KETENTUAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA GIOFEDI RAUF, SH.MH.

Download Report

Transcript KETENTUAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA GIOFEDI RAUF, SH.MH.

KETENTUAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA
GIOFEDI RAUF, SH.MH.
SUMBER HUKUM
Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor : 182/MPP/Kep/4/1998
Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor
•
•
•
•
•
•
•
•
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean;
Eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor;
Eksportir Terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat
pengakuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengekspor barang
tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona
ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
Barang Yang Diatur Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat
dilakukan oleh Eksportir Terdaftar;
Barang Yang Diawasi Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau
Pejabat yang ditunjuk;
Barang Yang Dilarang Ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor;
Barang Yang Bebas Ekspornya adalah barang yang tidak termasuk pengertian
butir e, f dan g.
JENIS IJIN EKSPOR
•
•
•
•
•
•
•
APE - Angka Pengenal Ekspor untuk Eksportir Umum, berlaku untuk jangka 5 tahun
dan dapat diperpanjang.
APES- Angka Pengenal Ekspor Sementara, berlaku untuk jangka 2 tahun dan tidak
dapat diperpanjang.
(APE maupun APES dikeluarkan oleh Kanwil. Departemen Perdagangan).
APET- Angka Pengenal Ekspor Terbatas, untuk perusahaan PMA / PMDN
(Penanaman Modal Asing/Penanam Modal Dalam Negeri).
APET(S)- Angka Pengenal Ekspor Terbatas Sementara.
(APET maupun APET(S) dikeluarkan oleh BKPM)
Ape(S) Produsen – diberikan kepada perusahaan yang selain melakukan kegiatan
produksi juga melakukan kegiatan ekspor bahan baku / penolong untuk proses
produksi industri di luar negeri. Eksportir produsen memperoleh izin yang
bersangkutan dari Menteri Perdagangan setelah ada surat rekomendasi dari Menteri
Perindustrian.
PASCA KEPMENDAG No. 331/Kp/XII/87 tanggal 23 Desember 1987
•
•
•
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); atau
Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
SUMBER HUKUM IMPOR
Nomor:229/MPP/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Impor
•
•
•
•
•
•
•
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.
Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona
ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
Barang yang diatur tata niaga impornya adalah barang yang impornya hanya
boleh dilakukan oleh perusahaan yang diakui dan disetujui oleh Menteri
Perindustrian dan Perdagangan untuk mengimpor barang yang bersangkutan;
Barang yang dilarang impornya adalah barang yang tidak boleh diimpor.
Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka
Pengenal Importir (API), Angka Pengenal Importir Sementara ( APIS ) atau Angka
Pengenal Importir Terbatas (APIT).
Ketentuan mengenai API diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan
Republik Indonesia Nomor: 253/mpp/kep/7/2000: tentang perubahan keputusan
menteri perindustrian dan perdagangan nomor. 550/mpp/kep/10/1999 tentang
angka pengenal importir (api)
api ada umum dan ada produsen (api-u, api-p)
MEKANISME MEMPEROLEH API
• API diterbitkan oleh Kepala KANWIL atas nama Menteri
di tempat kantor pusat
• perusahaan berdomisili.
• Setiap Perusahaan dagang hanya berhak memiliki 1
(satu) API-U dan setiap
• Perusahaan Industri hanya berhak memiliki 1 (satu) APIP.
• Perusahaan Dagang dan Perusahaan Industri
sebagaimana dimaksud pada Keputusan ini adalah
setiap bentuk usaha perorangan, persekutuan, koperasi
atau
• badan hukum yang berkedudukan di Indonesia.
MASA BERLAKU API
• Masa berlaku API selama 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal diterbitkannya API
tersebut.
• API dapat dipergunakan untuk
melaksanakan impor di seluruh Daerah
Pabean Republik Indonesia.
KEWAJIBAN PEMEGANG ANGKA PENGENAL
IMPORTIR (API)
•
•
•
Kegiatan usaha setiap 1 (satu) tahun;
Setiap perubahan nama, bentuk badan
usaha, pengurus dan alamat
perusahaan;
Penutupan perusahaan atau
penghentian kegiatan impor disertai
dengan pengembalian API asli.
SANKSI
• API dibekukan apabila perusahaan pemilik API/pengurus
perusahaan pemilik API :
– Sedang diperiksa oleh penyidik karena diduga melakukan tindak pidana
yangberkaitan dengan penyalahgunaan API;
– Tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Kepala Kanwil
mengenai kegiatan usaha setiap 1 (satu) tahun; setiap perubahan
nama, bentuk badan usaha, pengurus dan alamat perusahaan.
• API yang telah dibekukan, dapat dicairkan apabila :
• Telah dikeluarkannya perintah penghentian penyidikan oleh
Penyidik;
• Dinyatakan tidak bersalah/dibebaskan dari segala tuntutan hukum
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dengan
melampirkan amar pengadilan; atau
• Telah melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Kepala
Kanwil mengenai kegiatan usaha setiap 1 (satu) tahun; setiap
perubahan nama, bentuk badan usaha, pengurus dan alamat
perusahaan.
SANKSI
•
API dicabut apabila perusahaan pemilik API / pengurus perusahaan pemilik
API :
1. Tidak melaksanakan kewajibannya melapor sebanyak 2 (dua) kali mengnai
kegiatam usaha kepada kepala Kanwil;
2. Tidak melaksanakan kewajibannya pemberitahuan perubahan nama, bentuk
badan usaha, pengurus dan alamat perusahaan. selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal pembekuan;
3. Memalsukan, mengubah, menambah dan/atau mengganti surat yang diberikan
oleh Instansi lain, dengan maksud untuk mendapatkan surat persetujuan
dan/atau surat keterangan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
4. Memalsukan, mengubah, menambah dan/atau mengganti surat yang diberikan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
5. Mengubah, menambah dan/atau mengganti isi yang tercantum dalam API;
6. Mengimpor barang yang jumlahnya dan/atau jenisnya tidak sesuai dengan
persetujuan impor yang diberikan Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
7. Memperjualbelikan dan/atau memindahtangankan barang impor yang dalam
surat persetujuan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan ditetapkan
hanya untuk kebutuhan sendiri; atau
8. Dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tindak pidana yang berkaitan dengan
penyalahgunaan API dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
9. Apabila telah dicabut karena tidak melapor sebanyak 2 kali, boleh ajukan
permohonan baru setelah 3 tahun.
PENGECUALIAN
DIKECUALIKAN DARI KETENTUAN 1-8 :
•
Perusahaan atau Perorangan yang mengimpor barang sebagai
berikut:
•
Barang pindahan;
•
Barang impor sementara;
•
Barang kiriman, hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal,
sosial, atau kebudayaan;
•
Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya
yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
•
Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya
yang bertugas di Indonesia;
•
Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan.
•
Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru, ketentuan ini
tidak berlaku untuk pengimpor kapal niaga dan kapal ikan.
PROSEDUR EKSPOR
1. Syarat Ekspor
•
Secara umum persyaratan untuk ekspor adalah sebagai berikut :
•
Memiliki Surat Idjin Usaha Perdagangan (SIUP), untuk mendapatkannya
perusahaan dapat mengajukan permohonan melalui Kantor Departemen
Perdagangan (Kandepdag), atau
•
Memiliki Surat Ijin Usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga
Pemerintah non Teknis lainnya berdasarkan peraturanyang berlaku.
2. Kelompok Mata dagangan Ekspor
3. Kode HS / The Harmonized System
4. Kontrak dan Syarat-Syarat Penjualan / Terms of Sale
5. Terms Penjualan
6. Standar dan Pengawasan Mutu
BEA CUKAI
DASAR HUKUM : instruksi Presiden No. 4 tahun 1985
A. Bea dan Cukai
•
Peraturan mengenai operasi Bea dan Cukai ditetapkan dalam instruksi
Presiden No. 4 tahun 1985 mengenai kebijaksanaan untuk melancarkan
kegiatan ekonomi. Penerapan prosedur Bea dan Cukai dalam bidang ekspor
dan impor termuat dalam surat keputusan Menteri Keuangan. Pasal-pasal
dalam keputusan tersebut yang ada hubungannya dengan ekspor dapat
ditingkatkan sebagai berikut:
1. Barang - barang ekspor tidak dikenakan pemeriksaan Bea dan Cukai.
2. Pengecualian hanya bisa dilakukan, apabila terdapat kecurigaan, bahwa :
•
Barang ekspor ekspor tersebut merupakan barang yang ekspornya dilarang,
diatur atau diawasi.
•
Barang ekspor tersebut kena pajak ekspor (PE) atau ekspor tambahan (PE),
dan ini tidak disebutkan dengan benar dalam PEB.
•
PEMERIKSAAN