Kelompok W.R SUPRATMAN Sharissa Chairani/32 Andrea Permata/04 Atika Erdyah/08 Cindy Anggraini/09 Irsa Adinda/16 Jihan Khalisah/17 WAGE RUDOLF SUPRATMAN.

Download Report

Transcript Kelompok W.R SUPRATMAN Sharissa Chairani/32 Andrea Permata/04 Atika Erdyah/08 Cindy Anggraini/09 Irsa Adinda/16 Jihan Khalisah/17 WAGE RUDOLF SUPRATMAN.

Kelompok W.R SUPRATMAN
Sharissa Chairani/32
Andrea Permata/04
Atika Erdyah/08
Cindy Anggraini/09
Irsa Adinda/16
Jihan Khalisah/17
WAGE RUDOLF
SUPRATMAN
Wage Rudolf Supratman (lahir di
Somongari, Purworejo, 9 Maret 1903 –
meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 17
Agustus 1938 pada umur 35 tahun) adalah
pengarang lagu kebangsaan Indonesia,
"Indonesia Raya" dan pahlawan nasional
Indonesia.
Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon
VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki
satu, lainnya perempuan. Salah satunya
bernama Roekijem. Pada tahun 1914,
Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana
ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami
Roekijem yang bernama Willem van Eldik.
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di
sekolah malam selama 3 tahun, kemudian
melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar
sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu
dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun
selanjutnya ia mendapat ijazah Klein
Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada
sebuah perusahaan dagang. Dari
Ujungpandang, ia pindah ke Bandung dan
bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu tetap
dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta.
Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada
pergerakan nasional dan banyak bergaul
dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak
senang terhadap penjajahan Belanda mulai
tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku
Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang
beredar oleh pemerintah Belanda.
Roekijem, sendiri sangat gemar akan
sandiwara dan musik. Banyak karangannya
yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu
Roekijem juga senang bermain biola,
kegemarannya ini yang membuat Soepratman
juga senang main musik dan membaca-baca
buku musik.
Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman
memperoleh pelajaran musik dari kakak
iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga
pandai bermain biola dan kemudian bisa
menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta,
pada suatu kali ia membaca sebuah karangan
dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu
menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk
menciptakan lagu kebangsaan.
Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah
lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia
Raya.
Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan
Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan
Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan
kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman
memperdengarkan lagu ciptaannya secara
instrumental di depan peserta umum (secara
intrumental dengan biola atas saran Soegondo
berkaitan dengan kodisi dan situasi pada waktu
itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat
itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia
Raya dikumandangkan di depan umum.
Semua yang hadir terpukau mendengarnya.
Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan
pergerakan nasional. Apabila partai-partai
politik mengadakan kongres, maka lagu
Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu
merupakan perwujudan rasa persatuan dan
kehendak untuk merdeka.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia
Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang
persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu,
Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat
menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.
Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia
selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai
jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya
yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal
Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan
lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM
jalan Embong Malang - Surabaya dan ditahan di
penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada
tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.
TERIMA KASIH