sebagai berikut :
Tahun 2005:
Biaya sampai dengan 31/12 – 2005 = Rp. 3.000.000.000,00
Taksiran biaya penyelesaian
= Rp. 17.000.000.000,00
Tahun 2006:
Biaya sampai dengan 31/12 – 2006 = Rp. 17.000.000.000,00
Taksiran biaya penyelesaian
= Rp. 4.250.000.000,00
Tahun 2007:
Biaya sampai dengan 31/12 – 2007 = Rp. 20.750.000.000,00
Pekerjaan proyek telah selesai.
Berdasarkan data diatas, laba perusahaan pada tiap-tiap tahun dihitung
sebagai berikut :
a)
Laba bruto tahun 2005
Harga kontrak
Rp. 25.000.000.000
Akumulasi biaya s/d 31/12-2005
Rp. 3.000.000.000
Taksiran biaya penyelesaian
Rp. 17.000.000.000
Jumlah
Selisih
Rp. 20.000.000.000
Rp
5.000.000.000
Laba bruto tahun 2005
3.000.000.000
------------------ x Rp. 5.000.000.000,00 = Rp. 750.000.000,00
20.000.000.000
(1)
Laba bruto tahun 2006
Harga kontrak
Rp. 2.500.000.000
Akumulasi biaya s/d 31/12-2006
Rp. 1.700.000.000
Taksiran biaya penyelesaian
Rp.
425.000.000
Jumlah
Rp. 2.125.000.000
Selisih
Rp. 375.000.000
Laba bruto tahun 2006
1.700.000.000
----------------- x Rp. 375.000.000,00 = Rp. 300.000.000,00
2.125.000.000
Laba bruto tahun 2005
= Rp.
75.000.000,00
Laba bruto tahun 2006
= Rp. 225.000.000,00
(1)
Laba bruto tahun 2007
Harga kontrak
Rp. 2.500.000.000
Akumulasi biaya s/d 31/12-2007
Rp. 2.075.000.000
Selisih
Rp. 425.000.000
Laba bruto tahun 2005 dan 2006
Rp. 300.000.000
Laba bruto tahun 2007
Rp. 125.000.000
Metode Fisik
 Dalam metode ini, pengakuan penghasilan
didasarkan pada tingkat penyelesaian
pekerjaan konstruksi (kontrak) berdasarkan
perhitungan teknis.
Contoh :
Suatu perusahaan kontraktor mengerjakan proyek yang diperkirakan akan
selesai
Rp.
dalam
waktu
2.500.000.000,00.
3
tahun,
Adapun
dengan
harga
biaya-biaya
kontrak
yang
terjadi
sebesar
untuk
mengerjakan proyek tersebut serta tingkat penyelesaian berdasarkan
perhitungan teknis pada tiap-tiap tahun adalah sebagai berikut :
Tahun 2005:
Biaya sampai dengan 31/12 – 2005 = Rp.
300.000.000,00
Taksiran biaya penyelesaian 14 %
Tahun 2006:
Biaya sampai dengan 31/12 – 2006 = Rp. 1.700.000.000,00
Taksiran biaya penyelesaian 75 %
Tahun 2007:
Biaya sampai dengan 31/12 – 2007 = Rp. 2.075.000.000,00
Taksiran biaya penyelesaian 100 %
Berdasarkan data diatas, laba perusahaan pada tiap-tiap tahun dihitung
sebagai berikut :
(1)
Laba bruto tahun 2005
Tingkat penyelesaian proyek (14%):
14% x Rp. 2.500.000.000,00
Rp. 350.000.000,00
Akumulasi biaya
Rp. 300.000.000,00
Laba bruto tahun 2005
Rp. 50.000.000,00
(1)
Laba bruto tahun 2006
Tingkat penyelesaian proyek (75%):
75% x (Rp. 2.500.000.000,00 – Rp. 350.000.000,00)
Rp.1.612.000.000,00
Akumulasi biaya
Rp.1.400.000.000,00
Laba bruto tahun 2006
Rp. 212.000.000,00
(1)
Laba bruto tahun 2007
Tingkat penyelesaian proyek (100%):
Rp. 2.500.000.000–(Rp. 350.000.000+Rp.1.612.000) Rp. 537.500.000,00
Akumulasi biaya
Laba bruto tahun 2007
Rp. 375.000.000,00
Rp. 162.500.000,00