Document 9655653

Download Report

Transcript Document 9655653

Matakuliah
Tahun
: W0502 | SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
: 2009/2010
Seni rupa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang
Pertemuan 10
SENI MASA PENDUDUKAN JEPANG
Anggota Keimin Bunka Shidoso
Selama masa pendudukan
Jepang (1942-1945),
Jepang berusaha untuk
menyenangkan hati
rakyat salah satunya
dengan mengizinkan
berdirinya: POETERA dan
mendirikan Keimin Bunka
Shidoso.
3
POETERA
POETERA atau Poesat Tenaga Rakjat adalah
sebuah organisasi politik yang berdiri tahun 1942
oleh sekelompok pejuang Indonesia pada masa
penjajahan Jepang.
Tujuan utamanya adalah membuat suatu
“kekuatan” hebat yang berangkat dari
masyarakat dibawah kepemimpinan Soekarno,
Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mas
Mansoer (Empat Serangkai).
Basuki Abdullah
| Soekarno
POETERA – juga turut membantu kemerdekaan
Republik Indonesia. Melalui lembaga ini pula
kebudayaan mengambil bagian dengan
mendorong semangat para seniman muda yang
berbakat.
4
POETERA
Jepang mengijinkan berdirinya
organisasi ini, namun mereka selalu
berusaha untuk mengontrol kegiatannya.
Bagi Jepang, Poetera dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan
perasaan anti Barat dan melalui
organisasi ini segala potensi masyarakat
Indonesia dapat dipusatkan untuk
membantu usaha perang Jepang.
Self-portraits – Affandi
5
POETERA| departemen kebudayaan
POETERA memiliki beberapa departemen. Pada
Departemen Kebudayaan di bawah kepemimpinan
Sudjojono dan Affandi.
Misi mereka adalah: untuk mempromosikan dan
mempopulerkan seni murni kepada masyarakat luas.
Khususnya pada perkembangan Seni Modern Indonesia
di dunia.
S. Sudjojono
Pada masa depannya, organisasi yang sangat patriotik
ini berhasil memproteksi seni dari propaganda
Jepang khususnya untuk mensukseskan militer
Jepang.
POETERA dan Keimin Bunka Shidoso
6
POETERA| perkembangan
1942 – POETERA berdiri dan mulai memamerkan hasil
lukisan dari para seniman muda yang berdomisili di
Jakarta.
Pada tahun ini pula dipertunjukkan pameran solo dari
pelukis Basuki Abdullah, Affandi, Kartono Yudokusumo
dan Nyoman Ngendon. Setelah melihat hasil karya
Affandi, para pengamat seni percaya bahwa Seni
Indonesia bergerak ke arah yang benar.
Affandi
1943 - beberapa pameran diselenggarakan dan
masyarakat memiliki kesempatan untuk melihatnya.
1944 – Pemerintah Jepang membubarkan POETERA
setelah mereka menyadari bahwa perkembangan
Poetera ternyata lebih menguntungkan bagi bangsa
Indonesia.
7
KEIMIN BUNKA SHIDOSO
Keimin Bunka Shidoso
merupakan pusat kebudayaan
yang didirikan secara resmi oleh
pemerintah Jepang pada 1943.
Drinking Palm Beer | Agus Djaja
1964
Keimin Bunka Shidoso dan terdiri
dari berbagai aliran seni seperti
sastra, musik, tari, drama, film,
dan seni murni. Departemen
Seni Murni dipimpin oleh Agus
Djaja yang dahulu menjadi salah
satu pendiri PERSAGI.
8
KEIMIN BUNKA SHIDOSO|seniman
Untuk kegiatan lembaga ini pihak Jepang meminta
Sudjojono, Basuki Abdullah dan Subanto untuk
mengajarkan seni murni kepada para seniman baru.
Seniman baru ini banyak yang datang dari luar
Jakarta seperti Zaini, Nashar dan Moctar Apin dari
Sumatera Barat; Trubus dan Kusnadi dari Jawa
Tengah. Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Otto
Djaja dan Dullah merupakan seniman-seniman
pemula yang karyanya dipamerkan pada pameran
Keimin Bunka Shidoso.
Hendra Gunawan
(atas), Dullah (bawah)
9
KEIMIN BUNKA SHIDOSO| peran
Pusat kebudayaan yang mendedikasikan untuk
mempromosikan seni murni ini berhasil
membentuk ikatan yang baik antara seniman
dengan masyarakat.
Program ini menyediakan :
• Ruangan studio gambar dan fasilitas model
• Ruangan untuk berpameran
• Dana untuk melakukan perjalanan guna
menambah wawasan pelukis
Dullah
| Rambut Terurai
• Hadiah bagi para seniman yang berbakat.
•Memfasilitasi seniman Jepang untuk
memberikan workshop.
10
KEIMIN BUNKA SHIDOSO| perkembangan
1943 – Keimin Bunka Shidoso berdiri. Pada
pembukaan suatu pameran, pimpinan KBS,
Sanusi Pane menyampaikan bahwa para seniman
berusaha mencapai ciri khas berbasis budaya
Timur, walaupun lingkungan sekitarnya masih
sangat dipengaruhi budaya Barat.
1944 – Dibawah kepemimpinan Sudjono dan
Basuki Abdullah perkembangan seni lukis yang
semula bersifat kursus lebih difokuskan menjadi
lebih akademik.
Basuki Abdullah
1945 – Keimin Bunka Shidoso dibubarkan
bersama dengan runtuhnya pendudukan Jepang.
11
KARYA SENI | seniman pemula
Otto Djaja| Pertemuan|1947
Dullah
|Wanita Memintal
Hendra Gunawan
|Mengupas Petai
Kartono Yudokusumo
|Anggrek
12
KARYA SENI | Sudjojono & murid
S.Sudjojono
|Human Glamour
|1967
Trubus|Reclining
Nude|1956
13
KARYA SENI | Affandi & murid
Mochtar Apin
|Pemandangan Padang
|1948
Nashar
|Ingatan
Affandi|Pengemis, Ia berhenti, Ia
datang dan Ia pergi
14
KARYA SENI | Basuki Abdullah & murid
Kusnadi |Model|1959
Zaini|Rumah |1948
Basuki Abdullah
|Gadis Bali|1942
15
DAFTAR PUSTAKA
• Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1,
2 dan 3. Kanisius. Yogyakarta.
• Miksic, John (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 1 - Ancient
History. Didier Millet. Singapore
• Reid, Anthony (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 3 - Early
Modern History. Didier Millet. Singapore
• Tjahjono, G. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 6 Architecture. Didier Millet. Singapore
• Soemantri, H. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 7 - Visual Art.
Didier Millet. Singapore.
• Fox, James (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 9 – Religion and
Ritual. Didier Millet. Singapore
• McGlynn, J.H. (ed)(1998). Indonesian Heritage vol. 10 - Language
and literature. Didier Millet, Singapore