perbedaan-pendapat-disebabkan-persoalan-hadis

Download Report

Transcript perbedaan-pendapat-disebabkan-persoalan-hadis

PERBEDAAN PENDAPAT
KARENA PERSOALAN HADIS
Akhmad Jalaludin
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫‪PENGERTIAN SUNNAH‬‬
‫‪‬‬
‫‪Makna Etimologis:‬‬
‫‪• Ketentuan, aturan‬‬
‫ك ِمنْ ُر ُسلِ َنا ََ ََ ََ ِِ ُد ِِ ُس َّن َِ َنا ََْْ َِ ا‬
‫لً (اإلسراء‪)77‬‬
‫ُس َّن َة َمنْ َق ْد أَرْ َس ْل َنا َق ْبلَ َ‬
‫‪• Cara yang diadakan‬‬
‫ب َِ ُه ِم ْث ُل أَِْ ِر َمنْ َع ِم َل ِب َها‬
‫َمنْ َسنَّ فِى اإلِسْ ًَ ِم ُس َّن اة َْ َس َن اة َف ُع ِم َل ِب َها َبعْ َدهُ ُك َِ َ‬
‫ََََ َل ْنقُصُ ِمنْ أ ُ‬
‫َُر ِه ْم َشىْ ٌء ََ َمنْ َسنَّ فِى اإلِسْ ًَ ِم ُس َّن اة َس ِّل َئ اة َف ُع ِم َل ِب َها َبعْ َدهُ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ُ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫نْ‬
‫نْ‬
‫صُ‬
‫ُ‬
‫ار ِه ْم َشىْ ٌء‬
‫ز‬
‫َ‬
‫أ‬
‫م‬
‫ق‬
‫ن‬
‫ل‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ب‬
‫ل‬
‫م‬
‫ع‬
‫م‬
‫ر‬
‫ز‬
‫َ‬
‫ل‬
‫ث‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ُك َِ َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ب َعلَ ْل ِه ِم ِ ِ‬
‫‪• Jalan yang dilalui‬‬
‫اِ ِّن َكا ُح ِمنْ ُس َّن َِى َف َمنْ َِ ْم َلعْ َم ْل ِب ُس َّن َِى َفلَ ْل َ ِم ِّنى‬
‫‪ Makna Terminologis:‬‬
‫‪Perilaku normatif Nabi Muhammad saw. yang‬‬
‫‪menjadi model perilaku bagi umatnya‬‬
‫‪3‬‬
PENGERTIAN HADIS

Makna etimologis:
• Perkataan
•

Berita
َّ •
(87: ‫ث (اِنساء‬
ِ ‫َّللا ُ َن َّز َل أَْْ َس َن ْاِ َْ ِدل‬
)78: ‫َُن َْ ِد الثا (اِنساء‬
َ ‫َن َل ْف َقه‬
َ ‫ال َهؤُ ََ ِء ْاِ َق َْ ِم ََ َل َكا ُد‬
ِ ‫• َف َم‬
)42( ‫َّللا َْ ِد الثا‬
َ ‫• ََ ََ َل ْك َُم‬
َ َّ ‫َُن‬
‫ض أَ ْز ََا ِِ ِه َْ ِد الثا‬
ِ ْ‫• ََإِ ْذ أَ َسرَّ اِ َّن ِبيُّ إَِِى َبع‬
Makna Terminologis:
Bila digunakan secara mutlak, hadis berarti
informasi yang berisi ucapan, perbuatan, taqrir
dan sifat Nabi. Jadi, hadis adalah wadah atau
kendaraan yang membawa sunnah kepada kita
4
KEHENDAK ALLAH
(AL-HUKM)
AL-QUR’AN dan
RASUL (HADIS)
)Fiqh/Syari’ah(
MANUSIA
5
Penjelasan
 Allah
mempunyai kehendak.
Kehendak-Nya disampaikan kepada
manusia dengan media bahasa Arab
(al-Qur’an( dan pribadi Rasul
(Sunnah)
 Sunnah Rasul, baik ucapan maupun
perbuatan, sampai kepada kita dalam
bentuk hadis (rangkaian kata-kata
berbahasa Arab) melalui pemberitaan
dari mulut ke mulut lalu ditulis
 Jadi,
al-Qur’an dan Hadis keduanya
merupakan teks, yaitu rangkaian
kata-kata berbahasa Arab yang
dilambangkan dengan huruf-huruf
 Ketika digunakan, bahasa memiliki
kelemahan, yaitu tidak sepenuhnya
dapat mewadahi apa yang dikehendaki penggunanya (dalam hal ini
Allah, Rasul dan para periwayat
hadis)
'Ulumul Hadis
7
 Selanjutnya,
manusia berusaha
memahami al-Qur’an dan Hadis
(keduanya berbentuk teks berbahasa
manusia, yakni bahasa Arab)
 Manusia yang berusaha memahami
al-Qur’an dan Hadis menghadapi
kelemahan lain dari bahasa, yaitu
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Akibatnya, pemahaman manusia
terhadap al-Qur’an dan Hadis belum
tentu benar.
8
 Hadis
yang merupakan berita juga
mempunyai kemungkinan keliru dalam
proses periwayatannya. Akibatnya,
kesahihan hadis tidak mutlak benar,
kecuali hadis mutawatir.
 Karena itu, hadis tidak hanya dapat
menimbulkan perbedaan pemahaman,
tapi juga perbedaan penilaian tentang
kesahihannya
Contoh (1)
Hadis tentang Posisi Tangan ketika I’tidal
 Hadis
Humayd al-Sa’di, riwayat al-Bukhari
dll.
‫كل فقار مكانه‬
‫يعود‬
‫ى‬
‫حت‬
‫استوى‬
‫رأسه‬
‫رفع‬
‫فإذا‬
…
ّ
ّ
… maka ketika beliau mengangkat
kepalanya, beliau tegak berdiri hingga
setiap ruasnya kembali ke posisinya
 Hadis
Rifa’ah bin Rafi’, riwayat Ahmad dll.
‫فإذا رفعت رأسك فأقم صلبك حتى ترجع العظام إلى‬
‫مفاصلها‬
… maka ketika engkau mengangkat
kepalamu, tegakkanlah tulang rusukmu
sehingga tulang-tulang kembali ke
persendiannya
'Ulumul Hadis
11
 Hadis
Abu Hamid al-Sa’di, riwayat alTurmudzi
‫كان رسول اهلل صلعم إذا قام إلى الصالة قال سمع اهلل‬
‫كل عظم في‬
ّ ‫لمن حمده ورفع يديه واعتدل حتى يرجع‬
‫موضعه معتدال‬
Rasulullah saw.jika berdiri dalam shalat
membaca “sami’allahu liman hamidah” dan
mengangkat kedua tangannya serta berdiri
sehingga setiap tulangnya kembali ke
posisinya dalam posisi tegak
12


Hadis-hadis tersebut sering ditafsirkan
dengan “kembali ke posisi semula, yaitu
bersedekap”. Padahal sama sekali tidak
ada matan hadis yang mengatakan
“kembali ke posisi semula” kecuali hanya
penafsiran belaka.
Bahkan ungkapan dalam hadis-hadis
tersebut lebih menunjukkan ke posisi
santai (tangan lepas ke bawah, tidak
bersedekap)

Hadis Wa’il bin Hujr
‫ وحين رفع رأسه من الركوع رفع يديه ووضع كفيه‬
‫وجافى وفرش فخذه اليسرى من اليمنى وأشار بأصبعه‬
‫السبابة‬
…dan ketika beliau mengangkat
kepalanya dari ruku’, beliau mengangkat
kedua tangannya, dan meletakkan kedua
telapak tangannya dan merenggangkan,
dan meletakkan paha kirinya di tanah,
tidak paha kanannya, dan berisyarat
dengan jari telunjuknya
 Hadis
ini juga ditafsirkan bahwa Nabi
bersedekap ketika I’tidal. Padahal hadis ini
tidak jelas menunjukkan meletakkan
telapak tangan di atas dada (bersedekap)
ketika ruku’. Bahkan jika dicermati, yang
dimaksud adalah meletakkan telapak
tangan ketika sujud
'Ulumul Hadis
15
‫‪ ‬حدثنا عبد اهلل حدثني أبي ثنا عبد اهلل بن الوليد حدثني سفيان‬
‫عن عاصم بن كليب عن أبيه عن وائل بن حجر قال ‪ :‬رأيت‬
‫النبي صلى اهلل عليه و سلم حين كبر رفع يديه حذاء أذنيه ثم‬
‫حين ركع ثم حين قال سمع اهلل لمن حمده رفع يديه ورأيته‬
‫ممسكا يمينه على شماله في الصالة فلما جلس حلق‬
‫بالوسطى واإلبهام وأشار بالسبابة ووضع يده اليمنى على فخذه‬
‫اليمنى ووضع يده اليسرى على فخذه اليسرى‬
‫‪Tapi hadis ini gharib. Salah seorang‬‬
‫‪rawinya, yakni Abdullah bin al-Walid‬‬
‫‪kontroversial, sebagian besar ahli hadis‬‬
‫‪mengkritiknya, sehingga hadisnya dla’if.‬‬
Karena itu Majlis Tarjih berpendapat
bahwa ketika berdiri i’tidal, kedua
tangan lurus ke bawah dan tidak
bersedekap
Contoh (2) : Hadis tentang Cara Turun
ketika Hendak Sujud
1)
Hadis dari Wâ’il bin Hujr r.a. bahwa ia
melihat Nabi saw:
ِ
ِ
ِ
ِ
‫ض َرفَ َع يَ َديِْه قَ ْب َل‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ا‬
‫ذ‬
‫إ‬
‫و‬
‫ه‬
‫ي‬
‫د‬
‫ي‬
‫ل‬
‫ب‬
‫ق‬
‫ه‬
‫ي‬
‫ت‬
‫ب‬
‫ك‬
‫ر‬
‫ع‬
‫ض‬
‫ي‬
‫د‬
‫ج‬
‫س‬
‫ا‬
‫ذ‬
ْ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ََ ُ ُ َ َ َ َ ‫إ‬
‫ُرْكبَتَ ْي ِه‬
Apabila beliau sujud, beliau meletakkan kedua
lututnya sebelum kedua tangannya, dan apabila
bangkit, beliau mengangkat kedua tangannya
sebelum kedua lututnya.” (HR. Al-Tirmidzi, AlNasâi, Abu Dâwud, semuanya melalui Syarîk bin
‘Abdillâh, dari ‘Âshim bin Kulayb, dari Bapaknya,
18
dari Wâ’il bin Hujr ra.
2)
Hadis riwayat Abu Hurayrah ra.:
‫ك ْاِ َب ِعل ُر‬
ُ ‫إ ِِ َذا َس َِ َد أَ َْ ُد ُك ْم َفً َل ْبرُكْ َك َما َل ْب ُر‬
‫ضعْ َل َد ْل ِه َق ْب َل ُر ْك َب ََ ْل ِه‬
َ ‫ََ ِْ َل‬
Apabila salah seorang kalian sujud, maka
janganlah mendekam seperti mendekamnya onta, hendaklah meletakkan kedua
tangannya lebih dahulu sebelum kedua
lututnya. (HR. Abu Dâwud, al-Nasâi,
Ahmad dan al-Dârimi)

'Ulumul Hadis
19
Mana yang shahih?
 Menurut
Nâshiruddîn al-Albâni, hadis
pertama dari Wâ'il berkualitas daif karena,
menurutnya, di samping Syarîk yang
banyak kesalahannya ini sendirian dan
jalur ‘Ashîm bin Kulayb dari Bapaknya
bermasalah, juga karena bertentangan
dengan riwayat Abu Hurayrah yang
dipeganginya
'Ulumul Hadis
20

Menurut Ibn al-Qayyim: justru matan hadis
dari Abu Hurayrah-lah yang kacau dan ada
kesalahan (wahm) sehingga terjadi syâdz
(kejanggalan) berupa keterbalikan (maqlûb)
dan ketidaksinkronan pada kalimat awal
dengan kalimat akhir: pada kalimat awal
melarang sujud seperti onta, tapi pada
kalimat akhir justru menganjurkan supaya
meletakkan kedua tangan lebih dahulu
sebelum kedua lutut, padahal jika dicermati,
cara onta sujud dengan meletakkan dan
menekuk kaki depannya baru kemudian kaki
belakangnya.
'Ulumul Hadis
21
Contoh (3): Cara bangun untuk berdiri lagi
 Hadits
‘Abdullah bin ‘Abbas r.a.:
‫س َّل َم َكانَ إِ َذا‬
ِ َ ْ‫رس ُول‬
َ ‫ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َع َلى آلِ ِه َو‬
َ ‫هللا‬
َ َّ‫أَن‬
‫ض ُع‬
ِ ‫ض َع َيدَ ْي ِه َع َلى ا ْْلَ ْر‬
َ ‫ض َك َما َي‬
َ ‫صالَ ِت ِه َو‬
َ ‫َقا َم فِي‬
ُ‫ا ْل َعا ِجن‬
“Sesungguhnya Rasulullah saw. jika beliau
(hendak) berdiri dalam sholatnya, beliau
meletakkan kedua tangannya di atas bumi
sebagaimana yang dilakukan oleh al-‘ajin
(orang yang melakukan ‘ajn(”.
22
 Hadits
ini disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu
Hajar dalam Talkhish Al-Habir (1/466) dan
An-Nawawy dalam Al-Majmu’ (3/421).
 Berkata Ibnu Ash-Sholah dalam komentar
beliau terhadap Al-Wasith –sebagaimana
dalam At-Talkhis- : “Hadits ini tidak shohih
dan tidak dikenal serta tidak boleh
berhujjah dengannya”.
 Berkata An-Nawawy : “)Ini) hadits lemah
atau batil, tidak ada asalnya”.
23
 Berkata
Al-Azroq bin Qois rahimahullah :
ُ ‫َرأَ ْي‬
‫ َي ْع َت ِم ُد َع َلى‬,‫الصالَ ِة‬
ِ َ‫ت َع ْبد‬
َّ ‫هللا ْبنَ ُع َم َر َوه َُو َي ْع ِجنُ فِي‬
ُ ‫ َرأَ ْي‬: َ ‫الر ْح َم ِن؟ َقال‬
ُ ‫ َفقُ ْل‬.‫َيدَ ْي ِه إِ َذا َقا َم‬
‫ت‬
َّ ‫ َما ه ََذا َيا أَ َبا َع ْب ِد‬: ‫ت‬
,‫الصالَ ِة‬
ِ َ ْ‫رس ُول‬
َّ ‫س َّل َم َي ْع ِجنُ فِي‬
َ ‫ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َع َلى آلِ ِه َو‬
َ ‫هللا‬
َ
َ‫اع َت َمد‬
ْ ‫َي ْعنِي‬
Saya melihat ‘Abdullah bin ‘Umar dalam keadaan
melakukan ‘ajn dalam sholat, bersandar pada
kedua tangannya bila beliau berdiri. Maka saya
bertanya , “Apa ini wahai Abu ‘Abdirrahman?”,
beliau berkata : “Saya melihat Rasulullah saw.
melakukan ‘ajn dalam sholat –yaitu beri’timad”.
'Ulumul Hadis
24
Hadis di atas diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam
al-Awsath (4/213/4007) dan Abu Ishaq al-Harbi
dalam Ghoribul Hadits (5/98/1) dari jalan Yunus bin
Bukair dari Al-Haitsam dari ‘Athiyah bin Qois dari
al-Azroq bin Qois.
Al-Haitsam di sini adalah al-Haitsam bin ‘Imran alDimasyqy, meriwayatkan darinya 5 orang dan tidak
ada yang menilainya terpercaya kecuali Ibnu
Hibban (al-Tsiqat : 2/296, dan al-Jarh wa al-Ta’dil :
4/2/82-83). Para ulama berbeda pendapat tentang
kedudukan rawi yang seperti ini sifatnya. Yang
lebih tepat adalah bahwa rawi yang seperti ini
dihukumi sebagai rawi yang majhul hal yang hadisnya tidak bisa diterima.
25
Hadits ini juga bisa dihukumi sebagai hadits
yang mungkar dari dua sisi :
1. Al-Haitsam ini menyelisihi Hammad bin
Salamah –yang beliau ini lebih kuat
hafalannya- dan juga ‘Abdullah bin ‘Umar
Al-‘Umary, yang keduanya meriwayatkan
dari Al-Azroq bin Qois dengan lafazh
“bahwa beliau bertumpu di atas bumi
kedua tangan beliau” tanpa ada tambahan
yang menunjukkan bahwa beliau
mengepalkan kedua tangannya.
'Ulumul Hadis
26
2)
Hadits ini berisi tuntunan shalat Nabi saw.
yang setiap hari disaksikan oleh para
shahabat dan sekaligus satu-satunya hadits
mengenai masalah ini. Tapi, kenapa hadits ini
hanya diriwayatkan dari jalan al-Haitsam dari
al-Azroq dari Ibnu ‘Umar?!. Mana murid-murid
senior Ibnu ‘Umar, seperti : Salim (anak
beliau), Nafi’ dan lain-lainnya, kenapa mereka
tidak meriwayatkan hadits ini dari Ibnu ‘Umar
tapi justru diriwayatkan oleh orang yang
tingkat kemasyhuran dan hafalannya biasabiasa saja?!
27
dla’if atau dipersoalakan
kesahihannya, lafazh ُ‫ ْاِ َعا ِِن‬dalam
hadis pertama lebih tepat berarti
orang tua yang kalau berdiri
berpegangan, dan lafazh ُ‫ َلعْ ِِن‬dalam
hadis kedua berarti berpegangan
tanah sebagaimana berpegangannya
orang tua ketika akan berdiri
 Selain
'Ulumul Hadis
28
Contoh (4): Duduk akhir pada shalat
dua raka’at
ْ
ُ
ُ
َ
َ
ْ
َ
َ
َ
َ
ِّ
ُ
‫ْن‬
‫ل‬
َ
‫ع‬
‫ك‬
‫ر‬
‫ل‬
‫ك‬
‫ى‬
‫ف‬
‫ل‬
َ
‫ق‬
‫ل‬
‫ان‬
‫ك‬
َ
…
‫ت‬
ِ
‫ا‬
‫ق‬
‫ة‬
‫ش‬
‫ َعنْ َعا ِئ‬
ِ
َ
َ
َ
َ
َ
ِ
‫صبُ ِرِْ َل ُه‬
ِ ‫ان َل ْف ِرشُ ِرِْ َل ُه ْاِلُسْ َرى ََ َل ْن‬
َ ‫اِ ََّ ِْ َّل َة ََ َك‬
ْ
َ
ْ
ْ
َّ
َ
َ
ْ‫ان ََ َل ْن َهى أَن‬
ْ‫ن‬
ْ‫ُم‬
ُ
‫ْط‬
‫ل‬
‫ش‬
ِ‫ا‬
‫ة‬
‫ب‬
‫ق‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ى‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ان‬
‫ك‬
َ
‫ى‬
‫ن‬
‫ل‬
ِ‫ا‬
ِ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ِ
‫ان َل ْخ َِ ُم‬
َ ‫اش اِ َّسب ُِع ََ َك‬
َ ‫اع ْل ِه ا ْف َِ َر‬
َ ‫ش اِرَّ ُِ ُل ِذ َر‬
َ ‫َل ْف ََ ِر‬
.‫صًَ َة ِباِ ََّسْ لِ ِلم‬
َّ ِ‫ا‬
Dan beliau setiap dua rakaat membaca
tahiyyat dan meletakkan kaki kirinya di
tanah dan memberdirikan kaki kanannya
dst. …
 Hadis
riwayat Muslim ini menunjukkan
bahwa Nabi saw. pada setiap selesai dua
rakaat membaca tahiyyat dan duduk
dengan cara iftirasy.
 Dari sini muncul pendapat bahwa kalau
shalatnya hanya dua rakaat maka cara
duduk akhirnya adalah iftirasy
'Ulumul Hadis
30
‫… َقا َل أَبَُ ُْ َملْد‬. ‫ْن َع َطاء‬
ِ ‫ْن َع ْم ِرَ ب‬
ِ ‫ َعنْ م َُْ َّم ِد ب‬
ُ ‫َّاع ِدىُّ أَ َنا ُك ْن‬
‫ صلى‬- ‫َّللا‬
ِ ‫اِس‬
ِ َّ ‫َُل‬
َ ِِ ‫ت أَْْ َف َظ ُك ْم‬
ِ ‫صًَ ِة َرس‬
َ
َ
ْ
ُ
َ
َ
ْ
ُ
‫ْن‬
‫ل‬
َ
‫ع‬
‫ك‬
‫ى‬
‫ف‬
‫ل‬
ِ
‫ا‬
‫ذ‬
‫إ‬
….
‫ه‬
َ
‫ل‬
‫َّللا علله َسلم – َرأ‬
َّ‫اِر‬
ِ
َ
َ
َ
ِ
ِ
َ ‫ ََإِ َذا َِ َل‬،‫ب ْاِ ُل ْم َنى‬
َ ‫ص‬
َ ‫َِ َل َ َع َلى ِرِْ لِ ِه ْاِلُسْ َرى ََ َن‬
‫ب األ ُ ْخ َرى‬
َ ‫ص‬
َ ‫ِفى اِرَّ ْك َع ِة اآل ِخ َر ِة َق َّد َم ِرِْ َل ُه ْاِلُسْ َرى ََ َن‬
‫ََ َق َع َد َع َلى َم ْق َع َد َِه‬
… jika beliau duduk pada rakaat kedua beliau
duduk di atas kaki kirinya dan memberdirikan
kaki kanannya, dan jika duduk pada rakaat
terakhir beliau memajukan kaki kirinya dan
memberdirikan kaki kanannya dan duduk di
atas tempat duduknya
 Hadis
riwayat al-Bukhari ini
menunjukkan bahwa Nabi duduk
pada rakaat kedua dengan cara
iftirasy, dan pada rakaat terakhir
dengan cara tawarruk. Tapi hadis ini
tidak menunjukkan cara duduk pada
shalat dua rakaat
'Ulumul Hadis
32
‫َّللا ‪-‬صلى َّللا‬
‫َُل َّ ِ‬
‫‪َ ‬قا َل أَبَُ ُْ َملْد أَ َنا أَعْ َل ُم ُك ْم ِب َ‬
‫صًَ ِة َرس ِ‬
‫ت اِ َّسِْ دَ ةُ اَِّ َِى‬
‫علله َسلم‪ََّ َْ .....….. -‬ى إِ َذا َكا َن ِ‬
‫ِفل َها اِ ََّسْ لِل ُم أَ َّخ َر ِرِْ َل ُه ْاِلُسْ َرى ََ َق َع َد ُم ََ ََرِّ اكا َع َلى ِش ِّق ِه‬
‫صدَ ْق َ‬
‫ُصلِّى ‪-‬صلى َّللا علله‬
‫ان ل َ‬
‫ت َه َك َذا َك َ‬
‫ْس ِر‪َ .‬قاَُِا َ‬
‫األَل َ‬
‫َسلم‪-‬‬
‫‪… sehingga ketika duduk di mana di‬‬
‫‪dalamnya beliau salam, beliau‬‬
‫‪membelakangkan kaki kirinya dan duduk‬‬
‫… ‪tawarruk‬‬
 Hadis
riwayat Abu Dawud, Ahmad dan
al-Turmudzi ini menunjukkan bahwa
duduk Nabi saw. pada raka’at di mana
beliau salam adalah dengan cara
tawarruk.
 Berdasarkan hadis ini, Majelis Tarjih
berpendapat bahwa duduk tahiyyat akhir
dalam shalat, baik shalat tersebut
berjumlah empat rakaat, tiga rakaat
maupun dua rakaat, maka cara duduknya
adalah tawarruk.
'Ulumul Hadis
34
Contoh (5) : Jari telunjuk ketika tahiyyat
 Hadis
Wa’il bin Hujr
‫ ثم رفع أصبعه فرألَه لْرّ كها لدعَ بها‬
Kemudian Nabi saw. mengangkat jari
telunjuknya lalu aku melihat beliau
menggerak-gerakkannya untuk berdo’a
dengannya (HR. al-Nasa’i, Ahmad, alDarimi dan Ibn Hibban).
ini melalui jalur ’Ashim bin Kulayb
dari bapaknya dari Wa’il bin Hujr. Hadis ini
syadz, kalimat ‫ فرألَه لْركها‬adalah
tambahan yang syadz karena hanya ada
dalam jalur yang melalui Za’idah bin
Qudamah Abu al-Shatl, sedangkan 11
jalur lainnya tidak menyebutkan kalimat
tersebut.
 Hadis
'Ulumul Hadis
36

Tapi al-Albani menilai sanad hadis tsb. shahih.
Padahal, ketika membahas hadis tentang
sujud, al-Albani menilai jalur yang sama dari
’Ashim bin Kulayb dari bapaknya tersebut
sebagai dla’if. Di sini tampak inkonsistensi alAlbani.
 Seandainya pun hadis itu sahih, Kata ‫لْرّ ك‬
tidak mesti berarti menggerak-gerakkan
(secara berulang-ulang), tetapi bisa pula
menggerakkan (satu kali). Dengan arti kedua
ini, maka kata ‫ لْرّ كها‬dalam hadis tsb.
menjelaskan ttg. menggerakkan jari telunjuk
untuk memberi isyarat (menunjuk).
 Hadis
Abdullah bin Zubayr
‫كان لشلر بأصبعه إذا دعا ََلْرّ كها‬
Nabi saw. memberi isyarat dengan jari
telunjuknya ketika berdoa dan tidak
menggerak-gerakkannya (HR. Al-Nasa’i dan
Abu Dawud dari ‘Abdullah bin Zubayr)
Semua ahli hadis sepakat akan kesahihan
hadis ini.
Al-Albani menilai kalimat ‫ ََلْرّ كها‬sebagai
syadz, tetapi dia tidak mampu membukti-kan
letak syudzudznya. Hal ini menjadi sasaran
kritik al-Yamani dalam bukunya al-Bisyarah
terhadap buku Shifat al-Shalatnya al-Albani.
 Dengan menggunakan metode tarjih, yang
dipegangi dan diamalkan adalah hadis yang
kedua (tidak menggerak-gerakkan jari
telunjuk). Sedangkan hadis pertama
(menggerak-gerakkan jari telunjuk), karena
kontroversial dan syadz, maka ditinggalkan
dan tidak diamalkan.

4 Halangan Berpikir Objektif
Francis Bacon dalam Novum Organum:
(1) idola tribus (idols of the tribe),
(2) idola specus (idols of the den or cave),
(3) idola fori (idols of the market),
(4) idola theatri (idols of the theatre)
'Ulumul Hadis
40