Transcript Document
Persediaan Pengendalian Internal Atas Persediaan Pengaruh Kesalahan Persediaan Terhadap Laporan Keuangan Asumsi-asumsi Arus Biaya Persediaan Metode Perhitungan Biaya Persediaan Pada Sistem Persediaan Perpetual Metode Perhitungan Biaya Persediaan Pada Sistem Persediaan Periodik FIFO LIFO Rata-Rata Sistem Perpetual Yang Terkomputerisasi FIFO LIFO Rata-rata Membandingkan Metode Perhitungan Biaya Persediaan FIFO LIFO Rata-rata Pengendalian Internal Atas Persediaan Persediaan (Inventory): Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu Pengendalian Persediaan Preventif; dirancang untuk mencegah kesalahan atau kekeliruan pencatatan Detektif; ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan yang telah terjadi Laporan Penerimaan Cocok Laporan Pembelian C O C O k Faktur Persediaan xxx Utang Usaha xxx Hal Lain Pengendalian atas Persediaan tidak hanya yang berkaitan dgn: Haraga beli Biaya pengiriman Potongan yang diterima pengembalian Juga Perlu Memperhatikan: Pengecekkan fisik Barang Syarat Penyerahan Barang FOB Shipping Point; hak kepemilikan berpindah ke pembeli sejak saat dikirim FOB Distination Point; hak kepemilikan baru berpindah ke pembeli sejak barang diterima Pengaruh Kesalahan Persediaan Terhadap lap Keuangan Laporan Laba/Rugi Neraca HPP Persediaan Akhir Laba Kotor Aktiva Lancar Laba Bersih Total Aktiva Asumsi2 Arus Biaya Persediaan Selama Bulan Mei Suatu Perusahaan membeli 3 unit barang X yang identik: Tanggal 10 Mei Barang X Pembelian Unit 18 Mei Pembelian 1 13 24 Mei Pembelian 1 14 1 Total Rata2 Biaya/HP $9 $ 36 $ 12 Misalkan pada tanggal 30 Mei dijual 1 unit dengan harga $ 20. jika diketahui barang yang dijual itu berasal dari penjualan tertentu maka yang digunakan adalah metode identifikasi khusus. Misal yang dijual adalah yang dibeli tanggal 18 Mei maka biaya dibebankan $13 dan laba kotor $7 dst. Asumsi Biaya Persediaan juga FIFO LIFO Rata2 Contoh: harga Jual $ 30/unit Tanggal Barang Unit Biaya 1 jan Persediaan 10 $ 20 4 jan Penjualan 7 10 jan Pembelian 8 22 jan Penjualan 4 28 jan Penjualan 2 30 Jan Pembelian 10 21 22 Perpetual FIFO Tanggal Pembelian Harga Total Jml 01-Jan 04-Jan 10-Jan 22-Jan 21 28-Jan 30-Jan Jml 0 0 8 10 22 HPP Harga 168 0 0 0 0 220 7 20 3 1 2 20 21 21 Total 0 140 0 0 60 21 42 0 0 Persediaan Jml Harga Total 10 20 200 3 20 60 3 20 60 8 21 168 0 7 21 147 5 21 105 5 21 105 10 22 220 Perpetual LIFO Tanggal Pembelian Harga Total Jml 01-Jan 04-Jan 10-Jan 22-Jan 8 21 28-Jan 30-Jan 10 22 HPP Harga Jml 0 0 7 20 168 0 4 21 2 21 0 0 220 Total 0 140 0 0 84 42 0 0 Persediaan Jml Harga Total 10 20 200 3 20 60 3 20 60 8 21 168 3 20 60 4 21 84 3 20 60 2 21 42 10 22 220 Perpetual Rata2 Bergerak Tanggal Pembelian Harga Jml 01-Jan 04-Jan 10-Jan 22-Jan Jml 0 0 8 21 28-Jan 30-Jan Total 10 22 HPP Harga 168 0 0 0 220 7 4 2 20 20,73 20,73 Total 0 140 0 82,91 41,45 0 0 Persediaan Jml Harga 10 20 3 20 Total 200 60 11 20,73 228 8 20,73 165,82 16 24,11 385,82 Perpetual Rata2 Bergerak Tanggal Pembelian Harga Jml 01-Jan 04-Jan 10-Jan 22-Jan Jml 0 0 8 21 28-Jan 30-Jan Total 10 22 HPP Harga 168 0 0 0 220 7 4 2 20 20,73 20,73 Total 0 140 0 82,91 41,45 0 0 Persediaan Jml Harga 10 20 3 20 Total 200 60 11 20,73 228 7 20,73 145,09 15 24,34 365,09 Perpetual Rata2 Bergerak Tanggal Pembelian Harga Total Jml 01-Jan 04-Jan 10-Jan 22-Jan 21 28-Jan 30-Jan Jml 0 0 8 10 22 HPP Harga 168 0 0 0 220 7 4 2 Total 20 0 140 20,73 0 82,91 20,73 41,45 0 0 Persediaan Jml Harga Total 10 20 200 3 20 60 11 20,73 228 7 20,73 145,09 15 21,58 323,64 Unit Hp/Beli 300 Rp5000 21 Aprl 2004 Pembelian 10.000 Rp6000 17 Juli 2004 Pembelian 7000 Rp5500 29 Nov 2004 Pembelian 2700 Rp6500 1 Jan 2004 Persediaan 20.000 Setelah Pengecekan fisik pada 31 Desember 2004 ternyata persediaan Barang masih tersisa 3.000 unit. Diminta Hitunglah HP Barang Yang dijual 17.000 unit FIFO HPP Barang Yang dijual 1 Januari 300 x Rp5000 21 Apr 10.000x Rp6000 17 Juli 6.700x Rp5500 17.000 Rp 1.500.000 Rp60.000.000 Rp36.850.000 Rp98.350.000 Metode Penentuan Persediaan Metode Fisik Metode Perpetual Metode Fisik Dalam metode ini, jumlah persediaan ditentukan dengan cara mengadakan perhitungan terhadap fisik persediaan yang ada di gudang. Perhitungan fisik ini dilakukan secara periodik, misalnya tiap-tiap akhir bulan atau tiap-tiap akhir tahun. Secara ringkas pencataan persediaan menurut fisik adalah sebagai berikut : Akun “Persediaan” digunakan untuk mencatat harga pokok persediaan yang ada pada awal periode. Pertambahan persediaan yang berasal dari pembelian dicatat dalam akun “ Pembelian”. Elemen-elemen lain yang bepengaruh terhadap harga pokok persediaan dicatat dalam akun-akun tersendiri Biaya angkut pembelian (menambah harga pokok persediaan). Potongan pembelian (mengurangi harga pokok persediaan) Retur pembelian (mengurangi harga pokok persediaan) Menghitung Harga Pokok Persediaan awal = Rp. xxxxx Pembelian neto = Rp. xxxxx Harga pokok barang yang tersedia dijual = Rp. xxxxx Persediaan akhir =(Rp. xxxxx) Harga pokok penjualan = Rp. xxxxx Contoh: Pada tanggal 01 Desember 2009 perusahaan dagang “MAKMUR” mempunyai saldo persediaan senilai Rp. 10.000.000,00. Pembelian barang dagangan selama bulan Desember 2009 sebesar Rp. 100.000.000,00 dan penjualan sebesar Rp120.000.000,00. Berdasarkan perhitungan fisik persediaan akhir Desember 2009 senilai Rp 20.000.000,00. Diminta : 1. Jurnal waktu pembelian 2. Jurnal waktu penjualan 3. Jurnal penyesuaian akhir periode 4. Jurnal penutup akhir periode Jurnal Saat Pembelian Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember Pembelian Kas/Utang Dagang 100.000.000 100.000.000 Jurnal waktu penjualan Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember Kas/Piutang Dagang Penjualan 120.000.000 120.000.000 Jurnal penyesuaian per 31 Desember 2009 Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember 31 Ikhtisar laba-rugi 10.000.000 Persediaan barang dagang 10.000.000 (penyesuaian persediaan awal) Persediaan barang dagang Ikhtisar laba-rugi (penyesuaian persediaan akhir) 20.000.000 20.000.000 Jurnal penutup per 31 Desember 2009 Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember 31 Penjualan 120.000.000 Ikhtisar laba-rugi 120.000.000 (menutup akun penjualan) Ikhtisar laba-rugi Pembelian (menutup akun pembelian) 100.000.000 100.000.000 Metode Perpetual Jika menggunakan metode perpetual, maka jumlah persediaan dan harga pokok penjualan yang ada dapat diketahui pada setiap saat, tanpa mengadakan perhitungan fisik persediaan terlebih dahulu. Secara ringkas pencatatan persediaan menurut metode perpetual adalah sebagai berikut : Persediaan awal periode, dicantumkan pada sisi debit akun “Persediaan” Pertambahan persediaan yang berasal dari pembelian dicatat dengan mendebit akun “Persediaan” sebesar harga pokoknya. Pengurangan persediaan karena adanya penjualan (pemakaian) dicatat dengan mengkredit akun “Persediaan” sebesar harga pokoknya, dan mendebit akun “Harga Pokok Penjualan”. Selain itu dibuat juga jurnal untuk mencatat timbulnya penghasilan, yaitu dengan mendebit akun “Kas” atau akun “Piutang Dagang” dan mengkredit akun “Penjualan”. Persediaan akhir periode secara otomatis dapat dilihat pada akun “Persediaan” karena mutasi persediaan selalu tercermin dalam akun tersebut. Contoh: Pada tanggal 01 Desember 2009 perusahaan dagang “Rejeki” mempunyai saldo persediaan senilai Rp10.000.000,00. Pembelian barang dagangan selama bulan Desember 2009 sebesar Rp100.000.000,00 dab penjualan sebesar Rp120.000.000,00. Adapun harga pokok penjulan barang dagang tersebut adalah Rp90.000.000,00. Diminta: 1. Jurnal waktu pembelian 2. Jurnal waktu penjualan 3. Jurnal penyesuaian akhir periode (jika ada) 4. Jurnal penutup akhir periode. Jurnal waktu pembelian Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember Persediaan barang dagang Kas/Utang Dagang 100.000.000 100.000.000 Jurnal waktu Penjualan Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember Kas/Piutang Dagang 120.000.000 Penjualan Harga Pokok Penjualan Persediaan barang dagang 120.000.000 90.000.000 90.000.000 Jurnal Penyesuaian 31 Desember 2009 Tanggal Uraian 2009 Desember 31 Tidak ada jurnal penyesuaian Ref Debit Kredit Jurnal Penutup 31 Desember 2009 Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2009 Desember 31 Penjualan 120.000.000 Ikhtisar laba-rugi 120.000.000 (menutup akun penjualan) Ikhtisar laba-rugi Harga Pokok Penjualan (menutup akun HPP) 90.000.000 90.000.000 Dari buku-buku perusahaan dagang “Rejeki” selama bulan Januari 2007 diperoleh informasi tentang barang dagang sebagai berikut : Persediaan 01 Januari 2007 : 300 unit @ Rp. 15.000,00 Pembelian 05 Januari 2007 : 900 unit @ Rp. 16.000,00 Penjualan 10 Januari 2007 : 800 unit @ Rp. 18.000,00 Pembelian 15 Januari 2007 : 800 unit @ Rp. 17.000,00 Pembelian 18 Januari 2007 : 500 unit @ Rp. 17.000,00 Penjualan 20 Januari 2007 : 900 unit @ Rp. 18.000,00 Pembelian 25 Januari 2007 : 600 unit @ Rp. 17.000,00 Penjualan 27 Januari 2007 : 800 unit @ Rp. 19.000,00 Pembelian 29 Januari 2007 : 300 unit @ Rp. 18.000,00 Penjualan 30 Januari 2007 : 400 unit @ Rp. 20.000,00 Perhitungan : Tersedia untuk dijual : 01 Januari 2007 : 300 unit @ Rp. 15.000,00 = Rp. 4.500.000,00 05 Januari 2007 : 900 unit @ Rp. 16.000,00 = Rp. 14.400.000,00 15 Januari 2007 : 800 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 13.600.000,00 18 Januari 2007 : 500 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 25 Januari 2007 : 600 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 10.200.000,00 29 Januari 2007 : 300 unit @ Rp. 18.000,00 = Rp. 3.400 unit = 8.500.000,00 5.400.000,00 Rp. 56.600.000,00 Penjualan : 10 Januari 2007 : 800 unit @ Rp. 18.000,00 = Rp. 14.400.000,00 20 Januari 2007 : 900 unit @ Rp. 18.000,00 = Rp. 16.200.000,00 27 Januari 2007 : 800 unit @ Rp. 19.000,00 = Rp. 15.200.000,00 30 Januari 2007 : 400 unit @ Rp. 20.000,00 = Rp. 2.900 unit = 8.000.000,00 Rp. 53.800.000,00 Menetapkan Nilai Persediaan dengan Metode Fisik Metode Identifikasi Khusus Menurut metode ini, setiap barang yang masuk ke gudang harus diberi tanda khusus pada kemasan barang yang bersangkutan (dapat berupa kartu atau label) yang berisikan informasi tentang kualitas serta harga per unit barang tersebut. Nilai persediaan akhir dihitung dengan jalan mengalikan kuantitas barang yang ada di gudang dengan harga per unit sesuai dengan label yang tertulis pada kemasan barang tersebut. Contoh : Berdasarkan informasi di muka, jika pada akhir bulan Januari 2007 (berdasarkan perhitungan fisik) diketahui bahwa barang yang masih ada di gudang sebanyak 500 unit yang terdiri dari (a) pembelian 5 Januari sebanyak 50 unit, (b) pembelian 15 Januari sebanyak 100 unit, (c) pembelian 25 Januari sebanyak 150 unit, dan (d) pembelian 29 Januari sebanyak 200 unit. Diminta : 1. Hitunglah nilai persediaan akhir barang dagangan 2. Hitunglah harga pokok penjualan barang dagangan. 3. Hitunglah laba kotor penjualan (1) Barang yang ada di gudang sebanyak 500 unit terdiri dari: 05-1-2007 : 50 unit @ Rp. 16.000,00 = Rp. 15-1-2007 : 100 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 1.700.000,00 25-1-2007 : 150 unit @ Rp. 17.000,00 = Rp. 2.550.000,00 29-1-2007 : 200 unit @ Rp. 18.000,00 = Rp. 3.600.000,00 500 unit 800.000,00 = Rp. 8.650.000,00 Nilai persediaan akhir (500) unit = Rp. 8.650.000,00 (2) Harga Pokok Penjualan Barang yang tersedia dijual (3.400 unit) = Rp. 56.600.000,00 Persediaan akhir ( 500 unit) = Rp. 8.650.000,00 Harga pokok penjualan (2.900 unit) = Rp. 47.950.000,00 (3) Laba kotor penjualan Harga jual (2.900 unit) = Rp. 53.800.000,00 Harga pokok penjualan (2.900 unit) = Rp. 47.950.000,00 Laba kotor penjualan (2.900 unit) = Rp. 5.850.000,00 PERSEDIAAN: MASALAH PENILAIAN TA,BAHAN Nilai Terendah Antara Biaya Dengan Harga pasar • • • • Batas atas dan batas bawah Bagaimana LCM Bekerja Pasar Evaluasi atas aturan LCM Dasar Penilaian • • • Nilai Realisasi Bersih Nilai Penjualan relatif Komitmen Penjualan Metode Laba Kotor • • Persentase Laba Kotor Evaliasi Atas Metode laba Kotor Metode Persediaan Eceran Penyajian dan Analisis • • • • • Terminologi Metode Konvensional Pos-pos Khusus Evaluasi atas Metode Persediaan eceran • Penyajian Persediaan Penilaian Persediaan Nilai Terendah antara Harga Pokok dengan harga Pasar (LCM) Prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan Pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebsar biaya awalnya. Persediaan yang mengalami penurunan manfaat masa depan akan diniali berdasarkan nilai terendah antara biaya dan harga pasar (lower cost or market-LCM), bukan berdasarkan biaya awal. Konsep Biaya atau harga pokok (cost) adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis-IK, Rata2, FIFO atau LIFO Istilah pasar (market) dalam LCM berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi. Pasar mengacu pada; Jika Bisnis eceran tempat barang di beli, Jika ManufacturBiaya Reproduksi Konsep Barang harus dinilai berdasarkan biaya (harga Pokok) atau biaya pengganti mana yang lebih rendah; Mengapa Biaya pengganti (replacement Cost) digunakan untuk menyatakan nilai pasar? Alasannya bahwa penurunan biaya pengganti suatu barang biasanya mencerminkan atau meramalkan penurunan harga jual dan agar mempertahankan tingkat laba kotor yang konsisten. Konsep Nilai realisasi Bersih (Net Realizable Value- NRV) adalah estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak. Nilai realisasi Bersih dikuarangi dengan marjin laba normal (net realizabel value less a normal profit margin) Contoh Perusahaan memiliki persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual $1.000, estimasi biaya penyelesaian $300 dan marjin laba normal 10%, maka dapat dihitung NRVNPM sbb: Persediaan- nilai jual Estimasi biaya Penyelesaian Nilai Realisasi Bersih Margin Laba 10%x Realisasi Bersih-laba Normal $1.000 $ 300 $ 700 $ 100 $ 600 Aturan Umum LCM Persediaan dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar di abatasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau tidak lebih rendah dari NRV (batas atas)-NPM (batas bawah). Metode Harga Eceran Metode ini sering dipakai oleh pedagang pengecer, seperti : pasar swalayan dan toserba. Asumsi yang dipakai dalam metode ini adalah bahwa ratio (perbandingan) biaya terhadap harga eceran persediaan akhir sama dengan ratio biaya terhadap harga eceran barang yang tersedia di jual selama satu periode. Syarat yang harus dipenuhi agar metode ini dapat digunakan adalah adanya catatan harga jual dan harga eceran setiap barang yang dibeli. Ratio biaya terhadap harga eceran barang yang tersedia dijual harus senantiasa dihitung. Contoh: Berikut ini adalah informasi yang berkaitan dengan barang dagangan selama tahun 2007 pada UD “REJEKI”, Klaten : Biaya dan harga eceran persediaan awal masing-masing sebesar Rp. 14.000.000,00 dan Rp. 20.000.000,00 Biaya dan harga eceran pembelian masing-masing sebesar Rp. 24.000.000,00 dan Rp. 38.000.000,00 Ongkos mengangkut barang ke perusahaan sebesar Rp. 2.000.000,00 Harga jual untuk ongkos angkut tidak ada Jumlah penjualan selama tahun 2007 sebesar Rp. 46.000.000,00 Diminta : Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir barang dagang ! Biaya Harga Eceran Persediaan awal = Rp. 14.000.000,00 Rp. 20.000.000,00 Pembelian = Rp. 24.000.000,00 Rp. 38.000.000,00 Biaya angkut = Rp. 2.000.000,00 Rp. 40.000.000,00 Penjualan - Persediaan akhir (dengan harga eceran) Ratio biaya terhadap harga eceran : 40.000.000,00 ------------------ x 100% = 69% (pembulatan) 58.000.000,00 Nilai persediaan akhir : 69 % x Rp. 12.000.000,00 = Rp. 8.280.000,00 Rp. 58.000.000,00 Rp. 46.000.000,00 Rp. 12.000.000,00 Kontrak Jangka Panjang Kontrak pembangunan (kontruksi) jangka panjang, seperti kontraktor bangunan, perusahaan galangan kapal, pabrik pesawat terbang dan sebagainya dalam mengolah hasil produksinya memerlukan waktu yang relatif panjang (lebih dari satu periode akuntansi). Masalah khusus yang timbul pada perusahaan ini terutama mengenai penentuan nilai persediaan dan pengakuan penghasilan. Dalam akuntansi ada dua metode untuk menghitung nilai persediaan dan pengakuan penghasilan, yaitu (1) Metode Kontrak Selesai, dan (2) Metode Persentase Penyelesaian Kontrak. Metode Kontrak Selesai (the completed contract method). Dalam metode ini, penghasilan dihitung pada saat pekerjaan kontruksi selesai. Pada saat pekerjaan kontruksi sedang dikerjakan, belum ada penghasilan yang dapat dicatat, meskipun kontraktor telah menerima pembayaran secara berkala. Contoh : Suatu perusahaan kontraktor mengerjakan proyek yang diperkirakan akan selesai dalam waktu 2 tahun dengan harga kontrak Rp810.000.000,00. Biaya yang terjadi untuk mengerjakan proyek tersebut pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar Rp225.000.000,00 dan Rp324.000.000,00. Berdasarkan metode kontrak selesai, penghasilan kontraktor tersebut dihitung sebagai berikut : Tahun 2006 Pada tahun 2006 tidak ada penghasilan, karena pekerjaan belum selesai ! •Waktu pembelian bahan dan pembayaran gaji dan upah •Tanggal •Uraian •Ref •Debit •Kredit •2006 •Bahan, gaji dan upah, dll • Kas •(pembelian bahan dan pembayaran gaji dan upah) •225.000.000 •225.000.000 Tahun 2007: Harga kontrak Rp. 810.000.000,00 Biaya kontruksi : Tahun 2006 = Rp. 225.000.000,00 Tahun 2007 = Rp. 324.000.000,00 Jumlah biaya konstruksi Laba bruto Rp. 549.000.000,00 Rp. 261.000.000,00 JURNAL UMUM Tanggal Uraian Ref Debit Kredit 2006 Bahan, gaji dan upah, dll 225.000.000 Kas 225.000.000 (pembelian bahan, pembayaran gaji & upah) Bangunan dalam Pelaksanaan 225.000.000 Bahan, gaji dan upah, dll 225.000.000 (pembebanan biaya pembangunan) 2007 Bahan, gaji dan upah, dll 324.000.000 Kas 324.000.000 (pembelian bahan, pembayaran gaji & upah) Bangunan dalam Pelaksanaan 324.000.000 Bahan, gaji dan upah, dll 324.000.000 (pembebanan biaya thd pembangunan) Bangunan dalam Pelaksanaan 261.000.000 Laba Kontrak Jk Panjang Kas Bangunan dalam Pelaksanaan 261.000.000 810.000.000 810.000.000 Metode Persentase Penyelesaian Kontrak Dalam metode ini, penghasilan diakui secara proporsional sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan konstruksi. Ada 2 cara yang dapat dipakai untuk menghitung penghasilan dengan metode ini, yaitu (a) Metode Beban, dan (b) Metode Fisik. Metode Beban Dalam metode ini, pengkauan penghasilan didasarkan pada rasio biaya yang terjadi terhadap taksiran seluruh biaya penyelesaian pekerjaan konstruksi (kontrak). Contoh : Suatu perusahaan kontraktor mengerjakan proyek yang diperkirakan akan selesai dalam waktu 3 tahun, dengan harga kontrak sebesar Rp25.000.000.000,00. Adapun biaya-biaya yang terjadi untuk mengerjakan proyek tersebut serta taksiran biaya penyelesaian proyek pada tiap-tiap tahun adalah sebagai berikut : Tahun 2005: Biaya sampai dengan 31/12 – 2005 = Rp. 3.000.000.000,00 Taksiran biaya penyelesaian = Rp. 17.000.000.000,00 Tahun 2006: Biaya sampai dengan 31/12 – 2006 = Rp. 17.000.000.000,00 Taksiran biaya penyelesaian = Rp. 4.250.000.000,00 Tahun 2007: Biaya sampai dengan 31/12 – 2007 = Rp. 20.750.000.000,00 Pekerjaan proyek telah selesai. Berdasarkan data diatas, laba perusahaan pada tiap-tiap tahun dihitung sebagai berikut : a) Laba bruto tahun 2005 Harga kontrak Rp. 25.000.000.000 Akumulasi biaya s/d 31/12-2005 Rp. 3.000.000.000 Taksiran biaya penyelesaian Rp. 17.000.000.000 Jumlah Selisih Rp. 20.000.000.000 Rp 5.000.000.000 Laba bruto tahun 2005 3.000.000.000 ------------------ x Rp. 5.000.000.000,00 = Rp. 750.000.000,00 20.000.000.000 (1) Laba bruto tahun 2006 Harga kontrak Rp. 2.500.000.000 Akumulasi biaya s/d 31/12-2006 Rp. 1.700.000.000 Taksiran biaya penyelesaian Rp. 425.000.000 Jumlah Rp. 2.125.000.000 Selisih Rp. 375.000.000 Laba bruto tahun 2006 1.700.000.000 ----------------- x Rp. 375.000.000,00 = Rp. 300.000.000,00 2.125.000.000 Laba bruto tahun 2005 = Rp. 75.000.000,00 Laba bruto tahun 2006 = Rp. 225.000.000,00 (1) Laba bruto tahun 2007 Harga kontrak Rp. 2.500.000.000 Akumulasi biaya s/d 31/12-2007 Rp. 2.075.000.000 Selisih Rp. 425.000.000 Laba bruto tahun 2005 dan 2006 Rp. 300.000.000 Laba bruto tahun 2007 Rp. 125.000.000 Metode Fisik Dalam metode ini, pengakuan penghasilan didasarkan pada tingkat penyelesaian pekerjaan konstruksi (kontrak) berdasarkan perhitungan teknis. Contoh : Suatu perusahaan kontraktor mengerjakan proyek yang diperkirakan akan selesai Rp. dalam waktu 2.500.000.000,00. 3 tahun, Adapun dengan harga biaya-biaya kontrak yang terjadi sebesar untuk mengerjakan proyek tersebut serta tingkat penyelesaian berdasarkan perhitungan teknis pada tiap-tiap tahun adalah sebagai berikut : Tahun 2005: Biaya sampai dengan 31/12 – 2005 = Rp. 300.000.000,00 Taksiran biaya penyelesaian 14 % Tahun 2006: Biaya sampai dengan 31/12 – 2006 = Rp. 1.700.000.000,00 Taksiran biaya penyelesaian 75 % Tahun 2007: Biaya sampai dengan 31/12 – 2007 = Rp. 2.075.000.000,00 Taksiran biaya penyelesaian 100 % Berdasarkan data diatas, laba perusahaan pada tiap-tiap tahun dihitung sebagai berikut : (1) Laba bruto tahun 2005 Tingkat penyelesaian proyek (14%): 14% x Rp. 2.500.000.000,00 Rp. 350.000.000,00 Akumulasi biaya Rp. 300.000.000,00 Laba bruto tahun 2005 Rp. 50.000.000,00 (1) Laba bruto tahun 2006 Tingkat penyelesaian proyek (75%): 75% x (Rp. 2.500.000.000,00 – Rp. 350.000.000,00) Rp.1.612.000.000,00 Akumulasi biaya Rp.1.400.000.000,00 Laba bruto tahun 2006 Rp. 212.000.000,00 (1) Laba bruto tahun 2007 Tingkat penyelesaian proyek (100%): Rp. 2.500.000.000–(Rp. 350.000.000+Rp.1.612.000) Rp. 537.500.000,00 Akumulasi biaya Laba bruto tahun 2007 Rp. 375.000.000,00 Rp. 162.500.000,00