Tantangan dan Kesiapan UMKM Indonesia dalam MEA

Download Report

Transcript Tantangan dan Kesiapan UMKM Indonesia dalam MEA

Oleh I Wayan Dipta Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK

 Total GDP ( (ASEAN Gross Domestic Product ) ASEAN mencapai sekitar US$ 2.327 milyar Secretariat yang tinggi.

, 2012) dengan pasar sebesar 600 juta - memiliki daya tarik  Saat ini, sebagian besar (lebih dari 99%) perdagangan barang intra-ASEAN menikmati tarif 0% ( zero tariff ).

 ASEAN mampu bertahan di tengah krisis di belahan dunia lainnya.

 ASEAN telah memiliki 5 (lima) Selandia Baru (AANZFTA).

Free Trade Agreement (FTA), yaitu dengan RRT (ACFTA), Jepang (AJCEPA), Korea Selatan (AKFTA), India (AIFTA, serta Australia  Dimulainya negosiasi Partnership ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic (RCEP) pada awal 2013 meletakkan ASEAN sebagai driving force dalam pengembangan arsitektur ekonomi yang melibatkan kawasan lainnya  Hasil survey Japan ASEAN Integration Fund pelaku bisnis di ASEAN yang menjadi responden perpandangan bahwa integrasi ASEAN akan memberikan manfaat peningkatan ekonomi, dan 64 % kalangan publik meyakini bahwa integrasi ASEAN akan meningkatkan kondisi ekonomi secara keseluruhan.

(JAIF) pada 2012 mencatat 73% para 2

    KEKUATAN: Pelemahan ekonomi AS dan kebijakan moneter yang ‘ cukup deras. Dari tiga pusat pertumbuhan dunia (Asia Selatan, AsiaTimur dan Asia Tenggara), yang menikmati pertumbuhan tertinggi yaitu Asia Tenggara-ASEAN. Dari seluruh anggota ASEAN, pertumbuhan ekonomi tertinggi dialami Indonesia yaitu sebesar 6,4% % (Bank Dunia 2011),berada pada urutan ketiga di Asia, setelah China dan India.

austerity measures di Uni Eropa telah menciptakan loose’, sehingga arus investasi dari kedua kawasan tersebut Realisasi Investasi pada 2012 mencapai Rp. 313,2 triliun (tertinggi sepanjang sejarah Indonesia) Kelas Menengah ( middle class ) Indonesia yang terus meningkat, dari hanya sebesar 37,7% pada 2003, menjadi 56,6% pada 2010 atau mencapai 134 juta jiwa (Bank Dunia) Total PDB Indonesia sebesar US$846 milyar (2011) terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia (satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota G20)   Debt to GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB) Indonesia cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya yaitu 24% (2011), sebagai salah satu indikator membaiknya makro-ekonomi. Sebagai ilustrasi, Debt to GDP Ratio Malaysia mencapai 56%. Peta usia penduduk Indonesia yang cukup muda, sumber daya alam yang besar dan pasar yang besar mampu mendukung produktivitas nasional ( Pulling Factor ).

3

• TANTANGAN Mind-set masyarakat, khususnya pelaku usaha Indonesia yang belum seluruhnya mampu melihat KEA 2015 sebagai peluang. Menurut Journal of Current Southeast Asian Affairs (Guido Benny dan Kamarulnizam Abdullah – 2011), kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai ASEAN masih sangat terbatas. • Sinkronisasi program & kebijakan pemerintah (pusat dengan daerah) menghadapi MEA 2015, diperlukan kesamaan pandang diantara pejabat pusat dan daerah. Global Competitive Index Thailand).

oleh World Economic Forum menempatkan Indonesia pada urutan ke 50, dibawah sebagian negara ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, • Lemahnya Infrastruktur, khususnya bidang transportasi dan energi menyebabkan biaya ekonomi tinggi, utamanya sektor produksi dan bagi pasar.

• Pelaku usaha yang inward-looking . Besarnya pasar domestik mendorong pelaku usaha memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pasar domestik.

• Terbatasnya jumlah SDM yang kompeten untuk mendukung produktivitas nasional • Birokrasi yang belum efisien dan belum sepenuhnys berpihak pada pebisnis.

4

PELUANG EKONOMI: • Pasar ASEAN sebesar 600 juta, dengan jumlah kelas menengah yang semakin meningkat. Menurut catatan Asian Development Bank (ADB), kelas-menengah ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan meningkat menjadi 65% pada 2030.

• Kebijakan makro ekonomi dan kondisi yang kondusif di ASEAN telah meningkatkan peluang masuknya investasi (FDI) dari luar kawasan. Sejak 2007 hingga 2010, investasi yang masuk ke ASEAN dari luar kawasan meningkat sebesar 75% (Sumber: BKPM).

• Perdagangan intra-ASEAN cenderung meningkat, tetapi porsinya masih relatif kecil (25%). Sebagai ilustrasi, perdagangan intra NAFTA 50%, sedangkan EU mencapai 70%.

 Potensi pengembangan industri nasional dan mendorong Indonesia sebagai production base penduduk usia muda/produktif, investasi yang meningkat dan sumber daya alam yang besar.

di kawasan dengan ditopang pasar domestik yang besar,  Total Wisatawan intra-ASEAN dalam setahun mencapai lebih dari 76 juta (Sumber: WEF 2012). Saat ini, namun posisi Indonesia masih dibawah Malaysia, Thailand, Singapura.

5

PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA ( JOB-CREATION ) • Pada 2012, seluruh anggota ASEAN telah meratifikasi Investment Agreement ASEAN Comprehensive (ACIA), yang membawa dampak positif bagi iklim investasi dan usaha di seluruh ASEAN – dengan semakin meningkatnya transparansi, kepastian-hukum, serta fasilitasi. Sejak 2007 hingga 2010, investasi (FDI) yang masuk ke ASEAN dari luar kawasan meningkat sebesar 75% (Sumber: BKPM). Berlakunya ACIA harus dijadikan momentum untuk mengakselerasi masuknya FDI, yang secara langsung menumbuhkan sektor produksi dan industri nasional.

• UKM sebagai tulang-punggung perekonomian nasional dan regional (ASEAN) berkontribusi secara signifikan bagi PDB nasional dan menyerap sebanyak 97,2% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Dengan jumlah UKM lebih dari 55,2 juta atau terbesar di ASEAN, Indonesia harus menjadi penggerak utama pengembangan UKM di ASEAN agar akses UKM terhadap permodalan, teknologi dan pasar semakin meningkat.

• Komitmen-komitmen Negara Mitra Wicara ASEAN dan lembaga keuangan dunia untuk merealisasikan berbagai proyek peningkatan konektivitas di kawasan telah menjadi katalis pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Konektivitas yang handal akan membuka peluang-peluang usaha baru dan kegiatan ekonomi lainnya.

6

Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional Kawasan Berdaya saing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata Integrasi dengan Perekonomian Dunia 7

   Arahan Menteri Ekonomi dan Leaders ASEAN menuju ASEAN Economic Community pada tahun 2015, berkaitan dengan pengembangan UKM:  Menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif bagi UKM;  Pengembangan SDM dan Kapasitas UKM:   Mengembangkan Common Curriculum for Entrepreneurship in ASEAN Menumbuhkan wirausaha baru yang inovatif Fasilitasi Akses Pasar Fasilitasi dan pengembangan teknologi: Inkubator Bisnis dan Teknologi; Meningkatkan akses finansial bagi UKM:    Pengembangan Fasilitasi Finansial bagi UKM Pengembangan ASEAN SME Development Fund Pengembangan Credit Rating System  Membentuk ASEAN Advisory Board;

 

Peranan strategis UMKM

:  D i Indonesia (BPS-2009):  Jumlahnya 52,76 juta unit (99,9%);  Kontribusi dalam PDB 56,92%;  Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 97,30%.

 Di ASEAN:  Lebih dari 96 % perusahaan di ASEAN adalah UMKM;  Kontribusi dalam PDB 30-57%;  Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 50-98%

Permasalahan UMKM

:  Iklim berusaha belum kondusif ( un fair business practices )  Keterbatasan akses pasar  Rendahnya produktivitas (teknologi rendah)  keterbatasan a kses kredit dari bank  Rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan 9

Kriteria Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Produktivitas/Tenaga Kerja Produktivitas/Unit Rp. Juta Rasio Rp.Juta

Rasio 18,00 118,54 1,00 6,59 29,69 909,74 1,00 30,64 193,72 804,29 10,76 15.906,02 44,69 477.383,58 535,70 16.077,93

   

Produktivitas dan daya saing UMKM meningkat; Perkembangan ekspor UMKM tumbuh 20% per-tahun; Tumbuhnya wirausaha baru yang inovatif; Meningkatnya akses kredit perbankan bagi UMKM, khususnya KUR sebesar Rp.100 triliun;

• • • • • Persaingan yang makin tajam, termasuk dalam memperoleh sumber daya Menjaga dan meningkatkan daya saing UKM sebagai industri kreatif dan inovatif Meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai ketentuan ASEAN (Misal ISO-26000) Diversifikasi output dan stabilitas pendapatan usaha mikro agar tidak “jatuh” ke kelompok masyarakat miskin  Meningkatkan kemampuan UMKM agar mampu memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk dalam kerangka kerjasama ASEAN 12

Akses Finansial

 Bank masih ragu memberikan pinjaman kepada UMKM, khususnya untuk pengusaha pemula dan UKM inovatif   Kewajiban penggunaan jaminan dalam pinjaman Tingkat suku bunga yang tinggi bagi Usaha Mikro     Lembaga jaminan kredit belum ada atau terbatas Pemeringkat kredit dan sistem informasi kredit tidak ada Lembaga keuangan non-bank kurang berkembangn luas (e.g. venture capital, angel investment, factoring and leasing) Sebagian terbesar UMKM tergantung pada lembaga keuangan informal

Akses Pasar

 Kurang paham akan FTAs – implikasi dan manfaatnya  Aktivitas promosi ekspor terbatas      Penggunaan e-channel and e-commerce belum meluas Masih ada hambatan non-tarif Kurang faham akan fasilitas perdagangan prosedur kepabeanan Tidak ada market intelligence di ASEAN dan luar ASEAN Mahalnya biaya untuk menyesuaikan standar dan sertifikasi internasional (e.g. HACCP, GMP, halal, ISO, analisa sertifikasi)

Teknology dan inovasi

 Investasi UMKM untuk R&D masih rendah sehingga produktivitas dan efisiensinya rendah  Dana untuk komersialisasi R&D tidak tersedia karena ketidakpastian permintaan, pasar dan cash flow   Apresiasi dan promosi UKM inovatif belum berkembang luas Mahalnya biaya sertifikasi

Jasa Konsultasi dan informasi

 Informasi masih belum terpusat   Biaya membuat sistem informasi virtual secara komprehensif dan terpusat masih mahal Perlu melatih konselor bisnis   Kurang faham akan tersedianya layanan konsultasi Perlu pengembangan template standar, misal perencanaan bisnis dan pemasaran bagi UMKM 13

Isu-isu dan Tantangan Khusus

Kerangka Kebijakan dan Pengaturan

Perlu pengembangan mekanisme pemantauan

   

Perlu pengembangan kordinasi terpusat untuk mengkordinasikan kegiatan nasional Walaupun mahal, perlu ada pengkajian terhadap keluaran/dampak AFTA Mungkin perlu pengembangan SME Policy Index Pengurangan biaya birokrasi doing business (e.g. import regulation, licensing, registration of business)

14

Rekomendasi

15

•Peningkatan kapasitas baik kepada lembaga finansial maupun kepada UMKM •Pengembangan model pemeringkatan kredit dan lembaga penjaminan kredit sampai daerah •Pengembangan lembaga keaungan non-bank investment, leasing, (e.g. venture capital, angel factoring, equity funding) should also be explored •Pengembangan inklusi keuangan: Financial education, Financial eligibility, Supportive regulatory regime; Facilitation and Intermediation; and Distribution Channel .

• Pengembangan e channel marketing and e-commerce • Membangun kesadaran akan manfaat, peluang dan dampak dari ASEAN FTAs • Penyiapan data dan informasi tentang UMKM secara nasional dan regional • Penyelenggaraan business matching sessions partners setiap ada trade fairs in ASEAN and dialogue • Mendorong UKM melakukan Riset dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi • Pengembangan UKM inovatif – starting with Innovative SME Awards under ASEAN Business Award 16

• Penyiapan jasa layanan informasi dan konsultasi, termasuk penggunaan websites untuk UMKM • Dalam kerangka ASEAN perlu ada koleksi dan harmonisasi statistik dan database UMKM • Adanya sistem kordinasi dan pemantauan yang lebih baik untuk: • Komunikasi yang lebih efektif dan efisien • Pemanfaatan sumberdaya • Pelaksanaan kebijakan dan program • Mengkomfilasi berbagai praktek terbaik •Strategic partnership/alliances •Industrial clustering •Entrepreneurship development •Incubator Business/ Technology • Menetapkan bidang-bidang yang perlu diperbaiki di masing-masing ASEAN 17

LANGKAH STRATEGI STRATEGI I: Penguatan Daya Saing Global

o

Penanganan issue domestik, meliputi

: • Penataan lahan dan kawasan industri • Pembenahan infrastruktur dan energi, • Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya) • Membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan klaster UKM untuk peningkatan daya saing • Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb); • Pembenahan sistem logistik; • Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) • Penyederhanaan peraturan • Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan 18

STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik

O

Pengawasan di Border

 Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTA  Menerapkan

Early Warning System

untuk pemantauan dini terhadap  kemungkinan terjadinya lonjakan impor Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang   (SKA) dari Negara Negara mitra FTA Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security dsb. Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO  (

safeguard measures)

terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (

seriously injury

) akibat tekanan impor (import surges) Penerapan instrumen

anti dumping

dan

countervailing duties

atas importasi yang

unfair

19

STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik (Lanjutan)

o o -

Peredaran barang di pasar Lokal

Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia

Promosi penggunaan produksi dalam negeri

Mengawasi efektivitas promosi penggunaan produksi dalam negeri (Inpres No 2 Tahun 2009) termasuk mempertegas dan memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah. 20

STRATEGI III: Penguatan Ekspor

• • • • • • • • Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC) Pengembangan

trading house

(PT Sarinah, PT-PPI, SMESCO UKM) Promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi (TTI) Penanggulangan masalah akses pasar dan kasus ekspor Pengawasan penggunaan SKA Indonesia Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor Optimalisasi

trade financing

(bilateral swap) Pemetaan potensi ekspor produk UMKM ke ASEAN dan negara lain 21

22