deversifikasi pangan 2012 - Tri Dewanti W. – Nutrisi Pangan
Download
Report
Transcript deversifikasi pangan 2012 - Tri Dewanti W. – Nutrisi Pangan
Oleh : Dr. Ir. Tri Dewanti W., M.Kes.
Jurusan THP-FTP
Universitas Brawijaya Malang
DIVERSIFIKASI/
PENGANEKARAGAMAN
PANGAN
usaha penganekaragaman usaha tani secara :
horizontal, vertikal dan regional
UPAYA PENINGKATAN KONSUMSI
ANEKA RAGAM PANGAN NON BERAS
DENGAN PRINSIP GIZI SEIMBANG
Aku sehat karena panganku cukup, beragam, bergizi seimbang, aman,
dan halal
Produksi
Pasokan pangan dari luar
(Impor )
KETERSEDIAAN PANGAN
PER KAPITA
Cadangan pangan
Bantuan pangan
Luas panen
Produktifitas
Diversifikasi produk
Sarana dan
prasarana
pemasaran
Irigasi, teknologi,
kredit,
Sarana produksi
Jumlah Penduduk
Iklim, hama penyakit,
bencana,dll.
Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers.
2003 (dimodifikasi
MASALAH PANGAN
KELEBIHAN PANGAN
KEKURANGAN PANGAN
• TURUNNYA HARGA
• KERUSAKAN
PRODUKSI
GIZI BURUK
RUMAH TANGGA TIDAK
BISA AKSES DALAM
PEMENUHAN PANGAN
GIZI BURUK
KEAMANAN PANGAN
GANGGUAN
KESEHATAN
•
konsumsi beras di Indonesia masih di atas 100
kg per kapita per tahun (Hermanto, 2008)
Idealnya, 60 kg per kapita per tahun, (Jepang)
Ketergantungan Masyarakat Indonesia akan
beras sangat tinggi.
Harga beras > Rp. 5000, masyarakat kelompok
miskin, beli beras aking/karak. Masy. Kelompok
kurang mampu makan nasi aking, seperti tahuntahun 60 – 70 an
AKAR MASALAH:
KEMISKINAN
•
Kebijakan pengembangan pangan yang
terfokus pada beras
Upaya penggalian dan pemanfaatan
sumber sumber pangan karbohidrat lokal
masih kurang
Pola konsumsi pangan masyarakat masih
belum beragam
Kemampuan memproduksi pangan lokal
masih rendah, terutama musim paceklik
Penerapan teknologi produksi dan teknologi
pengolahan pangan lokal di masyarakat tidak
mampu mengimbangi pangan olahan asal
impor yang membanjiri pasar.
Kekuatan = Strengths (S)
Kelemahan =Weaknesses
(W)
Potensi biodiversitas yang
sangat kaya
Kekayaan budaya dan food
habit
Keragaman geografi dan
agroklimat
Peneliti yang cukup andal
dengan sarana yang cukup
Pangan lokal dianggap
inferior
Program yang tidak
sinkron dengan anggaran
rendah
Mental pedagang para
industriawan
Efisiensi usaha tani
rendah
Peluang = Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
Globalisasi perdagangan
Jumlah penduduk yang besar
Situasi politik ke arah
kemandirian bangsa
Pengembangan
Diversifikasi pangan pokok
berbasiskan kepada kondisi
setempat
Pengembangan bisnis
pangan untuk mendukung
diversifikasi berbasiskan
indigenous resources
Ancaman = Threats (T)
Strategi ST
Strategi WT
Banjir pangan import
Perubahan iklim yang makin
tidak teratur
Kurang menghargai indigenous
knowledge/resources
Paten bahan biologis
Peningkatan efisiensi usaha
pertanian melalui penelitian
efektif yang dipublikasikan
Peningkatan apresiasi
terhadap indigenous
knowledge/resources
Pengembangan
kemandirian bangsa di
bidang pangan
berlandaskan indigenous
resources/knowledge
Diversifikasi Horisontal :
Upaya menganekaragamkan produk
yang dihasilkan dan produk yang
dikonsumsi budidayanya
• Diversifikasi Vertikal :
Upaya meningkatkan nilai tambah
komoditas pangan ,
lebih berdaya guna
pengembangan produksi setelah panen/pengolahan
• Diversifikasi Regional :
Upaya penganekaragaman produk
yang dihasilkan untuk dikonsumsi
berdasarkan potensi pangan lokal
•
Prinsip Deversifikasi Pangan :
Pemantapan swasembada pangan beras
Perbaikan mutu gizi pangan
Peningkatan nilai tambah non beras
Dampak yang diharapkan :
Peningkatan pangan yang lebih beragam
Peningkatan usaha budidaya non beras
Peningkatan usaha industri pangan yang
lebih beragam lapangan kerja baru
Deversifikasi Pangan VS Perbaikan Mutu Gizi :
Konsumsi pangan beragam memperbaiki mutu gizi
makanan
makanan tunggal tdk dpt mencukupi kebutuhan gizi
Misal :
- beras tinggi KH dan kurang asam amino lisin
- kedele tinggi protein kurang asam amono methionin
dengan menggabung ke 2nya akan tercukupi energi,
protein dan asam amino yang lebih lengkap
Upaya Deversifikasi :
bukan hal mudah karena merubah pola
konsumsi
Intervensi penyuluhan dan sosialisasi
Penyediaan pangan yang
beranekaragam
Intervensi produk makanan baru,
bergizi, murah, disukai dan aman
teknologi pasca panen dan
teknologi pengolahan
Mempertinggi harga beras menekan
harga komoditas lain
Pola tanam ganda produktivitas
lebih tinggi
Pekarangan dan lahan tidur/tidak produktif dapat
dimanfaatkan untuk budidaya palawija
menjamin ketersediaan bahan pangan lain pada saat gagal
panen/musibah
Faktor-faktor yang harus diperhatikan :
1) Pola makan dan keadaan defisiensi gizi menu
menu tinggi KH, rendah protein dan lemak pada
anak-anak berakibat kurang gizi
dianjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein
(kacang-kacangan)
mengkonsumsi bahan makanan beragam gizi
lengkap
2) Akseptabilitas (penerimaan)
Cita rasa, bentuk, aroma, kenampakan daya terima
Perlu diciptakan makanan baru
Perlu inovasi pengolahan
3) Kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan lahan
Terbatasnya tenaga kerja dan lahan garapan
Jangan mengganggu pekerjaan sbg petani tanaman
pangan dan penggunaan lahannya
Memanfaatkan waktu luang dan lahan tdk
produktif/pekarangan untuk mengembangkan tanaman
baru
4) Sumber Penghasilan baru dan Potensi
Pemasaran
Bila produk yg dihasilkan suatu kebutuhan
bahan pangan ada pembeli ada pasar
sumber penghasilan baru
Merupakan persediaan pangan dan tabungan
bagi keluarga
5) Kemudahan dalam Penyiapan
Produk baru mudah diterima bila mudah,
cepat dan praktis dalam penyiapannya untuk
dikonsumsi
Perlu diperkenalkan teknologi pasca panen
dan pengolahannya
6) Ketersediaan secara lokal
Sebaiknya bahan merupakan potensi yg ada di
daerah tsb. menjamin ketersediaan
Bahan yg ada tetapi belum dikenal perlu
ditunjukkan keunggulan komparatif diantaranya
harga, dan nilai gizinya
7) Pendidikan Gizi dan Kesehatan
Diperlukan untuk menunjang program
deversifikasi sehingga tujuan peningkatan status
gizi dan kesehatan tercapai
Potensi dan Kendala Deversifikasi Pangan
dilihat dari 2 sisi : - Produksi (Penawaran)
- Konsumsi (Pemasaran)
Produksi :
Potensi :
Beranekaragamnya tanaman dan varietas yg ada
Iklim tropik yang menunjang
Adanya budidaya palawija yg sudah dikenal
Prospek pasar yg luas dan potensial
Kendala
:
Komoditi
non beras sbg tanaman
sekunder/sampingan
Lahan yg ada untuk tanaman padi
adanya lahan kering
Sistem irigasi yg konvensional
Ketersediaan sarana produksi (bibit
unggul)
Sulitnya penerapan teknologi baru
masalah mekanisasi
Penanganan pasca panen dan
pengolahan yg belum baik
Konsumsi :
Potensi :
Meningkatkan pendapatan
Pengembangan industri pangan
diperlukan :
Pengawasan gizi
Pengawasan higiene
Pengawasan keamanan pangan
• Berkembangnya produk makanan
jadi atau makanan cepat/ siap
santap
Kendala
Belum
:
adanya teknologi tepat guna bagi pengolahan non
beras
Penyiapan yang cukup lama bagi komoditas non beras
Bagi industri pangan :
Ketersediaan bahan yg belum mencukupi
Kualitas bahan mentah yg bervariasi dan rendah
Penggunaan zat aditive yg belum benar
Kesadaran sanitasi dan higiene yg rendah keracunan
Kesadaran taat peraturan yg rendah
Pengawasan yg masih kurang dari instansi berwenang
INDIKATOR KEBERHASILAN
ASPEK KETAHANAN
PANGAN
Ketersediaan pangan
Kemandirian pangan
Cadangan pangan
pemerintah
Stabilitas harga
Status Gizi
INDIKATOR UTCOME
Ketersediaan energi perkapita
Ketersediaan protein perkapita
Ketergantungan impor
Jumlah cangan pangan
perbedaan harga antara musim
panen dan non panen
Harapan hidup
Kematian bayi
Anemia gizi besi (AGB)
Gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKI),
Kurang vitamin A (KVA)
Kerawanan pangan
Balita gizi kurang dan buruk
Angka Kecukupan Energi
Angka kecukupan Protein
Pesen capaian AKE
Diversifikasi konsumsi
pangan
Keamanan pangan
Pola Pangan Harapan
Keragaman pangan
Kasus keracunan pangan
UKURAN
minimal 2.200 Kilokalori/hari
minimal 57 gram/har
Persentase impor terhadap kebutuhan
Minimal untuk 3 bulan
perbedaan maksimum 10 persen
Tahun
Kematian bayi per 1000 kelahiran (bayi)
Persen balita dengan Kadar Hb < 11gr/dl
Persen Anak usia sekolah dengan
pembesaran kelenjar gondok
Persen balita dengan Serum retinol <20
µg/dl
Persen balita gizi kurang dan buruk
Minimal 2.000 kkal/hari
Minimal 52 gram/hari
Sangat rawan (konsumsi energi < 70%
AKE), kerawanan ringan sampai sedang
(konsumsi energi 70-90% AKE).
Skore PPH
Indeks Entropy
Jumlah kasus keracunan pangan
Gandum/Terigu
Mie instan
Roti (bakery , pizza, burger )
Macam-macam Snack awetan
Cake, kue-kue basah
Menu Modern yg
selalu ada dlm
makanan sehari-hari
Import gandum terus meningkat !
Bagaimana pendapat dan solusinya ?