Paparan di BAPPEDA 2012 DPPKA

Download Report

Transcript Paparan di BAPPEDA 2012 DPPKA

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
TAHUN 2012
GEDUNG RADYO SUYOSO, 21 FEBRUARI 2012
LINGKUP
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Perencanaan
Input
Proses
Output/Input
Pelaksanaan
Pengawasan/
Pengendalian
Proses
Proses
Output/Input
Output
Kebijakan Umum
APBD
Prioritas & Plafon
Anggaran Sementara
Kegiatan
Anggaran
•RPJMD/RKPD
•Penjaringan
APBD
Aspirasi
Penatausahan
• Prestasi Kerja
•Kinerja Masa
& Akuntansi
Lalu
• Perda APBD
Laporan
•Asumsi Dasar
Pelaksanaan
• Kebijakan
APBD
• Formulir/Dokumen
Pemerintah
•Catatan/Register
(RPJM/RKP/
Prioritas
• Semesteran
Pembangunan)
•Tahunan
Evaluasi
Kinerja
Hasil
Evaluasi
SINKRONISASI
UU PAKET PENGELOLAAN KEUANGAN
UU 25/2004
PP
UU 17/2003
PP
UU 1/2004
UU 15/2004
PP
UU 33/2004
PP
PERMENDAGRI 13/2006
PERMENDAGRI 59/2007
UU 32/2004
Pasal 222
Pasal 237
PP 58/2005
Omnibus
Regulation
PERMENDAGRI 21/2011
PERMENDAGRI 55/2008
PERMENDAGRI 22/2011
Pemerintahan
Daerah
PERDA 4 Th 2007
PERGUB 42 2010 & 13 2011
SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD & APBN
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)
RPJM
RPJMD
5 tahun
5 tahun
Renstra
SKPD
5 tahun
1 tahun
1 tahun
Renja
SKPD
1 tahun
RKPD
RKP
1 tahun
KUA
PPAS
NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN
DPRD DGN KDH
RKA-SKPD
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
TAPD
RAPERDA
APBD
1 tahun
Dibahas
bersama
DPRD
FUNGSI APBD
• Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
• Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
• Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
• Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
• Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
• Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah.
GAMBARAN UMUM
APBD
TABEL GAMBARAN UMUM APBD PROVINSI DIY TA 2011 DAN TA 2012
NO
URAIAN
TA 2011
TA 2012
Naik/turun
A
PENDAPATAN
1
PAD
Rp. 700.339.191.807,00
Rp. 800.156.497.767,00
36,35%
2
DANA PERIMBANGAN
Rp. 714.542.342.916,00
Rp. 850.513.085.724,00
19,03%
3
LAIN2 PENDAPATAN YG
SAH
Rp. 4.593.565.500,00
Rp. 284.778.165.000,00
6099,50%
Rp. 1.419.475.100.223,00
Rp. 1.935.447.748.491,00
36,35%
JUMLAH
PENDAPATAN
B
BELANJA
1
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
Rp. 849.118.417.907,00
Rp. 1.267.028.062.579,00
49,22%
2
BELANJA LANGSUNG
Rp. 741.667.293.236,00
Rp. 857.260.646.732,00
15,59%
Rp 1.590.785.711.143,00
Rp 2.124.288.709.311,00
33,54%
(Rp. 177.310.610.920,00)
(Rp. 188.840.960.820,00)
10,23%
JUMLAH BELANJA
SURPLUS/ DEFISIT
C
PEMBIAYAAN
1
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Rp. 203.425.610.920,00
Rp. 221.415.560.820,00
8,84%
2
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
Rp.
Rp.
1,43%
PEMBIAYAAN NETTO
32.115.000.000,00
Rp. 177.310.610.920,00
32.574.600.000,00
Rp. 188.840.960.820,00
7
10,23%
KONTRIBUSI PAD TERHADAP APBD DALAM 7 TH TERAKHIR
(dlm jutaan Rp)
TA
2006*
URAIAN
PAD
APBD
% PAD
THD
APBD
TA
2007*
TA
2008*
TA
2009*
TA
2010
TA
2011*
TA
2012 **
436.482,09
473.835,40
547.887,17
596.850,80
612.738,05
700.339,19
800.156,49
881.144,84
977.994,24
1.629.069,25
1.412.048,98
1.394.446,1
1.590.785,71
2.124.288,71
33,63
46,01
44,02
37,67
2011
2012
8
49,54
48,45
43,94
Ket : * Berdasarkan Perda APBD Perhitungan
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
2006
2007
2008
2009
PAD
2010
APBD
PERKEMBANGAN KENAIKAN REALISASI PAD PROVINSI DIY DALAM 5
TAHUN TERAKHIR (dalam jutaan Rp)
TAHUN ANGGARAN
No
UNSUR PAD
1
Pajak Daerah
2
Retribusi Daerah
3
4
2008
%
486.168,18
2009
88,7 524.567,43
%
87,9
2010
%
2011 * %
2012 * %
539.653,47 84,47 592.498,87 82,92 689.572,07 86,18
33.144,87
6,0
32.843,46
5,5
31.556,97
4,94
37.709,42
5,28
36.228,29
4,53
Bagian Laba Usaha
Daerah
12.768,53
2,3
14.071,90
2,4
26.953,74
4,22
30.557,39
4,28
31.863,49
3,98
Penerimaan Lain2
PAD yang Sah
15.805,60
2,9
25.368,00
4,3
40.717,23
6,37
39.573,51
5,54
42.492,64
5,31
Jumlah PAD
547.887,18
596.850,80
638.881,42
700.339,19
800.156,49
12,07
8,94
6,58
12,64
14,25
% Kenaikan PAD
Dari tahun ke
tahun
*)angka target
9
PERKEMBANGAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH
(dlm jutaan Rp)
NO
JENIS
PAJAK
1.
PKB
2.
BBN-KB
3.
PBB-KB
4.
P-ABT
JUMLAH
PAJAK
2006
2007
2008
2009
2010
2011*
2012*
171.144,34
199.659,04
222.137,60
225.530,63
260.489,55
273.514,00
316.471,66
115.531,49
142.987,68
190.932,20
177.443,00
179.972,45
214.771,00
257.623,25
85.805,84
89.940,09
109.829,73
119.204.23
100.801,88
104.088,92
115.367,18
2.081,66
2.312,09
2.287,04
2.389,58
2.389,57
124,96
110.000,00
374.563,34
434.898,89
525.186,56
524.567,43
539.653,47
592.498,88
689.572,06
350.000
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0
2006
2007
2008
PKB
BBN-KB
2009
PBB-KB
2010
P-ABT
2011
10
2012
ARAH KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
Struktur APBD 2009,2010, 2011,2012 Dan Proyeksi 2013
ACCOUNT
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Jumlah APBD
Asumsi TA 2013
Pendapatan :
Belanja Langsung :
SilPA :
AMOUNT
YEAR
724,456,345,800.00
2009
793,215,967,114.00
ACCOUNT
Pendapatan
AMOUNT
YEAR
1,221,594,240,781.00
2009
2010
1,241,129,602,290.00
2010
849,118,417,907.00
2011
1,419,475,100,223.00
2011
1,267,028,062,579.00
2012
1,935,447,748,491.00
2012
829,658,447,997.00
2013
1,942,887,646,347.00
2013
687,592,639,597.00
2009
190,454,744,616.00
2009
601,230,133,623.00
2010
153,316,498,447.00
2010
741,667,293,236.00
2011
171,310,610,920.00
2011
857,260,646,732.00
2012
188,840,960,820.00
2012
1,229,812,862,311.00
2013
116,583,663,961.00
2013
1,412,048,985,397.00
2009
1,412,048,985,397.00
2009
1,394,446,100,737.00
2010
1,394,446,100,737.00
2010
1,590,785,711,143.00
2011
1,590,785,711,143.00
2011
2,124,288,709,311.00
2012
2,124,288,709,311.00
2012
2,059,471,310,308.00
2013
2,059,471,310,308.00
2013
Pembiayaan Netto
Jumlah APBD
Asumsi ada kenaikan pendapatan 6 % (sesuai RPJMD)
Didalamnya masih terdapat Belanja Bansos dan Hibah
Asumsi sebesar 6 % pendapatan (PMK nomor 127/pmk.07/2011)
STRUKTUR APBD 2009-2013
2,500,000,000,000.00
2,000,000,000,000.00
1,500,000,000,000.00
Pendapatan
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
APBD
1,000,000,000,000.00
Desifit
500,000,000,000.00
2009
2010
2011
2012
2013
13
ANGGARAN
No
BERTAMBAH/BERKURAN
G
REALISASI
URAIAN
Rp
Rp
%
1
PENDAPATAN
1.504.464.260.295,00
1.611.615.664.178,07 107,12
2
BELANJA
1.708.874.569.772,00
1.567.155.710.478,00
3
PEMBIAYAAN
JUMLAH SILPA
Rp
107.151.403.883,07
%
7,12
91,71
(141.718.859.294,00)
(8,29)
204.410.309.477,00
226.917.052.882,00 111,01
22.506.743.405,00
11,01
-
271.377.006.582,07 #DIV/0!
271.377.006.582,07 #DIV/0!
GAMBARAN 7 BESAR SILPA BELANJA SKPD
BELANJA
Anggaran
No
Realisasi
Bertambah/Berkurang
SKPD
Rp
Rp
%
Rp
%
1
PPKD/BUD
596.358.727.097,00
551.294.241.497,00
92,44
(45.064.485.600,00)
(7,56)
2
D. PU ESDM
220.006.525.410,00
194.579.677.322,00
88,44
(25.426.848.088,00)
(11,56)
3
SEKERTARIAT DPRD
42.850.601.153,00
31.894.104.692,00
74,43
(10.956.496.461,00)
(25,57)
4
D. Pendidikan
152.116.351.578,00
143.236.840.317,00
94,16
(8.879.511.261,00)
(5,84)
5
DPPKA
74.201.757.001,00
66.341.153.575,00
89,41
(7.860.603.426,00)
(10,59)
6
DISKOMINFO
71.123.237.584,00
64.683.062.223,00
90,95
(6.440.175.361,00)
(9,05)
7
BKD
57.526.144.742,00
51.773.423.796,00
90,00
(5.752.720.946,00)
(10,00)
Sumber : Data sementara, diolah
PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN
Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, maupun
barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD
Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan
dianggarkan secara bruto
Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur
dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-UU-an
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum
yang melandasinya
ISU STRATEGIS
A. Kebijakan Keuangan Daerah
(Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan)
B. Mempertahankan Opini Wajar
Tanpa Pengecualian
C. Mensejajarkan Posisi Pendapatan,
Belanja dan Aset sebagai unsur
penilaian kinerja keuangan
D.Peraturan-peraturan baru di
Keuangan Daerah
A. TITIK BERAT ARAH KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
•
•
•
Kebijakan pendapatan keuangan daerah provinsi DIY
diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan
dengan jumlah yang memadai.
Kebijakan belanja keuangan daerah Provinsi DIY diarahkan
untuk mendukung kebijakan dan prioritas strategis, terutama
untuk mendukung kebutuhan dana program strategis yang
memiliki nilai tambah (value-added), sesuai capaian target
visi dan misi Pemerintah Daerah.
Arah pembiayaan Provinsi DIY diarahkan untuk menutup
defisit dan mengalokasikan pada pos-pos pembiayaan.
A.1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENDAPATAN
•
•
Kenaikan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2013 sebesar 6 %
(Berdasarkan RPJMD)
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
(Pendekatan pelayanan kepada wajib pajak dan penggalian
potensi PAD)
•
•
Optimalisasi Aset Daerah, berbasis sistem informasi
Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil
PERKIRAAN PENDAPATAN TAHUN 2013
No
Uraian
Target Tahun 2012
Proyeksi Tahun 2013 Rata2
(Rp)
(Rp)
1,935,447,748,491
1,942,887,646,347
0.004
800,156,497,767.00
807,342,534,373
0.009
689,572,065,000.00
705,943,350,213
0.024
1
1.1.
1.1.1.
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
1.1.2.
Retribusi Daerah
36,228,288,350.00
32,295,589,500
-0.109
1.1.3.
Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan
31,863,499,207.00
31,785,000,000
-0.002
1.1.4.
1.2.
Lain-Lain PAD yang sah
Dana Perimbangan
42,492,645,210.00
850,513,085,724
37,318,594,660
850,513,085,724
-0.122
0.000
1.2.1.
Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak
74,403,649,724.00
74,403,649,724
0.000
1.2.2.
Dana Alokasi Umum
757,056,696,000.00
757,056,696,000
0.000
1.2.3.
1.3.
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
19,052,740,000.00
284,778,165,000.00
19,052,740,000
285,032,026,250
0.000
0.001
1.3.1
Hibah
5,496,225,000.00
5,750,086,250
0.046
1.3.2
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya
1.3.3
1.3.4
1.3.5
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan….. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
Lainnya
279,281,940,000.00
279,281,940,000
-
20
0.000
ARAH PENGELOLAAN PENDAPATAN
–
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Sumber :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pajak Daerah : PKB, BBNKB, PBBKB, dan Pajak Pengambilan serta Pemanfaatan
Air Permukaan.
Retribusi Daerah : Retribusi Jasa Umum (plyn kesehatan dll), Retribusi Jasa Usaha
(sewa tanah dll) dan Retribusi Perizinan Tertentu (Retribusi Izin Pos dan
Telekomunikasi)
Hasil Perusahaan Milik Daerah (PMD) dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan yang meliputi hasil penyertaan modal pada PT. Anindya Mitra
Internasional, PD. Taru Martani, BPD DIY dan Badan Usaha Kredit Pedesaan
(BUKP).
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dimaksudkan untuk menampung
penerimaan-penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah
Penerimaan dari dana perimbangan yang meliputi: Bagi hasil pajak, bagi hasil bukan
Pajak, DAU, DAK dan penerimaan lain-lain.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Yang Sah berasal dari Sumbangan dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri dan dari Pendapatan Lain-lain.
LANJUTAN………
–
–
Optimalisasi Aset Daerah
Pemerintah Provinsi DIY memiiki aset yang dapat lebih dioptimalkan
pemanfaatannya untuk pelayanan kepada masyarakat maupun untuk
peningkatan pendapatan. Optimalisasi aset daerah dapat dicapai dengan
perbaikan pengelolaan aset, peningkatan kerjasama dengan pihak
lain/swasta, dan pembentukan badan usaha baru yang khusus untuk
pengoptimalan aset daerah. Disamping itu, optimalisasi aset DIY juga
dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain/swasta.
Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil
Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya,
meskipun relatif sulit untuk memperkirakan jumlah realisasinya karena
bergantung pada pemerintah pusat. Sedangkan bagi hasil pajak provinsi
dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Pendapatan bagi hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian
daerah.
Langkah-langkah strategis untuk
meningkatkan PAD
• Perbaikan Manajemen
Melalui perbaikan manajemen diharapkan setiap potensi pendapatan daerah
dapat direalisasikan. Manajemen yang profesional dapat dicapai dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan perbaikan serta
penyederhaan sistem dan prosedur. Perbaikan manajemen ini baik pada
internal Pemerintah Provinsi DIY maupun pada BUMD.
• Peningkatan Investasi
Peningkatan investasi dapat didorong dengan membangun iklim usaha
yang kondusif bagi berlangsungnya investasi.
23
PERKEMBANGAN BELANJA LANGSUNG
DALAM 2 TAHUN TERAKHIR (dalam jutaan Rp)
N0
JENIS BELANJA
LANGSUNG
1
BELANJA PEGAWAI
2
3
APBD
TAHUN
ANGGARAN
2011
APBD
TAHUN
ANGGARAN
2012
Kenaikan/
Penurunan
90.164,08
111.508,04
23,67 %
BELANJA BARANG
DAN JASA
501.329,69
527.793,94
5,28 %
BELANJA MODAL
150.173,52
217.958,67
45,14 %
JUMLAH
741.667,29
857.260,65
15,59 %
67,6%
APBD 2012 BELANJA LANGSUNG
20,2%
12,2%
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
24
PERKEMBANGAN KENAIKAN BELANJA TIDAK LANGSUNG
DALAM 2 TAHUN TERAKHIR (dalam jutaan Rp)
NO
JENIS BELANJA TDK LANGSUNG
APBD
TAHUN ANGGARAN
2011
APBD
TAHUN ANGGARAN
2012
Kenaikan/
Penurunan
443.439,50
490.659,48
19,48 %
1
BELANJA PEGAWAI
2
BELANJA BUNGA
-
-
0
3
BELANJA SUBSIDI
-
-
0
4
BELANJA HIBAH
7.618,83
355.793,66
4569,92 %
5
BELANJA BANTUAN SOSIAL
105.752,39
94.674,77
-10,48 %
6
BELANJA BAGI HASIL
215.127,69
251.788,47
17,04 %
7
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
67.180,00
54.111,68
-19,45 %
8
BELANJA TIDAK TERDUGA
10.000,00
20.000,00
100,00 %
849.118,41
1.267.028,06
49,22 %
JUMLAH
19,9%
4,3%
1,6%
7,5%
38,7%
28,1%
0,0%
APBD 2012 BELANJA TIDAK
LANGSUNG
0,0%
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
BELANJA SUBSIDI
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
B. BAGI HASIL
B. BANTUAN KEUANGAN
B. TIDAK TERDUGA
25
A.2. Kebijakan Belanja Daerah
#)Belanja Langsung
1. Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan maka arah dan kebijakan
pendanaan pembangunan di tuntut lebih
transparan, akuntabel dan berorientasi pada
kinerja.
2. Belanja digunakan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Kebijakan Belanja Langsung(LANJUTAN)
3. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi
kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input
yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran.
4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk
menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi
tanggung jawabnya.
5. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan
oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan
peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan
27
kesejahteraan masyarakat.
## Kebijakan Belanja Tidak Langsung
1.
Belanja Pegawai
•
Penyediaan gaji pokok dan tunjangan PNS
Daerah berpedoman pada PP 66/2005 tentang
Perubahan Ketujuh Atas PP 7/1977 tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.
•
Memperhitungkan adanya tunjangan ketiga
belas PNSD dan CPNSD serta "accres' gaji dg
nilai paling tinggi sebesar 1%
Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)
2. Bantuan Sosial
• Dalam rangka utk meningkatkan kualitas
kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
dapat dianggarkan bantuan sosial kepada
kelompok/anggota masyarakat.
• Pemberian bantuan dapat dalam bentuk
uang dan/atau barang
• Pemberian bantuan sosial dilakukan secara
selektif, jumlahnya dibatasi, tidak mengikat
dan memiliki kejelasan peruntukan
penggunaannya.
Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)
3. Belanja Bagi Hasil
• Digunakan untuk menganggarkan
dana bagi hasil yang bersumber
dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota dan pemerintah
desa.
• Merupakan pembagian
hasil/realisasi pendapatan dari
pajak daerah dan retribusi daerah.
Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)
4. Bantuan Keuangan
•
•
•
Digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan
pemerintah desa.
Belanja bantuan keuangan yang bersifat umum
diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan
keuangan bagi kabupaten/kota dan atau desa
penerima bantuan.
Bantuan keuangan yang bersifat khusus
dianggarkan dalam rangka untuk membantu
capaian program/kegiatan prioritas yang
dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota atau dalam rangka
akselerasi pembangunan desa.
Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)
5. Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara
rasional dengan mempertimbangkan
realisasi tahun anggaran sebelumnya dan
perkiraan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar
kendali dan pengaruh pemerintah
daerah, serta sifatnya tidak
biasa/tanggap, yang tidak diharapkan
berulang dan belum tertampung dalam
bentuk program/kegiatan
Kebijakan Belanja Daerah Secara Umum
•
•
•
•
Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari
urusan wajib dan urusan pilihan.
Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan
Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung
jawabnya
•
Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola
penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan tematik
pembangunan yang disertai sistem pelaporan yang makin akuntabel.
•
Mengalokasikan kebutuhan belanja secara terukur dan terarah, yaitu:
* Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan
operasional kantor (biaya atk, listrik, telepon, air bersih, internet, dan
operasional kendaraan);
* Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai
pelaksanaan TUPOKSI, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi,
konsultasi, pengendalian & evaluasi, dan perencanaan;
* Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung programprogram pembangunan yang menjadi prioritas, program dan kegiatan
yang telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi DIY, dan kegiatan
multi years yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada TA 2013.
• Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan
PNS, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kab/kota, belanja
bantuan sosial dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang,
serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk penanggulangan bencana.
• Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada
kabupaten/kota dengan pola :
* Alokasi yang bersifat block grant dari Pos Bagi Hasil secara
proporsional, guna memperkuat kapasitas fiskal kabupaten/kota dalam
melaksanakan otonomi daerah dan;
* Alokasi yang bersifat spesific grant dari pos bantuan keuangan kepada
Kabupaten/Kota/desa yang diarahkan dalam rangka mendukung agenda
akselerasi pencapaian Visi Provinsi DIY
PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN DALAM
2 TAHUN TERAKHIR (dalam jutaan Rp)
3
PEMBIAYAAN
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
Penerimaan Pembiayaan Daerah
SiLPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan Kembali Investasi Dana
Bergulir
Penerimaan dari biaya penyusutan
kendaraan
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.1.7
3.1.8
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.2.5
3.2.6
APBD TAHUN 2011
APBD TAHUN 2012
Penurunan/Ken
aikan
0.09
0.04
203,425,610,920.00
184,394,541,896.00
0.00
0.00
221,415,560,820.00
191,724,891,796.00
0.00
0.00
0.00
17,915,000,000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
28,574,600,000.00
1,116,069,024.00
1,116,069,024.00
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
203,425,610,920.00
221,415,560,820.00
0.09
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Penyelesaian Kegiatan DPA-L
Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu yg Blm
Terselesaikan
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Netto
32,115,000,000.00
0.00
32,574,600,000.00
0.00
0.01
2,000,000,000.00
0.00
30,115,000,000.00
0.00
0.00
32,574,600,000.00
0.00
32,115,000,000.00
171,310,610,920.00
32,574,600,000.00
188,840,960,820.00
0
0
0
(1.00)
0
#DIV/0!
-
15.29
(1.00)
0.00
0.00
0
0
0.01
36
0.10
A.3. KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN 2013
•
•
Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan
untuk menutupi defisit anggaran. Penyebab utama terjadinya defisit adalah
adanya kebutuhan pembangunan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penerimaan utama pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran
adalah penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang lalu (SiIPA),
sedangkan yang kedua berasal dari penerimaan piutang daerah dan
penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan.
Pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang bersifat
wajib, antara lain untuk pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo.
Setelah pengeluaran wajib terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan diarahkan
untuk penyertaan modal kepada BUMD yang berorientasi keuntungan dan
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
B. MEMPERTAHANKAN OPINI
WAJAR TANPA PENGECUALIAN
•
Potensi permasalahan yang bisa menurunkan
opini BPK untuk Laporan Keuangan Tahun
2011 selain permasalahan-permasalahan
yang pernah menjadi pengecualian dalam
opini BPK selain aset dan piutang pajak
adalah :
1. Kesalahan penganggaran dalam rangka
pengadaan Aset Tetap.
2. Ketepatan penyusunan Laporan Keuangan
masing-masing SKPD.
3. Pengelolaan dana bergulir.
4. Pengelolaan barang persediaan
pada SKPD.
5. Pengelolaan pos bantuan dan hibah.
6. Perhatian dan pencermatan kembali
terhadap aset yang dikelola oleh
Lembaga Daerah (LOD,LOS,KPUD,
dll)
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH MELIPUTI :
1.
2.
3.
4.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)
NERACA (unsur aset termasuk)
ARUS CASH
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
OPINI BPK 2008
OPINI BPK
2009
WDP dengan
WDP dengan
Pengecualian
Pengecualian
pada Piutang dan pada Aset
Aset
OPINI BPK 2010
WTP dengan paragraf
penjelasan, yaitu atas aset
lainnya berupa aset tetap yg
telah diserahkan Kab/Kota
belum disertai Berita Acara
Serah Terima
Bagaimana Mempertahankan Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Agar Tidak Degradasi
Bagi Semua Kepala SKPD (Sebagai Pengguna Barang):
• Adanya Komitmen dan keseriusan dalam pengelolaan Barang Milik
Daerah (BMD) mulai dari : perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penghapusan bahkan
sampai dengan tuntutan ganti rugi.
• Terhadap perencanaan pengadaan barang : harus dicermati antara
lain: apakah sebagai barang modal; barang yang akan dihibahkan
kepada pihak lain (Kab/kota, lembaga masyarakat); dan barang pakai
habis (yg dapat menjadi barang persediaan)
• Memberikan perhatian dan fasilitasi sarana yang memadahi kepada
Pengurus Barang, Penyimpan dan Pencatat Akuntansi, untuk
membantu agar lebih: mudah, lancar dan tertib dalam pencatatan pada
setiap barang (akibat adanya: pengadaan barang, mutasi barang,
pemindahtanganan, dan penghapusan)
Bagaimana Mempertahankan Opini WTP
Agar Tidak Degradasi (lanjutan)
Bagi Inspektorat Wilayah ( Sebagai Pengawas Internal):
• Tingkatkan keseriusan pengawasan internal dalam
pengelolaan BMD yang dilakukan oleh Inspektorat
terhadap Pengguna/SKPD, yang dilakukan secara periodik
setiap semesteran
(karena selama ini ada kesan pengawasan barang
belum dilakukan seserius sebagaimana pada
pengawasan uang )
Bagaimana Mempertahankan Opini WTP
Agar Tidak Degradasi (lanjutan)
Bagi DPPKA (sebagai Pembantu Pengelola) Barang):
• Melakukan Bimbingan Teknis (BIMTEK) dan PENDAMPINGAN
kepada pengurus barang, penyimpan barang, dan petugas akuntansi
untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan
BMD, secara periodik dan berkelanjutan
• Membentuk tim terpadu untuk melakukan pencermatan dan atau
penelitian terhadap pengadaan barang yang dilaporkan oleh setiap
SKPD dalam hal : verifikasi, klasifikasi, penilaian BMD, kapitalisasi
aset, serta barang persediaan, sehingga diperoleh hasil laporan
tersebut menjadi benar sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
• Melakukan koordinasi untuk rekonsiliasi secara periodik terhadap
dinamika perubahan status barang daerah pada setiap SKPD, akibat
adanya pengadaan, mutasi, pemindahtanganan dan penghapusan.
• Pengembangan Simtem Informasi Manajemen Aset yang disesuaikan
dengan perkembangan kebutuhan.
C. Mensejajarkan Posisi Pendapatan,
Belanja dan Aset sebagai unsur
penilaian kinerja keuangan.
• Orientasi SKPD tidak hanya bagaimana membelanjakan, namun juga
bagaimana menghasilkan pendapatan daerah.
• Ketugasan masalah aset bukan diserahkan kepada DPPKA, namun
diharapkan menjadi ketugasan Pengguna Barang/PB untuk
mengadakan, menginventaris, mencatat, memanfaatkan, dan
memelihara.
• Penghitungan TPP mempertimbangkan pengelolaan anggaran
pendapatan, pengelolaan anggaran belanja dan pengelolaan barang.
• Perencanaan kas pendapatan, belanja dan pembiayaan sebagai dasar
untuk melaksanakan program kegiatan sesuai dengan anggaran dan
waktu yang telah ditetapkan.
45
D. Peraturan-peraturan baru di
keuangan Daerah
• Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri
13 Tahun 2006
• Permendagri 32 Tahun 2011 tentang Tata Cara Hibah dan Bansos
• Peraturan-peraturan Gubernur sebagai tindak lanjut diatasnya,
seperti Pergub Pergub 33 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dana
Bergulir, Pergub 22.2 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Barang
Persediaan, Pergub 37 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kapitalisasi
Barang Milik Daerah, Perda 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah, Pergub 52 Tahun 2011 Tentang Verifikasi,
Klasifikasi dan Penilaian Barang Milik Daerah, serta Pergub 5 Tahun
2012 tentang Tata Cara Hibah dan Bansos
46
SUBSTANSI PERMENDAGRI 21 TAHUN 2011
 Ketentuan Umum (penambahan pengertian2 th jamak, dpal, dana bos)
 Pengaturan Pejabat Pembuat Komitmen (tdk ada kpa dilakukan PA)
 Pengaturan Bantuan Sosial & Bantuan Keuangan terkait Bantuan Parpol (tidak wajib,
tidak mengikat, tidak terus menerus dan tergtng Keu Da)
 Pengaturan Belanja Barang & Jasa terkait Barang yg akan diserahkan kpd Pihak
Ketiga/Masyarakat (pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual
kepada masyarakat atau pihak ketiga).
 Pengaturan Tahun Jamak (pekerjaan yg lebih 1 th, ditetapkan dg nota Kep Da dan
Pimpinan DPRD)
 Pengaturan Penyertaan Modal( ditetapkan dengan Perda bg yang baru dan yg lama
tidak boleh melebihi Perda)
 Pengaturan Klasifikasi Pendapatan terkait UU No 28/2009
 Pengaturan Sinkronisasi PPAS dengan RKP (sinkronisasi dan disampaikan ke pusat)
 Pengaturan Pencantuman Sumber Pendapatan
 Pengaturan Belanja untuk kebutuhan Tanggap Darurat Bencana(peletakkan pada tak
terduga dan peruntukkannya spt penyelamatan korban serta mekanismenya)
 Pengaturan ttg kewajiban pelaporan LRA semesteran ( juli) & tahunan kpd MDN ( 3 bln
setelah tahun berakhir)
 Pengaturan Dana BOS (Diatur lebih lanjut dengan Permendagri 62 Tahun 2011 tentang
pedoman pengelolaan BOS dan Permendikbud 51 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana BOS dan Laporan Keuangan BOS Tahun 2012 )
 Daftar Perubahan lampiran kode rekening.
SUBSTANSI 32 TAHUN 2011
HIBAH
Hibah adalah pemberian uang/barang
atau jasa dari pemda kepada :
- pemerintah atau
- pemerintah daerah lainnya,
- perusahaan daerah,
- masyarakat dan
-organisasi kemasyarakatan
yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus
menerus
yang
bertujuan
untuk
menunjang
penyelenggaraan
urusan pemerintah daerah
BANSOS
Bansos adalah pemberian bantuan
berupa uang/barang dari pemda
kepada :
- individu,
- keluarga,
- kelompok dan/atau
- Masyarakat
yang sifatnya tidak secara terus
menerus dan selektif yang bertujuan
untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial
PENGANGGARAN HIBAH/BANSOS
EVALUASI (2)
SKPD
TERKAIT
(7)
(3) REKOMEN
(1)
(6)
(3) MELALUI
RKA-PPKD
(UANG)
RKA-SKPD
(BRG/JASA)
PYSN
RKA
USULAN
TERTULIS
CALON
PENERIM
A
KEPAL
A
DAERA
H
(3)
(4)
PERTIMBA
NGAN
(8)
TAPD
PYSN RKA (6)
(5)
KUA & PPAS
(9)
R-APBD
PERDA APBD
 Hibah/Bansos berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak
langsung, jenis belanja hibah/bansos, obyek, dan rincian obyek belanja
berkenaan pada PPKD.
 Hibah berupa barang atau jasa dianggarkan dalam program dan kegiatan,
jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang/jasa berkenaan,
dan rincian obyek belanja hibah barang atau jasa kepada pihak
ketiga/masyarakat berkenaan pada SKPD.
 Bansos berupa barang dianggarkan dalam program dan kegiatan, jenis
belanja barang, obyek belanja bansos barang berkenaan, dan rincian obyek
belanja bansos barang kepada pihak ketiga/masyarakat berkenaan pada
SKPD.
 Rincian obyek belanja dicantumkan nama penerima dan besaran
hibah /bansos.
Matur Nuwun