Tokoh-Tokoh Filsafat Islam

Download Report

Transcript Tokoh-Tokoh Filsafat Islam

OLEH
HARYONO.AS
NIP.198403222008121002
Dosen Muda PPKn FKIP UR
Direktur III dan Dosen STIKES PMC
Dosen Universitas Terbuka
Sejak Kapan Filsafat ada di
dalam Kehidupan manusia ?
• Apakah Sejak Manusia Ada ?
• Apakah Sejak Manusia Mengenal Pengetahuan ?
• Apakah Sejak Manusia Mengenal Ilmu ?
• Apakah Sejak Manusia Mengenal Cinta ?
TOKOH-TOKOH FILSAFAT
A. TOKOH FILSAFAT MUSLIM
1. ALKINDI
2. AL-FARABI
3. AL-GHAZALI
4. IBNU BAJAH
5. IBNU RUSYD
6. IBNU SINA
7. IBNU THUFAIL
1. Al-Kindi
Nama Lengkap Abu Yusuf,
Ya’kub bin ishak Al-Sabbah bin
Imran bin Al-Asha’ath bin Kays
Al-kindi, Biasa disebut Ya’kub.
Lahir Pada tahun 185 H (801 M)
Ayahnya benram Ishaq
Ashshabbah dan menjabat
sebagai gubernur di kufah.
Sebagai orang yang dilahirkan di
kalangan para intelektual, maka
pendiidkan yang pertama-tama
diterima adalah membaca AlQur’an, menulis, dan berhitung.
Disamping itu ia banyak
mempelajari tentang sastra dan
agama, juga menerjemahkan
beberapa buku Yunani di dalam
bahasa Syiria kuno, dan bahasa
Arab.
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi
berusaha mempertemukan amtara kedua
hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi
berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
tentang kebenaran atau ilmu yang paling
mulia dan paling tinggi martabatnya.
Dan agama juga merupakan ilmu
mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya
memiliki perbedaan.
Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan
bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar), yang
bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu
mustahil tidak ada, ia selalu ada dan akan selalu ada.
Jadi Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak
didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir
wujudNya dan tidak wujud kecuali denganNya.
Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada
pemikiran Al-Kindi ialah:
1. Aliran Pythagoras tentang matematika
sebagai jalan ke arah filsafat.
2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soalsoal fisika dan metafisika, meskipun
Al-Kindi tidak sependapat dengan
Aristoteles tentang qadimnya alam.
3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal
kejiwaan.
4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles
bersama-sama dalam soal etika.
5. Wahyu dan iman (ajaran-ajaran
agama) dalam soal-soal yang
berhubungan dengan Tuhan dan sifatsifatNya.
v Aliran Mu’tazilah dalam memuja
kekuatan akal manusia dan dalam
menakwilkan ayat-ayat Qur’an.
Haruslah diakui bahwa Al-Kindi tidak mempunyai
sistem filsafat yang lengkap. Jasanya ialah karena
dia adalah orang yang pertama-tama membuka
pintu filsafat bagi dunia Arab dan diberinya corak
Arab keislaman.
Pendiri filsafat Islam yang sebenarnya ialah
Al-Farabi.
2. AL-FARABI
Ia adalah Abu Nashr Muhammad
bin Muhammad bin Tharkhan.
Sebutan Al-Farabi diambil dari
nama kota Farab, dimana ia
dilahirkan pada tahun 257 H (870
M). Ayahnya adalah seorang Iran
dan kawin dengan seorang wanita
Turkestan. Kemudian ia menjadi
perwira tentara Turkestan. Karena
itu, Al-Farabi dikatakan berasal dari
keturunan Turkestan dan kadangkadang juga dikatakan dari
keturunan Iran.
Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar
dan ia mempunyai kecakapan luar
biasa dalam lapangan bahasa. Bahasabahasa yang dikuasainya antara lain
bahasa Iran, Turkistan, dan Kurdistan.
Nampaknya ia tidak mengenal bahasa
Yunani dan Siriani, yaitu bahasabahasa ilmu pengetahuan dan filsafat
pada waktu itu.
Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan
negerinya untuk menuju kota Baghdad,
pusat pemerintahan dan ilmu
pengetahuan pada masanya, Selama
berada di Baghdad, ia memusatkan
perhatiannya kepada ilmu logika.
Al-Farabi luas pengetahuannya,
mendalami ilmu-ilmu yang ada
pada masanya dan mengarang
buku-buku dalam ilmu tersebut.
Buku-bukunya, baik yang sampai
kepada kita maupun yang tidak,
menunjukkan bahwa ia
mendalami ilmu-ilmu bahasa,
matematika, kimia, astronomi,
kemiliteran, musik, ilmu alam,
ketuhanan, fiqih, dan mantik.
Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri
dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat
Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang
logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak
tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih
terkenal sebagai pengulas Aristoteles.
Menurut Dr. Ibrahim Madkour, filsafat Al-Farabi
adalah filsafat yang bercorak spiritual-idealis, sebab
menurut Al-Farabi, dimana-mana ada roh. Tuhannya
adalah Roh dari segala Roh.
Akal yang dikonsepsikannya yaitu ‘Uqul Mufariqah
(akal yang terlepas dari benda) merupakan makhluk
rohani murni, sedang kepala negeri- utamanya,
menguasai badannya. Roh itu pula yang
menggerakkan benda-benda langit dan mengatur
alam di bawah bulan.*
Meskipun Al-Farabi telah banyak
mengambil dari Plato, Aristoteles dan
Plotinus, namun ia tetap memegangi
kepribadian, sehingga pikiran-pikiranya
tersebut merupakan filsafat Islam yang
berdiri sendiri, yang bukan filsafat stoa,
atau Peripatetik atau Neo Platonisme.
Memang bisa dikatakan adanya pengaruh
aliran-aliran tersebut, namun bahannya
yang pokok adalah dari Islam sendiri.
3. IBNU SINA
Ibnu Sina dilahirkan dan
dibesarkan. Di Bukhara ia
menghafal Qur’an dan belajar
ilmu-ilmu agama serta ilmu
astronomi, sedangkan usianya
baru sepuluh tahun. Kemudian
ia mempelajari matematika,
fisika, logika dan ilmu
metafisika. Sesudah itu ia
mempelajari ilmu kedokteran
pada Isa bin Yahya, seorang
Masehi.
Belum lagi usianya melebihi
enam-belas tahun,
kemahirannya dalam ilmu
kedokteran sudah dikenal
orang, bahkan banyak orang
yang berdatangan untuk
berguru kepadanya. Ia tidak
cukup dengan teori-teori
kedokteran, taoi juga
melakukan praktek dan
mengobati orang-orang sakit.
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal
kejiwaan tidak dapat
diremehkan, baik pada dunia
piker Arab sejak abad kesepuluh
Masehi sampai akhir abad ke-19
Masehi, terutama pada
Gundissalinus, Albert the Great,
Thomas Aquinas, Roger Bacon,
dan Dun Scott. Bahkan juga ada
pertaliannya dengan pikiranpikiran Descartes tentang hakikat
jiwa dan wujudnya.
Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja
dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan
kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi
keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit
yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037
M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58
tahun.
4. AL-GHAZALI
Ia adalah Abu Hamid bin
Muhammad bin Ahmad alGhazali, bergelar Hujjatul
Islam, lahir tahun 450 H
di Tus, suatu kota kecil di
Khurassan (Iran)
Al-Ghazali pertama-tama belajar
agama di kota Tus, kemudian
meneruskan di Jurjan, dan
akhirnya di Naisabur pada Imam
al-Juwaini, sampai yang terakhir
ini wafat tahun 478 H/1085 M.
kemudian ia berkunjung kepada
Nidzam al-Mulk di kota
Mu’askar, dan dari padanya ia
mendapat kehormatan dan
penghargaan yang besar,
sehingga ia tinggal di kota
itu enam tahun lamanya.
Pada tahun 483 H/1090 M, saya
diangkat menjadi guru di sekolah
Nidzamah Baghdad, dan
pekerjaan itu saya laksanakan
dengan sangat berhasil. Selama di
Baghdad, selain mengajar, juga
mengadakan bantahan-bantahan
terhadap pikiran-pikiran
golongan Bathiniyah,
Isma’iliyyah, golongan filsafat dan
lain-lain.
Pengaruh al-Ghazali di
kalangan kaum Muslimin
besar sekali, sehingga
menurut pandangan
orang-orang ahli
ketimuran (Orientalis),
agama Islam yang
digambarkan oleh
kebanyakan kaum
Muslimin berpangkal pada
konsepsi al-Ghazali.
Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam
yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas
panjang dalam karangan-karangannya.
Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi
berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi
Islam (Ilmu Kalam), Hukum Islam (Fiqih),
Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan,
kemudian autobiografi. Sebagian besar dari
buku-buku tersebut diatas dalam bahasa
Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa
Persia.
Al-Ghazali telah mencapai hakikat agama yang belum pernah
diketemukan oleh orang-orang yang sebelumnya dan
mengembalikan kepada agama nulai-nilai yang telah hilang tidak
menentu. Jalan yang terdekat kepada Tuhan ialah jalan hati dan
dengan demikian ia telah membuka pintu Islam seluas-luasnya
untuk tasawuf.
5. IBNU BAJAH
Ia adalah Abubakar
Muhammad bin Yahya, yang
terkenal dengan sebutan
Ibnus-Shaigh atau Ibnu
Bajah. Orang-orang Eropa
pada abad-abad pertengahan
menamai Ibnu Bajah dengan
“Avempace”
Ibnu Bajah dilahirkan di
Saragosta pada abad ke-11
Masehi. Tahun kelahirannya
yang pasti tidak diketahui,
demikian pula masa kecil dan
masa mudanya. Sejauh yang
dapat dicatat oleh sejarah ialah
bahwa ia hidup di Serville,
Granada, dan Fas; menulis
beberapa risalah tentang logika
di kota Serville pada tahun 1118
M, dan meninggal dunia di Fas
pada tahun 1138 M ketika
usianya belim lagi tua
Menurut satu riwayat, ia meninggal dunia karena
diracuni oleh seorang dokter yang iri terhadap
kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya.
Ibnu Bajah telah memberi corak baru
terhadap filsafat Islam di negeri Islam barat
dalam teori ma’rifat (epistemology,
pengetahuan), yang berbeda sama sekali
dengan corak yang telah diberikan oleh alGhazali di dunia timur Islam, setelah ia
dapat menguasai dunia pikir sepeninggal
filosof-filosof Islam.
6. IBNU THUFAIL
Ia adalah Abubakar Muhammad bin
Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan
di Wadi Asy dekat Granada, pada
tahun 506 H/1110 M.
kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusasteraan,
matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota tersbut
dan berulangkali menjadi penulis penguasa negerinya
Ibnu Thufail tergolong filosof dalam masa Skolastik
Islam. Pemikiran kefilsafatannya cukup luas,
termasuk metafisika. Dalam pencapaian
Ma’rifatullah, Ibnu Thufail menempatkan sejajar
antara akal dan syari’at. Pemikiran tersebut
sebenarnya merupakan upaya yang tidak pada
tempatnya, sebab syari’at sumbernya adalah wahyu
(yakni : dari Tuhan), sedangkan akal merupakan
aktifitas manusiawi. Akal manusia sebenarnya
hanyalah dampak mencari alasan rasional bagi
syari’at mengenai dalil-dalil adanya Tuhan.
7. IBNU RUSYD
Nama lengkapnya Abul Walid
Muhammad bin Ahmad bin Rusyd,
lahir di Cordova pada tahun 520 H. Ia
berasal dari kalangan keluarga besar
yang terkenal dengan keutamaan dan
mempunyai kedudukan tinggi di
Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah
seorang hakim, dan kakeknya yang
terkenal dengan sebutan “Ibnu Rusyd
kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim di
Cordova.
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama
besar dan pengulas yang dalam
terhadap filsafat Aristoteles.
Kegemarannya terhadap ilmu
sukar dicari bandingannya,
karena menurut riwayat, sejak
kecil sampai tuanya ia tidak
pernah terputus membaca dan
menelaah kitab, kecuali pada
malam ayahnya meninggal dan
dalam perkawinan dirinya.
Ibnu Rusyd adalah
tokoh pikir Islam
yang paling kuat,
paling dalam
pandangannya,
paling hebat
pembelaannya
terhadap akal dan
filsafat, sehingga ia
benar-benar menjadi
filosof-pikiran
dikalangan kaum
Muslimin.
Pada garis besar filsafatnya, ia mengikuti
Aristoteles dan berusaha mengeluarkan pikiranpikirannya yang sebenarnya dari celah-celah
kata-kata Aristoteles dan ulasan-ulasannya. Ia
juga berusaha menjelaskan pikiran tersebut dan
melengkapkannya, terutama dalam lapangan
ketuhanan, di mana kemampuannya yang tinggi
dalam mengkaji berbagai persoalan dan dalam
mempertemukan antara agama dengan filsafat
nampak jelas kepada kita.
Ketika hendak meninggal, beliau (Ibnu Rusyd)
mengeluarkan kata-katanya yang terkenal:
“Akan mati rohku karena matinya filosof”.
Demikian dan Terimakasih
Semoga Islam Jaya Selalu