Document 7469312

Download Report

Transcript Document 7469312

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN (B3)
Salah satu jenis limbah yang banyak
dibicarakan karena memerlukan
pengelolaan khusus adalah limbah
yang tergolong
Bahan Berbahaya dan Beracun
(disingkat B3)
Ada 14 ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan limbah
B3
meliputi Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup
LIMBAH B3 MENURUT PP.18 / 1999
jo PP No. 85 /1999
Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan
dan
atau beracun yang karena sifat
konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan atau merusakkan
lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan manusia serta mahluk hidup lain.
BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah
bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahkluk hidup lainnya
(PP 74/2001)
Peraturan Per-UU-an PENGELOLAAN LIMBAH B3
UU No 23
Th 1997
Peraturan Pemerintah
Pasal
01
17
20 + 21
35 + 36
43
49
PP 19/1994
PP 12/1995
PP 18/1999
 PP 85/1999
 PP 74/2001
UMUM
-Ijin Pengelolaan
-Ijin Penyimpanan dan
Pengumpulan
-Pengolahan
-Penimbunan
-Simbol dan Label
-Dokumen Limbah B3
Kep Ka Bapedal
Kep Men LH
Cari dan Pelajari !!
KHUSUS
-Pengumpulan
Pelumas Bekas
-Program Kendali B3
-Pengawasan oleh
Daerah
Penentuan Limbah B3
• Penentuan Limbah B3 tergantung pada aplikasi
serangkaian kriteria tertentu, yaitu :
- Daftar spesifik bahan kimia dan turunannya
- Kriteria ditetapkan melalui pengujian Toxicity
Chracteristics Leaching Procedure (TCLP)
• Gabungan kedua metode tersebut diatas.
Menentukan Limbah B3
Identifikasi
Jenis limbah
Cocok dgn
Daftar Limbah B3
Ya
Limbah B3
Tidak
Periksa
Kharakteristik
Ya
Limbah B3
Tidak
Lakukan uji
Toksikologi
LD50
Tidak
Bukan Limbah B3
Ya
Limbah B3
Identifikasi Bahaya
SUMBER LIMBAH :
- Kegiatan Domestik
- Kegiatan Industri dan Jasa
- Sisa Pemakaian
- Barang Off-spec
- Kadaluwarsa
- Tumpahan/bocoran, dll
Limbah B3
Limbah
Industri
Limbah
Radioaktif
Limbah
Domestik
Limbah
Non – B3
Prinsip Pengelolaan B3
• Jangan memproduksi
limbah B3
• Minimisasi Limbah B3
• Reduction, Recovery,
Reuse dan Recycling
• Pembuangan secara
aman (tidak
membahayakan
kesehatan masyarakat
dan lingkungan hidup)
Komponen Dalam Sistem Pengelolaan Limbah B3
Perolehan Kembali
Penggunaan Kembali
Penghasil Limbah
Penyimpanan
“On Site”
Penyimpanan
Sementara
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengangkutan
Pengangkutan
Pengolahan
Pembuangan
Akhir
Penanganan Limbah B3 terdiri dari :
1.
Penandaan Limbah B3
2.
Kemasan Limbah B3
3.
Penyimpanan Limbah B3
4.
Pengumpulan Limbah B3
5.
Pengangkutan Limbah B3
Label & Symbols
•
Pemberian simbol dan label pada setiap kemasan B3 dimaksudkan untuk
mengetahui klasifikasi B3 sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan
baik guna mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari B3
– Label
•
–
Tulisan yang menunjukkan antara
lain karakteristik dan jenis bahan
kimia berbaya & beracun.
Symbol
•
Gambar yang menyatakan karakteristik
bahan kimia berbaya & beracun.
Klasifikasi Bahan Kimia
•
•
•
•
PPRI 74/2001
US – DOT
NFPA 704 M
HMIS/HMIG
Klasifikasi
• PPRI 74/2001
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
mudah meledak (explosive); LPG, Mg
pengoksidasi (oxidizing);
sangat mudah sekali menyala ( extremely flammable );
sangat mudah menyala ( highly flammable );
mudah menyala (flammable); Mg
amat sangat beracun (extremely toxic );
sangat beracun ( highly toxic);
beracun (moderately Toxic ); Battery
berbahaya (harmful ); Chloroform
korosif (corrosive); Iodine
bersifat iritasi (iritant);
berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment); Solar, Oli
bekas, CFC
karsinogenik (carcinognenic ); Cromium, Asbestos,
teratogenik (teratogenic); Smoke detektor
mutagenik (mutagenic).
Klasifikasi

US - DOT
Klasifikasi

NFPA 704 M

HMIS/HMIG
Hazard Labels
• NFPA 704 M

HMIS/HMIG
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
 Menggunakan sistem kode warna dan angka (NFPA)
Flammability
(merah)
Reactivity
(kuning)
4
3
2
Health Hazard
(biru)
Oxy
Other Hazards
(putih)
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
 Menggunakan sistem kode warna dan angka (NFPA)
Dalam Kode tersebut digunakan angka 0 - 4
untuk menjelaskan tingkat bahayanya.




Health Hazards (bahaya thd kesehatan)
Flammability (Potensi menimbulkan kebakaran)
Reactivity ( Sifat reaktifitas bahan)
Others (bahaya lain) spt Radiasi, Korosi, dll
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 1 :
Bahan-bahan
mudah meledak
(Explosives)
Contoh :
Amunisi,
Amonium Picrate.
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 2 : Gas-gas
Gas yang mudah terbakar
(Flammable Gas)
Contoh : Gas Alam
Gas bertekanan yang tidak
mudah terbakar (Non
Flammable Compressed Gas)
Contoh : Nitrogen
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 3 :
Flammable Liquids
(Cairan mudah menyala)
Bahan kimia cair yang
mudah terbakar
Contoh : Acetonitrile,
Acetone, CS2, LPG.
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 4 :
Bahan kimia padat yang
mudah menyala
(Flammable Solid)
Bahan kimia padat yang
mudah menyala
(Flammable Solid)
Contoh : Benlate dan
Benomyl Composition.
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 5 :
Oxidizing Agents &
Organic Peroxide
(Cairan mudah
menyala)
Contoh :
Calcium Hypochlorite,
H2O2, Acetyl
Peroxide.
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 6 :
Bahan Beracun
(Toxic/Poison)
Bahan kimia
beracun (Toxic
Substances)
Contoh :
Lannate 25 WP,
Methomyl Comp,
Chloroform,
CCl4,
Dimethyl
Sulphate.
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 7 :
Bahan Radioaktif
(Radioactive Materials)
Bahan Radioaktif
adalah bahan kimia
yang mempunyai
kemampuan
memancarkan sinar
radioaktif dgn aktivitas
jenis lebih besar dari
0.002 microcurie/gram
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 8 :
Bahan Korosif
(Corrosive Substances)
Yaitu bahan kimia yang
dapat mengakibatkan
kerusakan apabila
kontak dengan jaringan
hidup atau bahan
lainnya.
Contoh : Asam asetat,
HCl, H2SO4, HNO3,
NaOH, KOH, NH4OH.
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya
Kelas 9 :
Bh Kimia Lainnya
(Miscellaneous),
yaitu yg bersifat
membahayakan
lingkungan :
Misalnya :
Marine Pollutant,
Environmentally
hazardous
substance.
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
 Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung
Botol baja/tabung gas untuk gas-gas yang menyebabkan
tercekik/kekurangan zat asam berwarna abu-abu.
Contoh : Nitrogen, Karbondioksida, Gas Mulia (Argon,
Helium)
Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas-gas mudah
terbakar dan atau meledak dicat berwarna merah kecuali
untuk botol baja gas minyak cair/elpiji dicat warna biru
dengan tanda warna merah pd bag sekeliling valvenya.
Contoh : Hidrogen, Asetilen, Metana, dll.
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
 Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung
Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas beracun
dicat warna kuning tua.
Contoh : Arsine, Pestisida, Asam klorida, dll
Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas yang
menyengat dicat warna kuning muda.
Contoh : Amoniak, Boron Trichlorida, Metil Chlorida, dll.
Botol baja/tabung gas bertekanan untuk zat asam dan
gas-gas pengoksida dicat warna biru muda.
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
 Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung
Botol baja/tabung gas untuk gas-gas campuran dicat warna
gabungan dr masing-2 kelompok gas yg dicampurkan.
Contoh : campuran 10% CO dan 90% Argon digunakan
warna untuk gas mudah terbakar dengan gas beracun.
Botol baja/tabung gas bertekanan kelompok gas untuk
keperluan rumah sakit dicat warna putih.
Contoh : Oksigen, Steril gas, dll
Pada bag badan botol diberi tulisan sablon hitam nama gas.
Kemasan Limbah B3
Prinsip-prinsip kemasan B3 :
• Limbah B3 atau bahan lain yg tidak selaras tidak boleh
disimpan dalam kemasan yg sama ;
• Jika kemasan rusak atau karat, terdapat kerusakan fisik,
bocor, isinya harus dikeluarkan dan dikemas kembali;
• Untuk mencegah risiko selama penyimpanan, kemasan
hrs dirancang dgn memperhitungkan peningkatan
perluasan, formasi gas atau tekanan
Prinsip-prinsip kemasan B3 :
• Kemasan yang memuat limbah B3 harus ditandai dan
disimpan secara konsisten menurut peraturan
BAPEDAL untuk pengemasan;
• Kemasan yang memuat limbah B3 harus diinspeksi
minimum 1 X / minggu, dimaksudkan untuk mnegaskan
bahwa kemasan tidak rusak dan tidak bocor;
• Kemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus
dicatat sebagai bagian normal dari aktivitas
pengolahan limbah B3
Pra Kemasan B3 :
• Setiap produsen/pengumpul limbah B3 harus
mengetahui sifat-sifat bahaya dari seluruh limbah
yang dihasilkan atau dikumpulkan;
• Sifat kemasan dan bahan yang dipakai harus
sesuai dengan sifat limbah yang dikemas :
- Dalam kondisi baik
- Tidak rusak
- Bebas karat
- Tidak bocor
Persyaratan Kemasan B3 :
• Bentuk, ukuran, dan bahan yang dipergunakan untuk
kemasan harus sesuai dengan sifat limbah dalam hal
keamanan, kemudahan penggunaannya;
• Kemasan dapat terbuat dari :
- Plastik : HDPE, PP, PCV, Teflon
- Logam : Baja karbon, SS304, SS316 dan SS440
- Bahan lainnya yg tak bereaksi dgn limbah yg termuat
Handling / Penyimpanan B3 dlm Tangki
•
Harus ijin ke BAPEDAL (Kep 01/Bapedal/09/1995)
dengan rincian :
- Sifat limbah B3 yg akan disimpan
- Rancangan sistem tangkai
dgn peralatan tambahan yang akan dipasang
- Evaluasi kemungkinan karat
- Masa hidup operasional yang diprakirakan
- Renvana penghentian dan pasca penggunaan
Handling
•
Ruang Penyimpanan
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Bahan kimia mudah terbakar di simpan dalam tempat yang cukup
dingin.
Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
Ruangan terlindung dari genangan air, dan hujan.
Sistem deteksi alarm (asap/panas) harus tersedia.
Bahan kimia mudah terbakar tidak dicampur dengan bahan yang
bersifat oksidator.
Tabung silinder bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri
dan diikat dengan kuat. Keran silinder harus ditutup (diberi cup) .
Tersedianya lembar data keselamatan bahan (CSDS/MSDS).
Tersedianya alat pemadam api (mudah dijangkau).
Adanya tanda larangan untuk merokok.
Gunakanlah system FIFO.
Pengumpulan Limbah B3
Syarat lokasi pengumpulan limbah B3 :
• Paling tidak berukuran 1 Ha;
• Lokasi bebas banjir;
• Berjarak cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem ttt
- 150 m dari jalan utama, 50 m dari jalan lain
- 300 m dari fasilitas umum (perumahan, hotel, restoran)
- 300 m dari perairan, garis pasang-surut tertinggi,
sungai, daerah pasang surut, empang, danau, dll.
- 300 m dari areal yang dilindungi spt cagar alam, hutan
lindung, dsb.
Fasilitas Lokasi
Pengumpulan Limbah B3
1.
Bangunan pengumpulan dgn
laboratorium dan fasilitas pencucian
2.
Pemuatan dan pembongkaran
kendaraan
3.
Tanggap darurat dan pengelolaan
tumpahan
Pengangkutan
– Gunakan alat transport yang sesuai untuk
memindahkan bahan kimia.
– Memastikan bahwa bahan kimia yang diangkut
tidak mengalami kebocoran.
•
Pengangkutan
– Mempersiapkan & memeriksa alat bongkar muat dan
peralatan pengaman darurat.
– Kendaraan dioperasikan oleh awak kendaraan yang
memiliki kualifikasi dibidang angkutan
– Kendaraan dilengkapi dengan alat pemadam api ringan.
– Periksa apakah bahan kimia telah dilengkapi dengan
dokumen! Nomor emergensi & personel yang perlu
dihubungi.
– Ketahuilah cara menangani bila terjadi tumpahan.
– Jangan meninggalkan kendaraan tanpa adanya pengawasan.
– Jangan menyalakan mesin bila sedang menaikkan atau
menurunkan barang, serta tidak berada dalam kabin.
– Jangan merokok bila sedang menaikkan atau menurunkan
barang.
Pengangkutan

Pengangkutan

KepMenHub No.KM 69/1993
Angkutan Barang di Jalan
tentang
Penyelenggaraan
PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi)
Customer
Sampel
Uji Sampel
Pengolahan
Pembuangan
Hasil Analisa
Biaya
Ruang Lingkup
Surat Penawaran
Ttd. Kontrak
Schedulling
Pengumpulan
Limbah sampai
Pengujian
Tidak Sesuai
Sesuai
Pengolahan
Pembuangan
Pengangkutan
Manajemen Penyimpanan Limbah di PPLi:
- Memisahkan berdasarkan karakteristik limbah masing-masing.
- Limbah disimpan di drum storage dengan pelabelan
- Dihindarkan dari panas
-Limbah berupa ceceran akan dimasukkan ke dalam bangunan
pengolah limbah.
- Limbah organik disimpan digudang penyimpanan selama +/- 2-3 hari.
Solidification dan Stabilisation
Co-Processing and Thermal Destruction
P-Chem Treatment & Biological Treatment
Oil Sludge Treatment
Bioremediation
Landfill
Sequencing Batch Reactor
Proses stabilisasi merupakan :
- Rangkaian dari berbagai bentuk pengolahan awal
secara kimia
- Dicampur dengan semen Portland, fly ash dan
bahan pemadat lainnya, air, serta bahan kimia
lain.
- Limbah stabil ditimbun dengan aman di landfill.
Co-Processing and Thermal Destruction :
-Pemusnahan limbah dengan pemanasan.
Limbah B3 organik dicampur dengan produk
petroleum sehingga dihasilkan bahan bakar
sintetis (shyntetic fuel).
-Produk akhir dari pencampuran ini akan diuji di
laboratorium agar spesifikasinya konsisten
dengan standar International.
- Temperatur pembakaran sangat tinggi (1.200 –
1.400 0C) dan waktu tinggal lama di dalam tanur.
P-Chem Treatment & Biological Treatment :
-. Proses kombinasi pengolahan secara fisika maupun kimia, ditambah
dengan proses biologi
- Dilengkapi dengan tahap pengolahan “artificial wetland” (perencanaan
lahan basah)  mencapai standar kebersihan yang paling tinggi untuk air
buangan.
-Untuk limbah cair yang memiliki tingkat asam-basa yang tinggi maka
dilakukan penetralan terlebih dahulu didalam “buffer pond” dengan tambahan
bahan kimia yang dapat menetralkan asam dan basa..
Oil Sludge Treatment System – OSTS (Sistem Pengolahan Lumpur
Minyak)
- Proses yang mampu memisahkan dan mengambil ulang minyak dari
lumpur minyak (oil sludge).
- Teknologi ini memadukan berbagai proses, antara lain : centrifuge, sistem
purifikasi, dan stabilisasi.
- Setelah dipisahkan dan dipurifikasi, minyak yang diperoleh dapat diguna
ulang baik oleh pelanggan sendiri ataupun PPLi.
- Residu padat hasil pemisahan ditimbun di secure landfill PPLi atau
dimusnahkan secara thermal.
- Air limbah produk pemisahan dapat diolah di PPLi (ataupun di lokasi
pelanggan) untuk memenuhi baku mutu buangan.
-
Bioremediation
Dengan memanfaatkan bakteri aktif dan proses hayati alami
Mengolah berbagai jenis limbah seperti
lumpur minyak, tar, tanah dan air tanah yang
terkontaminasi hidrokarbon.
- Air tanah yang tercemar oleh pelarut organik
ataupun hidrokarbon volatile lainnya,
diolah dengan ekstraksi uap
dalam proses in-situbio – treatment.
Landfill Limbah B3
Landfill B3 di PPLi dirancang sesuai dengan standar Indonesia, Bank
Dunia, dan USEPA.
Limbah-limbah B3 tertentu yang dihasilkan oleh perusahaan dapat
ditimbun langsung di landfill limbah B3.
Metoda dan bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi landfill
dijamin integritasnya.
Air yang meresap melalui limbah B3 (disebut lindi) ditangkap oleh
lapisan HDPE (High Density Polyethilen) yang kedap air.
SALAH SATU BAHAN TERGOLONG B3
ADALAH LOGAM BERAT
SEPERTI : Pb , Hg
DAN
PHENOL & TURUNANNYA
Jenis zat
beracun
Jenis
bahan
Akibat keracunan
dan gangguan
Logam /
metaloid
Pb (TEL, PbCO3)
Hg
Cd
Cr
As
P
- Syaraf, ginjal, dan darah
Bahan
pelarut
Hidrokarbonalifatik
(bensin, kerosin)
Hidrokarbon terhalogena
si (CC4, CHCl3)
Alkohol
Pusing dan koma
-
Syaraf, ginjal
Hati, ginjal, darah
Kanker
Iritasi, kanker
Metabaolisme karbohidrat,
lemak, protein
Hati dan ginjal
Syaraf pusat, leukeumia
Jenis zat
beracun
Gas-gas
beracun
Jenis
bahan
Aspiksian sederhana
(N2,Ar,He)
Aspiksian kimia
- HCN
- H2S
- CO
Karsinogen
Benzene
Asbes
Bensidin
Kroom
Naftilamin
Vinil khlorida
Akibat keracunan
dan gangaguan
Sesak napas, kekurangan oksigen
Pusing, sesak napas
Sesak napas, kejang, hilang
kesadaran
Sesak napas, otak, jantung, syaraf,
hilang kesadaran
Leukeumia
Paru-paru
Kandung kencing
Paru-paru
Paru-paru
Hari, paru-paru, syaraf pusat, darah
Sequencing Batch Reactor
Cairan yang bersentuhan dengan limbah disebut
lindi. Cairan tersebut bisa berupa air hujan,
uap air di dalam limbah yang diproses dan
hasil dekomposisi. Manajemen lindi adalah
bagian yang penting terhadap upaya
perlindungan lingkungan.
Lindi diolah di unit pengolahan biologi.
Untuk memenuhi standar kualitas air buangan.
PPLi secara kontinyu memompa lindi dari
sistem pengumpul lindi yang terdapat di
dasar landfill dan juga dari sumber lainnya.
Karena PPLi memindahkan lindi tersebut pada
saat lindi tersebut dihasilkan, maka PPLi
telah meminimumkan resiko lingkungan di
area tersebut.
-
Audit Lingkungan
Unit Tanggap Darurat
Pemantauan Lingkungan
Pemantauan pasca
operasi
Program pelatihan