TOPIK 1 LOGIKA PERTEMUAN 1 PERNYATAAN PENGHUBUNG PERNYATAAN PERNYATAAN Adalah kalimat yang mempunyai nilai kebenaran (benar/salah)  Contoh:  – UKSW berada di Salatiga.

Download Report

Transcript TOPIK 1 LOGIKA PERTEMUAN 1 PERNYATAAN PENGHUBUNG PERNYATAAN PERNYATAAN Adalah kalimat yang mempunyai nilai kebenaran (benar/salah)  Contoh:  – UKSW berada di Salatiga.

TOPIK 1
LOGIKA
PERTEMUAN 1
PERNYATAAN
PENGHUBUNG PERNYATAAN
PERNYATAAN
Adalah kalimat yang mempunyai nilai
kebenaran (benar/salah)
 Contoh:

– UKSW berada di Salatiga. (pernyataan benar)
– 5+3=9. (pernyataan salah)
– 100+1=101. (pernyataan, benar/salah
tergantung konteks biner/desimal)
– Meja itu besar. (bukan pernyataan)
– Apa hobimu? (bukan pernyataan)
PENGHUBUNG PERNYATAAN (1)
Untuk membuat pernyataan yang lebih kompleks
dari pernyataan-pernyataan yang lebih
sederhana dibutuhkan penghubung.
 Pernyataan-pernyataan yang lebih kompleks ini
disebut pernyataan majemuk (compound
statement). Jadi pernyataan primer atau atomik
adalah pernyataan-pernyataan yang tidak
mempunyai penghubung. Dalam pembahasan ini
suatu pernyataan akan diberi nama dengan
huruf kapital.

PENGHUBUNG PERNYATAAN (2)
Negasi (NOT atau Inversi)
 Konjungsi (AND)
 Disjungsi (OR)
 Kondisi (Conditional)/Implikasi
 Kondisi Ganda (Biconditional)/Biimplikasi

NEGASI (1)
Notasi: ¬ atau ~ atau ¯ atau ’
 Negasi pernyataan P adalah suatu pernyataan
~P yang mempunyai nilai kebenaran berlawanan
dari nilai kebenaran pernyataan semula.
 Contoh:

– P : Hari ini hujan.
– Q : Hari ini panas.
Maka pernyataan NOT dari P dan Q adalah
– ~P: Hari ini tidak hujan.
– ~Q: Hari ini tidak panas.
NEGASI (2)

Tabel Kebenaran

Rangkaian Logika
DISJUNGSI (1)
Notasi:  atau + atau 
 Disjungsi dari dua pernyataan P dan Q adalah
suatu pernyataan P  Q yang mempunyai nilai
kebenaran T jika P atau Q atau keduanya
mempunyai nilai kebenaran T, selain itu P  Q
bernilai F.
 Contoh:

P: Hari ini hujan.
Q: Ada 10 kamar dalam rumah ini.
P  Q: Hari ini hujan atau ada 10 kamar dalam rumah
ini.
DISJUNGSI (2)



Saya akan menonton pertandingan di tv atau pergi ke
lapangan pertandingan.
“atau” dipakai dalam bentuk yang eksklusif untuk memilih
salah satu dari dua alternatif tetapi tidak keduanya (P
atau Q saja tetapi tidak P dan Q).
Ada sesuatu yang salah dengan bolam itu atau dengan
pengabelannya.
“atau” dipakai dalam bentuk yang inklusif yaitu bisa salah
satu atau kedua alternatif terjadi (P, atau Q atau P dan
Q). “atau” digunakan seperti yang dimaksud (simbol ).
Dua atau tiga orang cedera dalam kecelakaan itu.
“atau” tidak ditujukan dalam arti Penghubung yang
dimaksudkan tetapi mengenai jumlah orang dalam
kejadian itu.
DISJUNGSI (3)
Sifat simetri: P  Q = Q  P.
 Negasi P  Q adalah ~P  ~Q.
 Tabel Kebenaran:

DISJUNGSI (4)

Rangkaian Logika:
KONJUNGSI (1)
Notasi: , . , , atau 
 Konjungsi dari dua pernyataan P dan Q adalah
suatu pernyataan P  Q yang mempunyai nilai
kebenaran T bila P dan Q keduanya mempunyai
nilai kebenaran T, selain itu P  Q bernilai F.
 Contoh:

P: Hari ini hujan.
Q: Ada 10 kamar dalam rumah ini.
P  Q: Hari ini hujan dan ada 10 kamar dalam rumah
ini.
KONJUNGSI (2)



Mawar berwarna merah dan kucing berwarna hitam.
“dan” digunakan seperti yang dimaksud (simbol ).
Prinsip simetri berlaku. PQ = QP
Inem membuka pintu dan berjalan masuk.
“dan” berarti “kemudian” karena “berjalan masuk” terjadi
setelah “Inem membuka pintu”  tidak dapat
diterjemahkan dengan . Prinsip simetri tidak berlaku.
PQ  QP
Inem dan Ponim bersaudara.
“dan” bukan penghubung, karena hanya satu kalimat
bukan dua kalimat setara yang dihubungkan dengan
AND. Bila dipecah, akan menjadi kalimat berita tidak
lengkap. “Inem bersaudara”. Kalimat menjadi tidak
lengkap karena bersaudara dengan siapa?.
KONJUNGSI (3)
Sifat simetri: P  Q = Q  P.
 Negasi P  Q adalah ~P  ~Q.
 Tabel Kebenaran:

KONJUNGSI (4)

Rangkaian Logika:
IMPLIKASI (1)
Notasi: 
 Jika P dan Q adalah dua pernyataan, maka
implikasi pernyataan P  Q dapat dibaca
sebagai IF P, THEN Q. P dan Q adalah suatu
pernyataan conditional. P disebut antecedent
dan Q adalah consequent.
 Implikasi tidak mempunyai sifat simetri dalam
arti bahwa PQ tidak sama dengan QP.

IMPLIKASI (2)

Contoh:
– P : Langit cerah hari ini. Q: 2+7 >4.
PQ : Jika langit cerah hari ini, maka 2+7 >4.
– P: Ibu ke pasar. Q: Didi ke sekolah.
PQ : Jika ibu ke pasar, maka Didi ke sekolah.
– Tulis dalam bentuk simbolis: “Kalau William
mengambil Kalkulus atau Harry mengambil Sosiologi,
maka Charles akan mengambil Bahasa Inggris.”
J: William mengambil Kalkulus.
K: Harry mengambil Sosiologi.
L: Charles mengambil Bahasa Inggris.
Hasilnya adalah: (J  K)  L
IMPLIKASI (3)
P  Q  (ekuivalen dengan) ~P  Q.
Buktikan dengan tabel kebenaran!
 ~(P  Q)  ~(~P  Q)  P  ~Q.
 Tabel Kebenaran:

IMPLIKASI (4)

Dari suatu implikasi, bisa dibentuk
implikasi yang lain, yaitu:
– Konvers (Q  P)
– Invers (~P  ~Q)
– Kontraposisi (~Q  ~P)
P  Q  ~Q  ~P
 Buktikan dengan tabel kebenaran!


Jika saya tidak masuk, maka kalian senang.
Kn: Jika kalian senang, maka saya tidak masuk.
In: Jika saya masuk, maka kalian tidak senang.
Kt: Jika kalian tidak senang, maka saya masuk.
Ng: Saya tidak masuk dan kalian tidak senang.
BIIMPLIKASI (1)
Notasi: 
 Jika P dan Q adalah dua pernyataan, maka
biimplikasi pernyataan P  Q (dibaca P
jika dan hanya jika Q) mempunyai nilai T
bilamana baik P dan Q keduanya
mempunyai nilai kebenaran yang sama.
 PQ mempunyai sifat simetri yaitu:
PQ = QP.

BIIMPLIKASI (2)

Contoh:
– P=Q jika dan hanya jika PQ dan QP.
P  Q  (PQ)  (QP)
 Tabel Kebenaran:

TAUTOLOGI dan KONTRADIKSI
Tautologi adalah pernyataan yang nilainya
selalu benar.
 Contoh: P  ~P (buktikan!)
 Kontradiksi adalah pernyataan yang
nilainya selalu salah.
 Contoh: P  ~P (buktikan!)

KONVERS, INVERS,
KONTRAPOSISI (1)

Jika A merupakan suatu bujursangkar
atau trapesium, maka A merupakan
suatu 4 persegi panjang.
Kn:
In:
Kt:
Ng:
KONVERS, INVERS,
KONTRAPOSISI (2)

Jika n adalah bilangan prima > 2 dan n
bulat, maka n adalah bilangan ganjil.
Kn:
In:
Kt:
Ng:
PERTEMUAN 2
EKUIVALENSI SUATU FORMULA
Ekuivalensi dari Suatu Formula (1)

Misalkan A dan B adalah 2 pernyataan dan
P1, P2, …, Pn adalah variabel dalam A dan
B. Jika seluruh nilai kebenaran dari A
sama dengan nilai kebenaran B untuk
setiap kombinasi nilai-nilai kebenaran yang
diberikan pada P1, P2, …, Pn, maka A dan
B adalah ekuivalen.

Menentukan ke-ekuivalensi-an suatu
formula:
– Menurunkan ruas kiri sehingga didapat ruas
kanan
– Menurunkan ruas kanan sehingga didapat
ruas kiri
– Menurunkan ruas kiri dan kanan sehingga
didapat formula yang sama
Ekuivalensi dari Suatu Formula (2)

Contoh:
–  (P)  P
– PPP
– (P  P)  Q  Q
Rumus Ekuivalensi Tambahan









P  Q ≡ ~P  Q ≡ ~Q  ~P
~(P  Q) ≡ P  ~Q
P  (QR) ≡ (P  Q) R
~(P  Q) ≡ P  ~Q
P  Q ≡ (PQ)  (QP)
(P  Q) ≡ (P  Q)  (~P  ~Q)
Q  P ≡ ~P  ~Q
P  ~Q ≡ Q  ~P
Q  ~P ≡ P  ~Q
Contoh Soal

Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat
berikut dengan tabel kebenaran dan
dengan rumus ekuivalensi:
1.
2.
3.
4.
5.
~ (p  ~q )  (~p  ~q ) ≡ ~p
~ ((~ p  q )  (~p  ~q ))  (p  q) ≡ p
(p  (~ (~p  q)))  (p  q) ≡ p
P  (Q  R) ≡ P (~Q  R) ≡ (PQ)  R
(~P  (~Q  R))  (Q  R)  (P  R) ≡ R

Apakah pernyataan-pernyataan berikut
ekuivalen? (bukti dengan rumus ekuivalensi)
1. ((P  Q)  ~(~P  (~Q  ~R))) 
(~P  ~Q)  (~P  ~R) ≡ T
2. ((~P  Q)  (P  ~R))  (~P  ~Q) ≡
~(P  R)
3. (R  P)  ((~R  (P  Q))  (R  Q)) ≡ P  Q
4. (P  Q)  (~P  (~P  Q)) ≡ ~P  Q
5. ~(P  Q)  (~P  (~P  Q)) ≡ ~P  Q
PERTEMUAN 3
KALKULUS PREDIKAT/
KALIMAT BERKUANTOR
PENARIKAN KESIMPULAN
PEMBUKTIAN MATEMATIKA
Pendahuluan
Telah dibahas kalimat-kalimat yang
dihubungkan kata penghubung tertentu.
Akan tetapi, kalimat yang dibicarakan
tidak memandang banyaknya obyek yang
terlibat di dalamnya.
 Akan dibahas konsep logika yang diperluas
dengan cara menyertakan jumlah
(kuantitas) obyek yang terlibat di
dalamnya.

Predikat (1)
Dalam tata bahasa, predikat menunjuk pada
bagian kalimat yang memberi informasi tentang
subjek.
 Contoh:

– “… terbang ke bulan”
– “… lebih tebal dari kamus”
yang merupakan kalimat tidak lengkap. Agar
menjadi suatu kalimat yang lengkap, haruslah
disubstitusikan subyek di bagian depan kalimat.
Misalnya, subyek “Buku ini” disubstitusikan pada
kalimat “… lebih tebal dari kamus”, menjadi
“Buku ini lebih tebal dari kamus”.
Predikat (2)
Dalam ilmu logika, kalimat-kalimat yang
memerlukan subyek disebut predikat. Jadi,
misalkan p : “terbang ke bulan” dan q : “lebih
tebal dari kamus”, maka baik p maupun q adalah
predikat. Untuk menyatakan perlunya substitusi
subyek (yang tidak diketahui), maka dituliskan
p(x) dan q(y).
 Salah satu cara untuk mengubah predikat
menjadi suatu kalimat adalah dengan
mensubstitusi semua variabelnya dengan nilainilai tertentu.

Predikat (3)
Misalkan :
p(x) : “x habis dibagi 5” dan
x disubstitusikan dengan 35, maka
p(x) menjadi kalimat benar karena :
35 habis dibagi 5.
 Cara lain adalah dengan menambahkan kuantor
pada kalimat. Kuantor adalah kata-kata seperti
“beberapa”, “semua”, dan lain-lain yang
menunjukkan berapa banyak elemen yang
dibutuhkan agar predikat menjadi benar.

Kuantor

2 macam kuantor untuk menyatakan
jumlah obyek yang terlibat yaitu
– Kuantor Universal (simbol )
– Kuantor Eksistensial (simbol ).
Kuantor Universal



Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap obyek
dalam semestanya mempunyai sifat kalimat yang
menyatakannya.
Kata yang digunakan: semua atau setiap
Misalnya:
p(x) : “x dapat mati”.
Karena semua manusia dapat mati, maka hal tersebut
dinyatakan dengan :
(x) x  manusia, x  p(x).
Kalau semesta sudah jelas, maka dapat dihilangkan.
Jadi, jika semesta pembicaraannya sudah jelas, yaitu
himpunan manusia-manusia di bumi, maka dituliskan:
( x) p(x).
Kuantor Eksistensial



Kuantor Eksistensial menunjukkan bahwa di antara
obyek-obyek dalam semestanya, paling sedikit ada satu
obyek (atau lebih, asal tidak semua) yang memenuhi
sifat kalimat yang menyatakannya.
Kata yang digunakan: terdapat, ada, beberapa, paling
sedikit satu
Contoh:
( x  D) q(x), disingkat (x) q(x) bernilai T jhj paling
sedikit ada satu x dalam D yang menyebabkan q(x)
benar, dan hanya bernilai salah jika untuk semua x  D,
q(x) bernilai salah.
Contoh
Misalkan D adalah himpunan bilangan
bulat.
Buktikan bahwa kalimat ( m  D) m2=m
bernilai benar.
 Misalkan E adalah himpunan bilangan
bulat antara 5 dan 10.
Buktikan bahwa kalimat ( m  E) m2=m
bernilai salah.

Contoh

Nyatakan bilangan berkuantor di bawah ini
dalam bahasa sehari-hari
– ( bilangan real x) x2  0
– ( bilangan real s) x2 ≠ -1
– ( bilangan bulat m) m2 = m
Contoh

Tentukan kebenaran kalimat berikut, jika
semesta pembicaraannya adalah
himpunan bilangan bulat
– (x) x2 – 2  0
– (x) x2 – 10x + 21 = 0
– (x) x2 – 10x + 21 = 0
– (x) x2 – 3 = 0
Contoh

Terjemahkan kalimat berikut dengan
menggunakan kuantor
universal/eksistensial
– Beberapa orang rajin beribadah.
– Semua bayi mempunyai wajah yang berbeda.
– Setiap bilangan adalah negatif atau
mempunyai akar real.
– Ada bilangan yang tidak real.
– Tidak semua mobil mempunyai karburator.
Ingkaran Kalimat Berkuantor

Secara umum:
– Ingkaran kalimat “Semua x bersifat p(x)” adalah :
“Ada x yang tidak bersifat p(x)”,
– Ingkaran kalimat : “Ada x yang bersifat q(x)” adalah :
“Semua x tidak bersifat q(x)”.

Secara formal:
–  ((x  D) p(x))  (x  D)  p(x)
–  ((x  D) q(x))  (x  D)  q(x)
Contoh

Tuliskan ingkaran kalimat berikut
– Terdapatlah bilangan bulat x sedemikian
hingga x2 = 9.
– Semua dinosaurus telah musnah.
– Tidak ada ahli komputer yang malas.
– Beberapa bilangan real adalah rasional.
– Semua program Pascal mempunyai panjang
lebih dari 10 baris.
Contoh

Tuliskan simbolnya, kemudian tulis ingkarannya
(S: himpunan bilangan bulat)
– Untuk setiap x, jika x bilangan genap maka x2+x juga
genap.
– Terdapatlah x sedemikian hingga x bilangan genap
dan x bilangan prima.
– Untuk setiap x, x2+3>5 atau x<2.
– Terdapatlah x yang memenuhi relasi x2=25 dan x>0.
– Tidak ada x sedemikian sehingga x bilangan prima
dan (x+6) bilangan prima.
Kalimat Berkuantor Ganda

Kalimat berkuantor dapat diperluas
dengan menambahkan beberapa kuantor
sekaligus pada kalimat yang sama.
 menjadi kalimat berkuantor ganda
Kalimat Berkuantor Ganda

Ada 8 cara berbeda dalam menggunakan 2
kuantor  dan  dalam 2 variabel x dan y,
masing-masing adalah:
–
–
–
–

(x) (y)
(y) (x)
(x) (y)
(y) (x)
–
–
–
–
(x) (y)
(y) (x)
(x) (y)
(y) (x)
Jika semua kuantornya sama, maka urutan
penulisan kuantor dapat dibalik, tetapi jika
tiidak, penulisan belum tentu dapat dibalik.
Contoh

Misalkan p(x,y) : “y adalah ibu dari x”
Nyatakan arti simbol logika berikut dalam
bahasa sehari-hari dan tentukan nilai
kebenarannya
– (x) (y) p(x,y)
– (y) (x) p(x,y)
Contoh

Apa ingkaran kalimat berikut
– ( bilangan bulat n) ( bilangan bulat k)
n=2k
Atau: Semua bilangan bulat adalah bilangan
genap.
– ( masalah P) ( program komputer C) C
tidak dapat menyelesaikan P
Atau: Ada suatu masalah yang tidak dapat
diselesaikan oleh semua program komputer.
Aplikasi Logmat dalam Bahasa
Pemrograman

Perhatikan tumpukan kotak berikut:
Contoh

Nyatakan kalimat berikut dengan kuantor
– Ada bintang film yang disukai semua orang.
– Untuk setiap bilangan positif, terdapat
bilangan positif lain yang lebih kecil darinya.
– Terdapat bilangan positif x sedemikian hingga
untuk semua bilangan positif x, berlakulah
y<x.
PENARIKAN KESIMPULAN
Modus Ponens
 Modus Tollens
 Penambahan Disjungtif
 Penyederhanaan Konjungtif
 Silogisme Disjungtif

Modus Ponens
Diasumsikan pq benar. Jika diketahui p benar,
supaya pq benar, maka q harus benar.
pq
p
--------q
 Contoh:

– Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka
bilangan tersebut habis dibagi 10.
– Digit terakhir suatu bilangan adalah 0.
– Disimpulkan: Bilangan tersebut habis dibagi 10.
Modus Tollens



Hampir sama dengan modus ponens. Hanya saja pada
modus tollens, digunakan kontraposisi dari implikasi.
Diasumsikan p  q benar. Jika diketahui ~q benar,
supaya p  q benar, maka ~p harus benar.
pq
~q
--------~p
Contoh:
– Jika saya kangen, maka saya akan melihat fotomu.
– Saya tidak melihat fotomu.
– Disimpulkan: Saya tidak kangen.
Penambahan Disjungtif
Didasarkan pada fakta bahwa jika suatu kalimat
dapat digeneralisasikan dengan penghubung ,
maka kalimat tersebut akan bernilai benar jika
salah satu komponennya bernilai benar.
p
q
--------atau --------pq
pq
 Contoh:

– Saya suka jeruk.
– Disimpulkan: Saya suka jeruk atau durian.
Penyederhanaan Konjungtif
Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan
penghubung , maka kalimat tersebut dapat
diambil salah satunya secara khusus.
pq
pq
--------atau --------p
q
 Contoh:

– Saya menguasai Matematika dan Komputer.
– Disimpulkan: Saya menguasai Matematika.
Silogisme Disjungtif
Jika kita dihadapkan pada dua pilihan (A atau
B), sedangkan kita tidak memilih A, maka kita
akan memlih B.
pq
pq
~p
~q
--------atau --------q
p
 Contoh:

– Dompetku ada di sakuku atau tertinggal di rumah.
– Dompetku tidak ada di sakuku.
– Disimpulkan: Dompetku tertinggal di rumah.
Silogisme Hipotesis
PQ
QR
Kesimpulan: PR
 Contoh:
Jika saya tidak masuk, maka kalian senang.
Jika kalian senang, maka pulang ke kos.
Kesimpulan: Jika saya tidak masuk, maka kalian
pulang ke kos.

Contoh (1)
Jika saya belajar dan jika saya jenius, maka saya
akan lulus ujian Matematika.
 Saya tidak diizinkan mengambil mata kuliah
Matematika Diskrit.
 Jika saya lulus ujian Matematika, maka saya
diizinkan mengambil mata kuliah Matematika
Diskrit.
 Saya belajar.
Dari keempat implikasi tersebut, kesimpulannya?

Contoh (2)
Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti
sudah melihatnya ketika sarapan pagi.
 Aku membaca koran di ruang tamu atau aku
membacanya di dapur.
 Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah
kacamata kuletakkan di meja tamu.
 Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi.
 Jika aku membaca buku di ranjang, maka kacamata
kuletakkan di meja samping ranjang.
 Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku
ada di meja dapur.

PEMBUKTIAN MATEMATIKA
Kontraposisi
 Kontradiksi
 Induksi Matematika
 dll.

Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan salah satu
teknik pembuktian matematis dengan
membuktikan teorema-teorema di mana
pernyataan-pernyataannya melibatkan bilanganbilangan bulat positif.
 Langkah:

– Tunjukkan bahwa pernyataan benar untuk n = n0.
– Tunjukkan bahwa pernyataan benar untuk n = k + 1,
dengan mengasumsikan bahwa pernyataan benar
untuk n = k, dengan k  n0.
Contoh

Buktikan bahwa 1 + 2 + 3 + ... + n = ,
untuk n  1 !