Transcript materi 3

PEMERIKSAAN SEROLOGI
RINI KADIR
Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan serologic adalah prosedur atau teknik
laboratorium menggunakan reaksi antigen-antibodi
sebagai dasar tes.
Penyakit yang dibahas disini yaitu :
1.Demam tifoid
2.Demam berdarah dengue (DBD)
3.Penyakit menular seksual.
DEMAM TIFOID
• Demam tifoid (typhoid fever) merupakan penyakit infeksi
menular yang terjadi melalui entrifakal-oral, disebabkan oleh
bakteri Salmonella typi. Selain itu ada juga yang dikenal
sebagai enteric fever , disebabkan oleh salmonella para typhi
A,B, dan C.
• Baik pada typhoid maupun enteric fever, infeksi terjadi mulai
pada usus halus dengan gejala gastrointestinal yang minimal.
Organisme ini masuk dan memperbanyak diri dalam magrofag
di plaque Peyeri, kemudian menyebar kehati, kantung empedu
dan limpa. Setelah itu akan terjadi bacteremia disertai demam
dan gejalalainnya, disebabkan oleh endotoksin bakteri
tersebut.
• Gejala pertama biasanya demam dan kontipasi. Setelah satu
minggu, dengan adannya bacteremia, timbul demam tinggi,
sakit kepala, splenomegaly, leukopenia
• Dikenal 2 macam antigen (Ag) yaitu Ag O (Somatik) dan Ag
H (Flagela). 7 sampai 10 hari setelah infeksi, antibody
terhadap Ag O (Anti O) mulai terdeteksi : titelnya mencapai
maksimum 3-5 minggu setelah infeksi.
• Berbagai factor mempengaruh manifestasi ini sehingga
mempersulit interpretasi hasil tes serologi.
Faktor-faktorantara lain :
• Stadium penyakit
• Titer dasar (awal) yang tinggi didaerah endemic atau karena
vaksinasi
• Reaksi silang misalnya dengan zat anti lain
• Pengobatan dengan anti biotic sebelum pemeriksaan dilakukan
• Diagnosa pasti dilakukan dengan biarkan darah,urin,atau tinja
(faces). Untuk membantu menegakan diagnosis, dilakukan tes
serologik yaitu tes Widal. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya anti-O dan anti-H dari Salmonela typhi maupun
Salmonella para typhi.
• Kenaikan titer zat anti sebesar 4 kali, memberikan indikasi
adanya demam tifoid. Selain itu bila titer anti-O lebih besar
dari 1/160, juga menyokong adanya infeksi salmonella, tetapi
perluh diperhatikan pula factor-faktor yang telah disebut
diatas. Kenaikan titer anti-O lebih bermakna dari anti-H karena
pada vaksinasi titer anti-H meningkat
DEMAM BERDARAH DENGUE
( Dengue Hemorrhagic Fever )
• Penyekit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi VIRUS Dengue
(arthropodee-bome virus). Penular terjadi melalui gigitan
nyamuk Aedesaegypti atau Aedesalbopictus.
• Gejala pertama adalah demam. Demam ini dapat disertai
dengan perdarahan, ranjatan (syok), atau kematian. Pada
infeksi yang terjadi untuk pertama kalinya, biasanya hanya
ringan (subklinis) atau demam saja (Demam Dengue,Dengue
fever). Barulah pada infeksi kedua kalinya terjadi DBD,atau
DSS (Dengue Shock Syndrome).
• Viremia atau adanya virus dalam aliran darah akan
berlangsung selama 1 minggu. Pada awal penyakit akan
dibentuk IgM anti-Dengue, tapi hanya berlangsung dalam
waktu singkat. Selanjutnya akan dibentuk IgG antibody
terhadap Dengue yang dideteksi dengan berbagai cara antara
lain :
• Neutralization test
• Agglutination inhibition test
• Complement fixation test
Ketiga cara tersebut diatas mendeteksi Antibodi pada saat
fase terhenti dalam perjalanan penyekit.
• Diagnosis laboratorium ditunjukan untuk mendeteksi antibody
spesifik (uji serologic) dan untuk mengisolasi virus serta
mengidentifikasi virus. Pemeriksaan serologis yang paling
dapat dipercaya adalah uji netralisasi. Uji ini dapat dilakukan
secara vivo menggunakan sejenis mencit (suckling mice) atau
secara in vivo dengan biakkan jaringan.
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
• Sifilis disebabkan spirokchaete Treponemapalidum yang masuk kedalam
tubuh melalui lesi kecil dikulit atau selaput lender. Berkembang biak
lambat dengan masa inkubasi 3 minggu. Pada umumnya perjalanan
penyakit terjadi dalam 3 stadiun yaitu sifilis primer, sekunder, dan tersier,
stadium sekunder dapat diikuti masa laten 3-30 tahun. Kuman T.Palidum
belum dapat dibiakan pada media buatan in vitro, oleh karena itu diagnosis
ditegakan dengan pemeriksaan mikroskopik dan serologic.
Secara mikroskopik, eksudat dari lesi primer diperiksa dengan
mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope),eksudat dari lesi primer
di periksa dengan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope) segera
setelah pengambilan bahan, atau dengan mikroskop UV setelah diwarnai
dengan fluorescein yang di label kan pada antibody anti-treponema. Kuman
T.pallidum sangat halus, berdiameter sekitar 0,2 mikron, dan tidak terlihat
pada sediaan dengan perwanaan Gram. Perwanaan impregnasi perak di
gunakan untuk menunjukan T. pallidum pada biopsi.
• Secara serologic terbagi dalam tes non-spesifik dan tesspesifik, untuk
menetapkan anti body dalam serum. Antigen yang di pakai pada tes nonspesifik tidak berasal dari T.pallidum, tetapi dari eksrak jaringan mamalia
misalnya cardiolipin dari jantun gsapi, untuk menetap kan LgM dan lgG
anti-lipid yang terbentuk sebagai respons terhadap bahan lipoid yang di
lepaskan oleh kerusakan sel dan lipid pada permukaan T.pallidum.
Termasuk dalam tes ini adalah tes VDRL (venereal disease research
laboratory) dan RPR (rapid plasma reagin). Hasil tes akan positif dalam 4-6
minggu infeksi atau 1-2 minggu setelah terjadinya lesi primer, dan akan
menurun pada stadium tersier atau pada pemberian anti biotic pada stadium
primer atau skunder. Tes ini bermanfaat untuk skrining, tetapi dapat positif
palsu, bila positif harus dikonfirmasi dengan tes spesifik. Tes spesifik yang
sering di lakukan adalah Fluorescent Treponemal Antibody Absorption
(FTA-ABS) Dan Treponema pallidum Haemagglutinaton Assay (TPHA)
Selain untuk konfirmasi hasil positif dari tes non spesifik, tes spesifik juga
dilakukan apabila ada indikasi kuat berdasarkan klinik. Keduan tes ini
dapat positif selama bertahun-tahun dan setelah pengobatan antibiotic, oleh
karena itu tes spesifik tidak dapat dipakai untuk memantauan pengobatan.
ACQUIRED IMMUNO DEFIENCY
SYNDROM
(AIDS)
• Limfosit (salah satu jenis leukosit) berperan penting pada
system imun tubuh.Limfosit B berperan pada imunitas
humoral karena memroduksi antibodi, sedankan limfosit T
terutama pada imunitas karena bersifat sebagai efektor
melawan sel ‘musuh’. Limfosit ternyata merupakan kelompok
sel yang heterogen dengan dua jenis utama (subset) yaitu
limfosit penolong (CD4+) dan limfosit pembunuh (CD8+).
Pad keadaan normal, perbandingan jumlah CD4+ dan CD8+
secara kasar adalah 2 : 1, suatu perbandingan yang optimal
untuk menjalankan fungsi masing-masing.
• Human immunodeficiency virus (HIV), penyebab AIDS, merupakan virus
yang limfotropik. Molekul CD4+ merupakan reseptor (‘tempat hinggap’)
virus ini untuk masuk ke dalam sel (limfosit penolong dan monosit karena
monosit juga CD4+). Di dalam sel virus ini memperbanyak diri (replikasi)
sehinga merusak limfosit tersebut. Virus-virus ‘baru’ yang dihasilkan
(virion) akan mencari sel yang bau lagi untuk dimasssukinya. Pada infeksi
lanjut jumlah limfosit penolong ( CD4+ ) mulai menurun. Bila penurunan
jumlah sel telah cukup berat mulailah timbul manifestasi gangguan
imunitas sehingga pasien mudah terkena infeksi oportunistik dan
keganasan. Selain limfotropik, HIV juga bersifat neutropikk karena
ditemukan pada susunan saraf pusat dan cairan otak serta menimbulkan
kelainan neurologonik. Pada infeksi HIV, jumlah limfosit B normal atau
bahkan meningkat sebagai respons tubuh sehingga terbentuk antibody
spesifik terhadap HIV yang dapat digunakan sebagai petanda bahwa
seseorang pernah terpapar HIV.
• Jenis sel imun yang lain yaitu natural killer cells ( sel NK ) juga mengalami
kelainan demikian pula limsofit B, sehingga pasien AIDS lanjut sering
timbul sarcoma Kaposi dan limforma sel
A. Jenis dan metode pemeriksaan:
 Deteksi antibody anti HIV (misalnya anti-p24, atau anti-glikoprotein
virus lainnya) menggunakan teknik aglutinasi, imunodot, Elisa,
Western blot, imunofluoresensi, atau radiomunopresipitasi.
 Deteksi antigen virus (HIV): dilakukan dengan cara Elisa, kultur,
pelacak DNA, pelacak RNA.
 Jumlah sel : Menghitung limfosit T penolong (CD4+) dan limfosit
pembunuh (CD8+) dengan teknik imunofluresensi / flowcytometry
menggunakan antibody monoclonal.
 Fungsi sel : dapat dilakukan dengan cara stimulasi limfosit B atau T
menggunakan simulator PWM, PHA, Con-A, PPD, atau Tuberkulin.
 Lain-lain : pemeriksaan laboratorium lainnya antara lain : Hematologi
(Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, trombosit, sediaan apus darah),
penentuan kadar lg G dan lgA darah, biarkan dan serologi (untuk
protozoa, jamur, HSV, CMV, EBV), untuk infeksi oportunistik
Pneumocystis carinii (perwarnaan langsung), Cryptosporidium dan
Toxoplasma (biakan), Strongyloides dan Candida (Histopatologik),
Aspergillus, serta sarcoma Kaposi Limfoma (Histopatologik).
B. Pemilihan tes untuk anti-HIV
1. Tes Penyaring : digunakan secara sederhana seperti tes aglutinasi, dot
enzyme immunoassay yang mempunyai sensitifitas tinggi, dan teknik
Elisa.
2. Tes konfirmasi : digunakan cara Western Blot, Imunofluoresensi, atau
Radioimunopresipitasi.
C. Periapan penderita dan bahan pemeriksaan:
Tidak ada persiapan khusus. Bahan pemeriksaan adalah darah lengkap
dengan antikoagulan sodium heparin.