1633Kb - Universitas Gunadarma

Download Report

Transcript 1633Kb - Universitas Gunadarma

STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI
DALAM NEGERI MENGHADAPI ACFTA
Disampaikan pada Seminar
Universitas Gunadarma
Depok, 23 Maret 2010
Dyah W. Poedjiwati
Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
4/9/2015
PUSAKIN
1
OUTLINE
I.
Perdagangan Bebas
II.
Cakupan Pos Tarif Industri Manufaktur
Dalam BTBMI
III. Perkembangan Terkini Pelaksanaan
ACFTA
IV.
4/9/2015
Pengamanan Pelaksanaan FTA
PUSAKIN
2
I. PERDAGANGAN BEBAS
4/9/2015
PUSAKIN
3
a. Perdagangan Bebas Yang Berdampak
Langsung Pada Indonesia

ASEAN Free Trade Area (AFTA)

ASEAN China FTA (ACFTA)

ASEAN Korea FTA (AKFTA)

ASEAN Australia dan New Zealand (AANZFTA)

ASEAN India FTA (AIFTA)

ASEAN Jepang CEP (AJCEP)

ASEAN Uni Eropa (pending)

INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)

INDONESIA PAKISTAN
4/9/2015
PUSAKIN
4
b. Cakupan Liberalisasi

Akses Pasar Barang (penurunan s/d penghapusan Tarif Bea
Masuk)

Akses Pasar Jasa (Mode 1, Mode2, Mode 3 dan Mode 4)

Keterbukaan Investasi (Iklim Investasi)

Kerjasama Ekonomi (Peningkatan Capacity Building)
4/9/2015
PUSAKIN
5
c. Akses Pasar Barang



Penurunan dan Penghapusan Tarif Bea Masuk (Modalitas,
Schedule of Concession)
Kesepakatan Rules of Origin (ROO)
Penghapusan Non Tarif Barriers (NTBs) (Mengurangi Aturanaturan Teknis)
4/9/2015
PUSAKIN
6
d. Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk
AFTA


ASEAN - 6 (BIMPST):
- 2003 : 60 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %
- 2007 : 80 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %
- 2010 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %
ASEAN – 4 (CMLV):
2015 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %.
4/9/2015
PUSAKIN
7
e. Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk
(lanjutan)
ACFTA
Dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu :
►
►
►
4/9/2015
Early Harvest Program – EHP :
tahun 2004-2006
Penurunan tarif untuk produk dalam Normal Track :
NT1 = 0% tahun 2010
NT2 = 0% tahun 2012
Penurunan tarif untuk produk dalam Sensitive dan
Highly Sensitive :
SL : max 20% tahun 2012 dan 0-5% tahun 2018
HSL : max 50% tahun 2015 dan 0-5% tahun 2020
PUSAKIN
8
f. Kesepakatan Rules Of Origin (ROO)
ROO AC FTA
►
►



►
WHOLLY OBTAINED (WO)
NON WHOLLY OBTAINED
GENERAL RULES :
40 % Regional Value Content (RVC)
PRODUCT SPECIFIC RULES (PSR)
SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN-CO)
: SKA FORM E
4/9/2015
PUSAKIN
9
g. Penghapusan Non Tarif Barriers (NTBS)
ASEAN
ASEAN-6 (Kecuali Filipina lebih lambat 2 tahun):
- 2008/2010 : Tahap I
- 2009/2011 : Tahap II
- 2010/2012 : Tahap III (terakhir)
ASEAN-4 (CLMV) :
- 2013
- 2014
- 2015/2018
4/9/2015
: Tahap I
: Tahap II
: Tahap III (Terakhir)
PUSAKIN
10
II. CAKUPAN POS TARIF INDUSTRI
MANUFAKTUR DALAM BTBMI
4/9/2015
PUSAKIN
11
a. Cakupan Pos Tarif Industri Manufaktur
Dalam BTBMI
• Dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 2007
terdapat sebanyak 8.750 pos tarif berdasarkan klasifikasi
Harmonised System (HS) 10 digit. Dari jumlah tersebut pos tarif
sektor industri manufaktur adalah sebanyak 7.577 pos tarif atau
sekitar 87% dari total pos tarif seluruh sektor. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor industri sangat merasakan dampak dari adanya
berbagai kesepakatan FTA
• BTBMI 2007 menggambarkan tingkat tarif aplikasi (applied tariff)
MFN seluruh pos tarif dimana rata – rata tingkat tarifnya pada
tahun 2007 sudah sangat rendah yaitu 7%, dibandingkan dengan
tingkat rata – rata bound tarif Indonesia yang di notifikasi di WTO
sebesar 36%.
b. Struktur Tarif BeaPUSAKIN
Masuk Indonesia
4/9/2015
12
T
2004
A
H
U
N
2006
2007
2008
TBM
JML
JML PT
%
%
P
T
JML
JML
PT
%
%
P
T
0%
2334
20.91%
2454
21.96%
2088
23.87%
2092
23.92%
5%
4344
38.91%
4136
37.02%
3586
40.99%
3609
41.27%
7.5%
0
0.00%
80
0.72%
121
1.38%
106
1.21%
10%
1709
15.31%
1695
15.17%
1279
14.62%
1329
15.20%
42
0.38%
117
1.34%
189
2.16%
12.5%
15%
1562
13.99%
1562
13.98%
1143
13.06%
1105
12.64%
20%
306
2.74%
590
5.28%
157
1.79%
79
0.90%
25%
345
3.09%
31
0.28%
33
0.38%
37
0.42%
30%
31
0.28%
64
0.57%
39
0.45%
24
0.27%
35%
24
0.21%
16
0.14%
0
0.00%
0
0.00%
40%
115
1.03%
121
1.08%
50
0.57%
49
0.56%
45%
190
1.70%
190
1.70%
47
0.54%
44
0.50%
50%
11
0.10%
18
0.16%
>30% :
55%
8
0.09%
21
0.24%
15
0.17%
0
0.00%
60%
18
0.16%
103
0.92%
6
0.07%
0
0.00%
65%
8
0.07%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
70%
16
0.14%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
75%
5
0.04%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
80%
74
0.66%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
90%
6
0.05%
6
0.05%
5
0.06%
5
0.06%
105%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
150%
0
0.00%
48
0.43%
45
0.51%
45
0.51%
170%
48
0.43%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
200%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
17
0.15%
17
0.15%
10
0.11%
10
0.11%
8749
100.00%
8744
(*)
TOTAL
RATA2
4/9/2015
BM
11163
9.88%
100.00
%
100.00
%
11173
PUSAKIN
9.45%
7.81%
7.61%
100.00
%
13
c. Skema Pelaksanaan Kerjasama Internasional
Perkembangan Skema Bea Masuk
MFN
CEPT
AC-FTA
AK-FTA
AANZ
IJEPA
2004
9.9
3.4
9.9
9.9
9.9
9.9
2005
9.9
2.8
9.6
9.9
9.9
9.9
2006
9.5
2.8
9.5
9.5
9.5
9.5
2007
7.8
2
6.4
6.6
7.8
7.8
2008 2009 2010
7.6
7.5 7.49
1.9
1.9
0
6.4
3.8 2.9
6
2.6 2.6
7.6
7.5
5.2
4.5 2.97
Persentase Jumlah Komoditas dengan Tarif 0%
4/9/2015
MFN
CEPT-AFTA
AC-FTA
AK-FTA
IJEPA
2009
24.10%
79.30%
65.30%
81.90%
42.30%
2010
5.30%
99.00%
83.60%
81.90%
44.70%
PUSAKIN
14
c. Skema Pelaksanaan Kerjasama Internasional
(lanjutan)
Pelaksanaan perdagangan dengan skema FTA relatif kecil dibandingkan dengan
skema MFN yang disebabkan diperlukan kepatuhan administrasi (Form E) dalam
Skema FTA
4/9/2015
PUSAKIN
15
III.PERKEMBANGAN TERKINI
PELAKSANAAN ACFTA
4/9/2015
PUSAKIN
16
a. Perkembangan Terkini Pelaksanaan ACFTA



4/9/2015
Dalam kerangka AC-FTA, jumlah produk yang dijadwalkan
menjadi 0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos tarif,
sehingga total jumlah tarif yang sudah menjadi 0% adalah 7.306
pos tarif
Skema penurunan tarif bea masuk untuk Normal Track 1 (NT 1)
akan menjadi 0% mulai tanggal 1 Januari 2010. Jumlah pos tarif
sektor industri dalam kategori NT1 adalah 6064 pos tarif. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan
untuk ditunda penghapusannya.
Untuk kategori Normal Track 2 (NT 2), tarif bea masuknya
menjadi 0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive List (SL),
menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk kategori High
Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan menjadi 0%-50%
mulai tahun 2015, dan untuk kategori General Exception List
(GEL) tetap berlaku tarif MFN
PUSAKIN
17
b. Regional ASEAN (CEPT-AFTA) dan ACFTA
1991
AS E AN-F T A (AF T A)
dis epakati 1992-2007
(kemudian dipercepat ke
2001)
1997
1996
C hina s ecara resmi
menjadi dialog partner
AS E AN
K epala Negara untuk
menjalankan AF T A,
menyongs ong abad 21
2000
P ada K T T AS E AN - C hina,
K epala negara menyepakati
gagas an AC -F T A
2003
P erundingan AC -F T A dimulai
dan s eles ai J uni 2004
B ali C oncord (P ropos al
Indones ia AS E AN C ommunity
diterima) menjadi bagian dari
AS E AN E conomic C ommunity
(AE C )
2004
K es epakatan AC -F T A
T rade In G oods
ditandatangani
4/9/2015
2002
P ada K T T AS E AN-C hina,
K epala Negara
menandatangani pembentukan
AC -F T A
2001
D ibentuk AS E AN - C hina
E conomic E xpert G roup
2010
2007
AE C diaks eles ras i dari
2020 ke 2015
K es epakatan AS E AN
C harter dan cetak biru
ditandatangani
PUSAKIN
2008
AS E AN C harter
berlaku
P elaks anaan tarif 0% penuh
untuk s eluruh produk pada
AF T A
P elaks anaan tarif 0% untuk
mayoritas produk pada AC FTA
18
c. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap
Dunia
Nilai Ekspor Indonesia masih
lebih besar daripada Nilai
Impor setiap tahunnya,
namun gap mengecil
Neraca Perdagangan
Indonesia - Dunia
$160,000
$140,000
$120,000
$100,000
$80,000
$60,000
$40,000
$20,000
$0
Export
Import
Perkembangan Ekspor Non
Migas Indonesia - Dunia
100.00%
Persentase nilai ekspor
non migas Indonesia
relatif stabil setiap
tahunnya
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Export
4/9/2015
PUSAKIN
Import
19
c. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap
Dunia (lanjutan)
Non
Transaksi
2%
Kuat
14%
Lemah Sekali
45%
Sedang
26%
Lemah
13%
4/9/2015
PUSAKIN
20
Millions
d. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap
ASEAN
Nilai Ekspor Indonesia terhadap
ASEAN selalu mengalami
peningkatan walaupun pada 5
tahun terakhir mengalami
penurunan jumlah jika
dibandingkan nilai impornya.
$45,000
$40,000
$35,000
$30,000
$25,000
$20,000
Import
$15,000
Export
$10,000
$5,000
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
$0
Persentase nilai ekspor non
migas Indonesia cenderung
mengalami penurunan
walaupun tetap masih lebih
tinggi dibanding impornya
4/9/2015
Perkembangan Ekspor Non
Migas Indonesia - ASEAN
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Export
PUSAKIN
21
Import
d. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap
ASEAN
(Lanjutan)
Non
Transaksi
6%
Kuat
15%
Sedang
21%
Lemah Sekali
41%
Lemah
17%
4/9/2015
PUSAKIN
22
e. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap
China
Nilai total ekspor dan Non-Migas
indonesia dengan China terus
meningkat setiap tahunnya,
namun gap defisit kian besar
Millions
Neraca Perdagangan Indonesia China
$30,000
$25,000
$20,000
$15,000
Imports
$10,000
Exports
$5,000
$0
Perkembangan Ekspor Non Migas
Indonesia - China
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
Ekspor
Impor
0.00%
4/9/2015
PUSAKIN
23
e. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap China
(Lanjutan)
Non Transaksi
10%
Kuat
7%
Sedang
29%
Lemah Sekali
43%
4/9/2015
Lemah
11%
PUSAKIN
24
f. Neraca Perdagangan Indonesia-China
Indonesia - Dunia
2005
2006
2007
2008
Total Ekspor
Total Impor
Neraca Perdagangan
85,660.0
57,700.9
27,959.07
100,798.6
61,065.5
39,733.16
114,100.9
74,473.4
39,627.46
137,020.4
129,197.3
7,823.12
Total Ekspor Non Migas
Total Impor Non Migas
Neraca Non Migas
66,428.36
40,243.21
26,185.15
79,589.15
42,102.59
37,486.56
92,012.32
52,540.61
39,471.72
107,894.15
98,644.41
9,249.74
Total Ekspor Industri Pengolahan Non Migas
Total Impor Industri Pengolahan Non Migas
Neraca Industri Pengolahan Non Migas
55,566.99
37,300.34
18,266.65
64,990.33
38,624.63
26,365.70
76,429.60
48,084.08
28,345.52
88,351.70
91,800.67
(3,448.97)
(US $ Juta)
Perubahan
Tren
2009
2005-2009 2009/2008
116,510.0
9.66
(15.0)
96,829.2
19.54
(25.1)
19,680.78
97,491.73
77,848.50
19,643.23
11.31
24.25
(9.64)
(21.08)
73,435.84
72,398.09
1,037.75
9.03
24.51
(16.88)
(21.14)
Indonesia - China
2005
2006
2007
Total Ekspor
Total Impor
Neraca Perdagangan
6,662.35
5,842.86
819.49
8,343.57
6,636.90
1,706.68
9,675.51
8,557.88
1,117.64
11,636.50
15,247.17
(3,610.67)
(US $ Juta)
Perubahan
Tren
2009
2005-2009 2009/2008
11,499.33
15.31
-1.18
14,002.17
29.43
-8.17
(2,502.84)
Total Ekspor Non Migas
Total Impor Non Migas
Neraca Non Migas
3,959.76
4,551.27
(591.51)
5,466.61
5,501.98
(35.37)
6,664.10
7,957.25
(1,293.15)
7,787.17
14,947.90
(7,160.73)
8,920.08
13,491.36
(4,571.28)
21.87
37.34
14.55
-9.74
Total Ekspor Industri Pengolahan Non Migas
Total Impor Industri Pengolahan Non Migas
Neraca Industri Pengolahan Non Migas
3,620.74
4,302.76
(682.02)
4,843.68
5,101.98
(258.30)
5,486.62
7,305.95
(1,819.33)
6,243.87
14,175.96
(7,932.09)
6,002.22
12,739.07
(6,736.85)
13.48
37.61
-3.87
-10.14
4/9/2015
PUSAKIN
2008
25
g. Kinerja Perdagangan Indonesia - China
Nilai total ekspor dan NonMigas indonesia dengan
China terus meningkat setiap
tahunnya, namun gap defisit
kian besar
Perkembangan Ekspor Non Migas
Indonesia - China
20.00%
18.00%
16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
4/9/2015
PUSAKIN
Ekspor
Impor
26
g. Kinerja Perdagangan Indonesia - China
(lanjutan)
4/9/2015
PUSAKIN
27
IV. PENGAMANAN PELAKSANAAN FTA
4/9/2015
PUSAKIN
28
a. Pembicaraan Ulang
Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah menyampaikan surat
kepada Sekjen ASEAN mengenai:




4/9/2015
Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal
Sektor Industri tertentu menghadapi ancaman pelemahan daya
saing yang akan berdampak lebih luas
Pemerintah tengah melakukan pembicaraan ulang dengan pihak
pihak yang terkait dengan ASEAN China FTA
Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah
dilaksanakan secara intensif
PUSAKIN
29
b. Pembentukan Tim

Organisasi:
 Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan
Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/
M.EKON/12/2009)
 Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait
 Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan
pelaku usaha (KADIN dan APINDO)
 3 Tim Teknis yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan
FTA dan Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan
Industri Nasional dalam menghadapi persaingan global
Tugas Tim
 Identifikasi dan analisis masalah/hambatan
 Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan
perdagangan
 Pemantauan dan evaluasi PUSAKIN
penyelesaian hambatan
4/9/2015

30
c. Langkah Strategi
1. STRATEGI I: Penguatan Daya Saing Global
Penanganan issue domestik, meliputi:

Penataan lahan dan kawasan industri

Pembenahan infrastruktur dan energi,

Pemberian insentif (pajak maupun non pajak
lainnya)

Membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),

Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan
biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan
dan Energi, modal ventura, keuangan syariah,
anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia, dsb);

Pembenahan sistem logistik;

Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE
dsb)

Penyederhanaan peraturan
31
4/9/2015
PUSAKIN

Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
c. Langkah Strategi (lanjutan)
2. STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik
 Pengawasan di Border
 Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam
pelaksanaan FTA
 Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini
terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor
 Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal
barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA
 Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien,
kadaluarsa, kesehatan,

lingkungan, security dsb.
 Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO
(safeguard measures) terhadap industry yang mengalami
kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor
(import surges)
 Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties
atas importasi yang unfair
4/9/2015
PUSAKIN
32
c. Langkah Strategi (lanjutan)


Peredaran barang di pasar Lokal
 Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai
dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri
 Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia
Promosi penggunaan produksi dalam negeri
 Mengawasi efektivitas promosi penggunaan produksi dalam
negeri (Inpres No 2 Tahun 2009) termasuk mempertegas dan
memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan
produk dalam negeri dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003
tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah.
4/9/2015
PUSAKIN
33
c. Langkah Strategi (lanjutan)
3) STRATEGI III: Penguatan Ekspor







Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC)
Pengembangan trading house (PT Sarinah, PT PPI, SMESCO
UKM)
Promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi (TTI)
Penanggulangan masalah akses pasar dan kasus ekspor
Pengawasan penggunaan SKA Indonesia
Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan
ekspor
Optimalisasi trade financing (bilateral swap)
4/9/2015
PUSAKIN
34
Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia
4/9/2015
PUSAKIN
35