Transcript klik disini

INTERNAL AUDIT
Materi 2
Oleh
Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA
1
KODE ETIK
Perbedaan Moralitas dan Etika:
Moralitas: Moral dipandang berkaitan dengan
kebenaran atau kesalahan yang
mendasar. Umumnya bersifat universal
dan biasanya berasal dari agama atau
filsafat, yang berlaku bagi setiap orang
pada suatu setiap saat.
2
KODE ETIK (lanjutan…..)
Perbedaan Moralitas dan Etika:
Etika:
Kode etik dipandang lebih sederhana,
bukan masalah kebenaran atau
kesalahan, tetapi lebih cenderung
kapada kewajaran, yang selalu berjalan
dengan kode moral masyarakat yang
juga kadang perluasan dari prinsip
moral tertentu. Tujuan Kode etik,
untuk mengatur tingkah laku individu
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat.
3
KODE IIA
Kode etik IIA adalah pedoman bertingkah laku yang
dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditors. Kode
etik tersebut disusun untuk digunakan sebagai pedoman
bagi anggota IIA
Kode etik memandang pengawas internal sebagai seorang
pengurus lembaga trust, yaitu lembaga yang mengurus
harta kekayaan seseorang, sehingga ia memiliki kewajiban
untuk mempertahankan standar kejujuran, loyalitas,
obyektivitas, dan ketekunan dalam menjalankan tugasnya.
4
KODE IIA
Pasal 1
Para anggota berkewajiban untuk bersikap jujur,
objektif, dan tekun dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya (Bersikap sesuai dengan kenyataan,
terus terang, dan jujur dalam hubungannya dengan
pihak perusahaan; bersikap hati-hati dan teliti, serta
menghindari perasaan berpihakan, dalam segala hal
yang dipastikan, dinilai dan direkomendasikan kepada
perusahaan.
5
KODE IIA
Pasal 2
Para anggota dalam menjalankan kepercayaan yang
diberikan perusahaan, harus menunjukkan loyalitas
dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungannya
dengan perusahaan atau pihak lain yang mungkin akan
menerima jasa pengawas internal. Walau demikian
para anggota tidak boleh secara sengaja turut ambil
bagian dalam suatu aktivitas yang ilegal atau tidak
sepantasnya dilakukan.
6
KODE IIA
Pasal 3
Para anggota tidak boleh terlibat dalam suatu aktivitas
yang mungkin memiliki kepentingan yang bertentangan
dengan
kepentingan
perusahaan,
atau
akan
menimbulkan anggapan bahwa mereka tidak lagi dapat
menjalankan berbagai tugas dan kewajibannya secara
objektif.
Pasal 4
Para anggota tidak boleh menerima bayaran atau
hadiah dari para karyawan,klien, pelanggan, atau rekan
usaha perusahaan mereka, tanpa sepengetahuan dan
persetujuan dari manajer senior.
7
KODE IIA
Pasal 5
Para anggora harus menggunakan segala informasi
yang diperoleh dalam menjalankan tugasnya dengan
bijaksana. Para anggota tidak boleh menggunakan
suatu informasi yang harus dirahasiakan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk hal-hal
lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
8
KODE IIA
Pasal 6
Para anggota dalam mengungkapkan suatu pendapat,
harus ,mengerahkan segenap ketelitian dan perhatian
yang sepantasnya dilakukan untuk memperoleh bukti
faktual yang memadai guna mendukung pendapatnya
tersebut. Dalam membuat laporan, para anggota harus
mengemukakan segala bukti dan kebenaran materiil
yang mereka ketahui, yang, apabila tidak dikemukakan,
akan berpengaruh terhadap laporan tentang hasil-hasil
dari kegiatan-kegiatan yang diperiksa atau dilindungi
suatu kegiatan yang bertentangan dengan hukum.
9
KODE IIA
Pasal 7
Para anggota harus berusaha untuk meningkatkan
kecakapan dan keefektifan dalam menjalankan
pekerjaannya.
Pasal 8
Para anggota harus mematuhi hukum dan menjunjung
tinggi tujuan IIA. Dalam menjalankan profesinya, para
anggota harus selalu ingat akan kewajiban untuk
mempertahankan standar kompetisi, moralitas, dan
martabat yang tinggi, yang telah ditetapkan oleh IIA
dan para anggotanya.
10
KEKUATAN
Kekuatan Fisik
Kekuatan fisik pada dasarnya merupakan suatu hal
yang baik karena menjadi dasar seluruh aliran energi,
gerakan, perubahan, kehidupan, pertumbuhan, dan
perkembangan..
Kekuatan Sosial
Pengertian kekuatan sosial paralel dengan pengertian
kekuatan fisik, yaitu kemampuan untuk melakukan
pekerjaan sosial. Energi, mental dan emosional yang
terdaopat dalam diri manusia akan diatur,
dikonsentrasi, dan digunakan oleh masyarakat untuk
mencapai suatu tujuan yang ada kalanya tidak
mungkin dapat dicapai oleh manusia bila ia berusaha
seorang diri.
11
Kekuatan Perusahaan
Kekuatan perusahaan dapat dipandang berasal dari
seluruh kesepakatan untuk kerja sama dalam
perusahaan, yang meningkatkan performasi kinerja
perusahaan
Tidak ada cara lain untuk membuat ribuan orang
pegawai bekerja secara reguler dan melaksanakan
pekerjaannya secara baik, selain dari adanya sesuatu
yang lebih tinggi dari kehendak pribadi mereka dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan bersama. Sesuatu
tersebut adalah ribuan kesepakatan untuk bekerja sama
dalam memberikan dan menerima perintah guna
mencapai suatu tujuan ekonomi.
12
Kekuatan Pengawas Internal
Pengawas internal harus memahami besar dan batasan
kekuatannya, dan juga jkekuatan pihak lain. Pengawas
internal berusaha memperluas pengaruhnya; aktivitas
pengawas internal mempengaruhi cara bagaimana
perusahaan diatur; dan temuan pengawas internal
memiliki dampak terhadap citra dan status para
pencari kekuatan dalam organisasi.
Pengawas internal harus menggunakan kekuatannya
secara bijaksana agar dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki , serta menghindari konflik yang tidak
seharusnya terjadi.
13
AUDITOR DAN AUDITEE
Seorang Manajer
Pada saat pertama penugasan, auditor akan melihat
struktur organisasi untuk mengidentifikasi orangorang yang akan menjadi kuci keberhasilannya.
Kadang auditor hanya memandang manajer hanya satu
dimensi, yaitu prioritas utama mereka hanya mengatur
dan mengawasi kegiatan operasional. Auditor lupa
bahwa manajer juga dituntut untuk meningkatkan
diri, selama tidak terjadi konflik kepentingan. Konflik
kepentingan akan muncul ketika ada yang mengancam
karirnya, dimana manajer hanya terfokus mengatasi
ancaman tersebug dan mengabaikan pekerjaan.
14
Konflik
Konflik terjadi jika ada ancaman yang dirasakan oleh
manajer jika ada temuan dari auditor yang akan
mengancam karirnya. Mereka akan memerintahkan
bawahannya untuk melawan temuan audit. Jika situasi
ini terjadi, auditor harus mengambil keputusan apakah
akan menghentikan konflik atau melakukan
penekanan. Apabila akan melakukan penekanan
sebaiknya auditor tidak melakukan sendiri, dan harus
berkonsultasi pada manajemen puncak. Ada dua
keadaan yang secara tegas auditor memiliki
kepentingan terlibat konflik:
1. Apabila perselisihan tersebut diperlukan untuk
menetapkan yurisdikasi pemeriksaan
2. Apabila manajemen senior telah memberikan tanda
pada auditor
untuk melakukan pemeriksaan
terhadap auditee.
15
Secara psikologis, perselisihan antara Auditor dan Auditee
disebabkan oleh persoalan yang sederhana seperti
pertimbangan teknis terhadap temuan pemeriksaan atau
adanya ancaman yang dirasakan auditee. Auditee adalah
anggota suatu kelompok yang memiliki berbagai kesamaan
sikap, pandangan dan perasaan. Karenanya sikap
permusuhan yang ditunjukkan oleh auditee terhadap
fungsi pengawasan inernal atau auditor dapat pula
disebabkan oleh berbagai alasan yang bersifat kultural.
Sevagai contoh, seorang auditor telah melakukan suatu
pemeriksaan dalam waktu yang lama, tanpa pernah
menunjukkan rasa simpati terhadap sikap, nilai, dan
kesadaran atau pandangan kelompok yang diperiksanya.
Jika hal ini terjadi maka auditor dipandang sebagai musuh
yang berusaha mencari-cari kesalahan kelompok dan ingin
mendapatkan nama dengan mengorbankan kelompok
tersebut.
16
Kegagalan pemeriksaan yang digambarkan diatas pada
umumnya dilakukan oleh auditor yang tidak memahami
filsafat pemeriksaan. Sebuah kelompok operasional yang
memiliki sumber daya terbatas dapat bekerja secara
bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan yang
ditetapkan oleh manajemen. Tekanan yang dilakukan oleh
manajemen akan memaksa kelompok operasional tersebut
untuk berkonsentrasi terhadap hal-hal tertentu yang
memiliki prioritas tinggi dan mengabaikan hampir
sebagian besar hal lainnya.
Auditor
juga
dapat
tertekan
dalam
usahanya
mempertahankan area yang diketahui atau diduga
mempunyai kelemahan pengendalian. Pekerjaan yang
dihasilkan akhirnya tidak ditujukan untuk menghasilkan
penilaian terhadap keefektifan dan keefisienan operasi,
tetapi untuk mengungkapkan kelemahan pengendalian
yang sesungguhnya bukan misi utama organisasi auditee 17
Pekerja
Istilah pekerja yang kita gunakan disini adalah individu
yang fungsi utamanya adalah untuk mengerjakan sesuatu,
bukan merencanakan, mengatur, memerintah, atau
mengawasi. Pekerja memandang peran mreka adalah
melakukan perbuatan sesuai dengan yang diinstruksikan.
Mereka
relatif
tidak
memperhatikan
berbagai
kecenderungan sosial ekonomi, perkembangan industri,
persaingan, atau tujuan dan sasaran perusahaan.
Pengawas internal tidak boleh mempersalahkan pekerjaan
atas keengganan mereka untuk berpikir. Pekerja tidak
dibayar untuk berpikir, dan sebaliknya auditor tidak
meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang
berdasarkan instruksi yang mereka terima tidak boleh
mereka lakukan.
18
Dalam hubungan pribadi, hal yang menjadi kunci adalah
sikapyang bersahabat dan menunjukkan rasa simpati, dan
dalam kaitannya dengan pekerjaan, auditor harus
membatasi dengan hanya meminta berbagai dokumen atau
informasi lain serta menafsirkannya.
Pengawas internal/auditor sebaiknya tidak memberikan
komentar atau pendapat atas apa yang dilihatnya karena
apabila komentar atau pendapatnya ditafsirkan salah,maka
pekerja akan berpegang pada penafsiran yang salah
tersebut.
Berdasarkan pembahasan tersebut, cukup jelas bahwa hal
yang harus dilakukan oleh pengawas internal adalah
membatasi pembicaraan dengan pekerja sehingga hanya
meliputi persoalan yang berkaitan dengan fakta. Pengawas
internal harus berbicara selebihnya hanya dengan
supervisor pekerja.
19
Filosofi Audit
Sebagian besar auditor memandang istilah lingkungan
audit sebagai istilah yang menjelaskan sesuatu yang
terpisah darinya, dalam lingkungan audit yang dilihat
hanya manajemen dan auditee.
Ada beberapa lingkungan audit, tetapi sebagian besar tidak
bersifat netral dalam menghargai auditor.
Suasana lingkungan audit tersebut sangat dipengaruhi oleh
auditor sendiri; auditor dapat membuat suasana
lingkungan dan audit mereka sebagai salah satu hal
penting yang mempengaruhi suasana lingkungan audit
mereka.
Auditor yang berusaha mencari sesuatu yang dapat
meningkatkan kesuksesan aktivitas yang diperiksanya,
akan mempunyai lingkungan yang berbeda dengan auditor
yang hanya mencari berbagai kelemahan yang dapat
dipergunakan untuk mempermalukan auditee dan
mendapat pujian atasan.
20
Perbedaan sikap kedua auditor tersebut tidak sekedar
diakibatkan oleh adanya orang yang berpendidikan baik
dan cukup memiliki kredibilitas
dan fleksibilitas
psikologis sehingga mereka dapat dilatih untuk
menerapkan salah satu dari serangkaian sikap dan
memainkan berbagai macam peran. Pada kenyataanya
auditor dapat mengerjakan hampir sebagian besar dari apa
yang diprintahkannya
Apabila auditor merasa bahwa hubungan dengan pihak
auditee yang tidak baik, mereka melihat ini sebagai suatu
kepribadian, mereka melihat hal lain selain dari
kepribadian para auditor, karena mungkin saja hal tersebut
disebabkan oleh penerapan filosofi yang tidak sesuai.
21
Sindroma Pengungkapan
Seperti halnya orang lain, auditor cenderung untuk
bertindak sesuai dengan harapan atasan atau rekan
mereka. Bila menghadapi auditee yang enggan
bekerjasama, atasan sering kali menghendaki agar
pengawas internal bertindak lebih agresif, dan siklus
pengungkapan yang pada umumnya berlangsung adalah;
1. Manajer tidak pernah meminta pelaksanaan audit
terhadapnya
2. Pada saat diaudit, mereka meminta bawahannya tidak
memberikan informasi secara sukarela,hanya terbatas
pada apa yang ditanyakan dan dengan jawaban singkat.
3. Karena tidak ada kerjasama maka auditor berusaha
menemukan temuan yang berarti
4. Auditor kesulitan membuat laporan karena kurangnya
informasi yang mendukung.
22
5. Manajer auditee memperdebatkan sebagian besar
temuan yang dicantumkan dalam rancangan laporan.
6. Auditor memberikan laporan
akhir
kepada
manajemen; laporan tersebut mengungkapkan ula
temuan dan memperkuat temuan yang lain
7. Manajemen menegur auditee
8. Auditee menceritakan pengalamannya kepada seluruh
temannya
9. Siklus ini terulang lagi pada audit berikutnya
10. Audit sekarang tidak mempunyai banyak teman di luar
lingkup audit.
23
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL INDONESIA
Pasal 1
PPAI berasakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945
Pasal 2
Para Angggota diwajibkan untuk bersikap jujur, obyektif
dan hati-hati dalam menjalankan tugas-tugas maupun
kewajiban-kewajibannya.
24
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL INDONESIA
Pasal 3
Untuk mempertahankan kepecayaan dari pemberi
tugas, para anggota harus menunjukkan loyalitas
kepada pemberi tugas. Walaupun demikian anggota
dilarang untuk mengambil bagian dalam kegiatankegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.
Pasal 4
Para anggota harus menghindari untuk terlibat
kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan
kepentingan pemberi tugas, atau yang dapat
menimbulkan
prasangka
yang
meragukan
kemampuannya untuk secara obyektif menyelesaikan
tugas dan kewajibannya.
25
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL INDONESIA
Pasal 5
Para anggota dilarang untuk menerima imbalan atau
hadiah dari pemberi tugas, klien, pelanggan, atau relasi
bisnis pemberi tugas, kecuali yang menjadi haknya.
Pasal 6
Para anggota harus bersikap bijaksana dan hati-hati
dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam
pelaksanaan tugasnya. Para anggota dilarang untuk
menggunakan informasi rahasia untuk kepentingan
pribadi, atau menggunakan sdemikian rupa sehingga
merugikan kepentingan pemberi tugas
26
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL INDONESIA
Pasal 7
Dalam menyatakan pendapat, para anggota harus
menggunakan
semua
kemampuannya
untuk
memperoleh bukti-bukti yang memadai yang dapat
mendukung pernyataannya. Dalam laporannya, para
anggota harus mengungkapkan fakta-fakta material
yang diketahuinya yang jika tidak diungkapkan akan
dapat merubah laporan hasil kegiatan yangdireview,
atau dapat menutupi adanya praktek-praktek yang
menyalahi prosedur dan kebijakan.
Pasal 8
Para anggota harus secara terus menerus berusaha
meningkatkan keahliannya dan ketrampilannya dalam
melakukan pekerjaannya.
27
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL INDONESIA
Pasal 9
Para anggota harus mematuhi peraturan dan
mendukung
pencapaian
tujuan
PAII.
Dalam
menjalankan profesinya para anggota harus selalu
sadar akan kewajibannya untuk memelihara standar
yang tinggi tentang kompetensi, moralitas dan
kehormatan yang telah ditetapkan oleh PAII dan para
anggotanya.
28
KODE ETIK PERHIMPUNAN
AUDITOR INTERNAL INDONESIA
PENJELASAN
Kode etik ini memberi batasan kriteria perilaku profesional
dan mengharapkan para anggota PAII untuk memelihara
standar kompetensi, moralitas dan kehormatan. Dalam
kode etik ini diungkapkan bahwa etika merupakan
pertimbangan penting dalam praktek audit internal modern,
dan meharuskan para anggota PAII untuk bersikap jujur,
obyektif, dan loyal kepada pemberi tugas, untuk
menghindari konflik kepentingan dan untuk tidak menerima
imbalan atau hadiah untuk memperlakukan informasi yang
diperoleh sebagai rahasia, untuk mendukung pendapatnya
dengan fakta-fakta material yang diketahui, dan untuk
selalu mengembangkan keahliannya.
29