Document 9655650

Download Report

Transcript Document 9655650

Matakuliah
Tahun
: W0502 | SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
: 2009/2010
Seni rupa Indonesia
pada masa kolonial Belanda :
Kelompok seni Persagi
Pertemuan 9
PERSAGI | pengertian
Awal dari Seni Modern Indonesia
dianggap mulai sejak didirikannya
PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar
Indonesia) tanggal 23 Oktober
1938 oleh S. Sudjono dan
diketuai oleh Agus Djaja.
Kelompok ini berakhir pada awal
pendudukan Jepang 1942.
Anggota Persagi
3
PERSAGI | tujuan
S. Sudjojono
(1913-1986)
Agus Djaja
(1913-1994)
• Memperbaharui seni modern Indonesia dan
menemukan gaya nasional Indonesia
(melanjuti kritik S. Soedjojono terhadap
Mooi Indie). Seni sebagai refleksi dari
aspirasi suatu bangsa.
• Menghubungkan pencapaian seni dengan
aspirasi nasional . Seniman juga perlu
berpartisipasi untuk mencapai kebebasan
(kemerdekaan nasional).
• Merangsang sikap nasionalisme bangsa yang
tidak terperangkap masa lalu (pembebasan
terhadap kejayaan kesenian masa lalu)
4
PERSAGI | latar belakang
Faktor2 yang memotivasi berdirinya PERSAGI yaitu:
1. Suasana politik yang menginginkan kebebasan
dan kemerdekaan serta persamaan hak.
Terinspirasi oleh “Budi Utomo”, “Taman Siswa”
dan “Sumpah Pemuda” yang dianggap sebagai
langkah awal untuk usaha-usaha mencapai
kemerdekaan.
2. Perkembangan aktivitas budaya yang dimuat
dalam media cetak, mendorong adanya kegiatan
diskusi di antara sesama seniman.
S. Sudjojono
|Tjap Go Meh| 1940
3. Sistem pendidikan Nasional terus berkembang
terutama berkat rintisan Taman Siswa (Ki Hajar
Dewantara)
5
PERSAGI | seniman
PERSAGI beranggotakan 20 orang pelukis
dengan corak dan gaya masing-masing.
Mereka kebanyakan berangkat dari
pelukis reklame (iklan) di percetakan.
Diantaranya adalah: S. Sudjojono, Agus
Djaja, Sukirno, Suromo, Emiria S.
Soenassa, Abdul Salam, Herbert
Hutagalung, dll.
Agus Djaja
|Laki-laki Bali dan Ayam Jago
|1958
Para seniman tersebut kebanyakan
belajar secara otodidak, melakukan
studi-studi dan diskusi, termasuk tentang
seni lukis Barat untuk mengembangkan
gaya individu mereka.
6
PERSAGI | peran
Persagi berperan penting dalam
pembentukan dan pengembangan dasardasar seni rupa Indonesia, juga, puisi,
teater, penulis, jurnalistik bahkan politik,
terutama mendukung penyampaian
aspirasi masyarakat yang saat itu
memperjuangkan kemerdekaan
Agus Djaja
|Veteran Pulang |1975
Kelak, cita-cita PERSAGI untuk
menemukan suatu ‘gaya nasional’ terus
berlanjut, dan secara kuat mempengaruhi
kemajuan seni modern Indonesia.
7
PERSAGI | karya
S. Sudjojono
|Pemain Angklung|1956
Agus Djaja
|Di Arena Perang
8
PERSAGI | karya
Agus Djaja
|Permaisuri Berhias
Emiria Soenassa
|Peri Laut|1952
9
Hindia Molek VS Persagi
Persagi
Hindia Molek
• Romantisme budaya Feodal
• Nasionalisme
• Mengenang masa lampau
• Semangat Merdeka
• Nostalgia
• Nilai Ekonomi
• Budaya Masa Lampau
• Gaya akademi Eropa
• Keterikatan
•Profil Bangsawan, penduduk
pribumi dng busana tradisional,
landscape, Turistis, eksotisme
Idealisme
Motivasi
• Berjuang untuk masa depan
•Nilai Budaya
• Budaya Masa kini
• Gaya Otodidak
Gaya Ekspresi
• Kebebasan
• Keragaman gaya Ekspresi
Kecenderungan
Tema
• Profil Rakyat (kondisi
nyata), Lingkungan
Keseharian, Realistis
PERSAGI | pameran
Pameran pertama Persagi diselenggarakan
sekitar 1938 di toko buku Kolf, Jakarta.
Biasanya pameran seni diselenggarakan di
Gedung Pamer Kunstkring. Tapi permintaan
Persagi berpameran di sana ditolak karena
anggapan bahwa seniman Indonesia belum
sederajat seniman Barat.
S. Sudjojono
|Kerja Ibu
Namun setelah pameran tersebut diulas secara
positif oleh pelukis Belanda H.van Velthuysen,
maka Kunstkring mengundang Persagi untuk
berpameran di sana. Undangan tidak disiasiakan, maka tahun 1938 mereka
menyelenggarakan pameran kedua di Gedung
Kunstkring.
11
PERSAGI | kritik
Menanggapi pameran ex-anggota
Persagi pada 1947, seorang kritikus
Belanda J. Hopman mengkritik dengan
mengatakan lukisan-lukisan PERSAGI
tidak mencerminkan
ketimuran/oriental dan teknik yang
dipakai cenderung menggunakan
teknik Barat.
S. Sudjojono
|Istriku Roos Pandanwangi|1956
12
PERSAGI | kritik
Menurut Sudjojono untuk mencapai nilainilai identitas baru, sulit menghindari
pengaruh budaya asing. Bahkan pelukis
Barat seperti Van Gogh terpengaruh oleh
seni cetak Ukiyo-e Jepang, Gauguin
terpengaruh oleh kehidupan masyarakat
Tahiti, Picasso pun terpengaruh gaya-gaya
primitif patung Afrika ataupun Matisse
terinspirasi desain permadani Persia dan
Delacroix yang terinspirasi Maroko.
S. Sudjojono
|Di Depan Kelabu Terbuka
|1939
Jadi menurutnya, seni budaya yang saling
mempengaruhi diperbolehkan asalkan tidak
melakukan plagiatisme yang bersifat
mutlak.
13
DAFTAR PUSTAKA
• Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1,
2 dan 3. Kanisius. Yogyakarta.
• Miksic, John (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 1 - Ancient
History. Didier Millet. Singapore
• Reid, Anthony (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 3 - Early
Modern History. Didier Millet. Singapore
• Tjahjono, G. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 6 Architecture. Didier Millet. Singapore
• Soemantri, H. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 7 - Visual Art.
Didier Millet. Singapore.
• Fox, James (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 9 – Religion and
Ritual. Didier Millet. Singapore
• McGlynn, J.H. (ed)(1998). Indonesian Heritage vol. 10 - Language
and literature. Didier Millet, Singapore