Rudy Badrudin, STIE YKPN Yogyakarta [email protected] HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN STIE YKPN YOGYAKARTA SABTU, 12 JUNI 2010

Download Report

Transcript Rudy Badrudin, STIE YKPN Yogyakarta [email protected] HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN STIE YKPN YOGYAKARTA SABTU, 12 JUNI 2010

Rudy Badrudin, STIE YKPN Yogyakarta
[email protected]
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
STIE YKPN YOGYAKARTA
SABTU, 12 JUNI 2010
PERKEMBANGAN FTA DI DUNIA DAN ASEAN
3
NAFTA
Population: 445 million
GDP: US$15.857 trillion
MAIN REGIONAL FTAs (G1)
EU
Population: 491 million
GDP: US$ 14.38 trillion
CHINA
Population: 1.330 billion
GDP PPP: US$ 6.991 trillion
FTA Canada – Chile 1997
FTA : Chile – Mexico 1999
FTA : USA – Chile 2004
FTA : USA – Singapore 2004
FTA : USA – Australia 2005
FTA : Mexico – Japan 2005
FTA : Chile – Brunei – NZ –
Singapore 2006
JAPAN
Population: 127 million
GDP PPP: US$ 4.29 trillion
Japan-Korea-China FTA
(under negotiation)
Japan-Korea FTA
(under negotiation)
EU
25 countries
Japan-Mexico EPA
NAFTA
U.S.A.,
Canada,
Mexico
EU-MEXICO
FTA
expanding to
Latin America
JapanMexico EPA
(signed agreement)
expanding to
Eastern Europe
ACP-EU
ASEAN-Japan
Countries in Africa
and the Caribbean
(approx. 70
countries)
Comprehensive
Economic Partnership
(AJCEP)
under negotiation
SAPTA
Bangladesh, Bhutan,
India, Maldives,
Nepal, Pakistan, Sri
Lanka
(signed agreement)
FTAA
AFTA
(by 2005)
MERCOSUR
Argentina, Brazil,
Paraguay, Uruguay
Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapore,
Thailand, Brunei, Vietnam,
Laos, Myanmar, Cambodia
India - ASEAN FTA
China - ASEAN FTA
Australia-New Zealand-ASEAN FTA
Japan’s Bilaterals:
• Japan-Singapore EPA
• Japan-Philippines EPA
• Japan-Thailand EPA
• Japan-Malaysia EPA
• Japan-Indonesia EPA
ASEAN
Population: 575.5 million
GDP: US$ 3.431 billion
Korea - ASEAN FTA
Source : CIA Factbook
(2007)
4
ASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPE (G2)
5
FTA Dalam Kerangka Regional
(ASEAN dan ASEAN Mitra) (T6)
FTA’s
ASEAN
Economic
Entry into
Force
Coverage
20 November 2007
AEC 2015
Komprehensif
ASEAN-CEPT: ± 98% dari pos tarif
29 November 2004
1 Juli 2005
Komprehensif
Early Harvest Chapter 01-08
Penanda-tanganan
Cakupan Tarif
Community
ASEAN – China
Normal Track: 40% at 0-5% in 2005
Sensitive Track
Sensitive List (SL) : Tahun 2012 = 20%
Highly Sensitive List (HSL) tahun 2015=50%
ASEAN – Korea
24 Agustus 2006
1 Juli 2007
Komprehensif
Korea: Menghapuskan semua pos tarif
Normal Track selambat-lambatnya 1 Jan
2010.
ASEAN-6
•
Normal Track dihapuskan paling lambat 1
Jan 2011 (flexibilitas <5% pos tarif NT
dihapuskan paling lambat 1 Jan 2012
Sensitive Track
Batas maksimum jumlah pos tarif dalam
Sensitive Track ASEAN 6 & Korea adalah
10% dari total pos tarif.
6
FTAs
ASEAN –
Jepang
Penanda-tanganan
1 Maret 2008
Entry into
Force
1 Desember 2008
Coverage
Komprehensif
(Indonesia EIF 1
Jan 2010, dalam
tahap proses
ratifikasi)
ASEAN –
Australia – New
Zealand
27 Februari 2009
Direncanakan 1
Januari 2010
Cakupan Tarif
Normal Track (NT) – ASEAN sebesar
90% dari total pos tarif dan Jepang
sebesar 92% dari total pos tarif dan
nilai dagang, terdiri atas eliminasi
dalam tempo 10 tahun (88%) dan
penghapus lebih lanjut (4%)
Sensitive Track (ST) - 8% dari total
pos tarif 6 digit dan nilai dagang.
Komprehensif
Entry Into Force 1 Januari 2010:
90% pos tarif NZ dan 91.77% pos tarif
Australia akan dihapuskan tarifnya
pada tahun 2010
90.23% pos tarif Indonesia akan
dihapuskan tarifnya pada tahun 2015
ASEAN – India
13 Agustus 2009
Direncanakan 1
Januari 2010
Perdagangan
Barang
(perundingan jasa
dan investasi
sedang dilakukan)
Pada tahun 2016 (berakhirnya
Normal Track):
42.56% pos tariff Indonesia akan
dihapuskan tarifnya
79.35% pos tariff India akan
dihapuskan tarifnya
7
LATAR BELAKANG
8
Latar Belakang AFTA dan ASEAN-China FTA
• 1991
ASEAN FTA disepakati 1992-2007
(kemudian dipercepat ke 2001)
• 1996
RRC secara resmi menjadi dialog
partner ASEAN
• 1997 (Desember)
Joint Statement kepala negara
untuk menjalankan ASEAN dan RRC
adalah sahabat dan mitra yang
saling percaya untuk menyongsong
abad 21
• 2000 (Nopember)
Pada KTT ASEAN – RRC, Kepala
Negara
menyepakati
gagasan
pembentukan CAFTA
9
• 2001 (Maret)
Dibentuk ASEAN – RRC Economic Expert
Group
• 2002 (Nopember)
Pada KTT ASEAN – RRC, Kepala Negara
menandatangani Framework Agreement on
Comprehensive
Economic Cooperation
between ASEAN and the PRC
• 2003
Perundingan CAFTA dimulai dan selesai
Juni 2004
• 2003
Bali Concord (Proposal Indonesia–ASEAN
Community diterima):AFTA menjadi bagian
dari ASEAN Economic Community
• 2004 (Nopember)
Kesepakatan CAFTA – Barang
ditandatangani (2004-2010)
AEC diakselerasi dari 2020 ke 2015
• 2007
• 2007
• 2008 (Desember)
Kesepakatan ASEAN Charter
Blue Print ditandatangani
ASEAN Charter berlaku
dan
AEC
10
Tahapan Penghapusan Tarif Bea Masuk
Tahap I: Early Harvest Program (EHP)
Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu:
Binatang hidup, Ikan, Dairy product,
Tumbuhan, Sayuran, dan buah-buahan.
Kesepakatan Bilateral (produk spesifik)
antara lain kopi, Minyak Kelapa/CPO, Coklat,
barang dari karet, dan perabotan.
Tahap II: Normal Track I dan II
- Normal Track I Tarif akan menjadi 0%
pada tahun 2010
- Normal Track II Tarif akan menjadi 0%
pada tahun 2012
- Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2006
Tahap III: Sensitive / Highly Sensitive List
- Sensitive List: (a) Tahun 2012 = max 20% ; (b) Tahun 2018 = Pengurangan menjadi 0-5%
Dengan 304 Produk (HS 6 digit) antara lain Barang Jadi Kulit: tas, dompet; Alas kaki :
Sepatu, Casual, Kulit; Kacamata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek; Mainan: Boneka; Alat
Olah Raga; Alat Tulis; Besi dan Baja; Spare part; Alat angkut; Glokasida dan Alkaloid
Nabati; Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca; Barang-barang Plastik.
- Highly Sensitive List : Tahun 2015 tarifnya maksimum 50%
Dengan 47 Produk (HS 6 digit), yang antara lain terdiri dari Produk Pertanian, seperti
Beras, Gula, Jagung dan Kedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil
(ITPT);Produk Otomotif; Produk Ceramic Tableware.
11
Pengelompokan Barang
• Normal Track (target of tariff rate = 0%)
(a) Early Harvest Program (2006)
(b) NT1 (2010)
(c) NT2 (2012)
• Sensitive list
(a) Tahun 2012 tarif menjadi 20%
(b) Tahun 2018 tarif menjadi 0-5%
• Highly Sensitive list
Tahun 2015 tarif menjadi 50% (untuk produk yang pada
tahun 2002 tingkat tarifnya >50%)
12
KINERJA PERDAGANGAN
LUAR NEGERI INDONESIA
TERKAIT CAFTA
13
Neraca Perdagangan Indonesia-China (G3)
20000
Export to China
Import from China
Trade Balance
US$ Million
15000
10000
5000
0
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
JAN-OKT
2009
-5000
Sumber: BPS, 2010
Selama periode 1999-2007 Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan China.
Namun demikian, tahun 2008 dan 2009 (Jan-Okt) mengalami defisit. Defisit neraca
perdagangan tahun 2009 mengalami penurunan dibanding 2008.
14
Struktur Ekspor Non Migas Menurut
Negara Tujuan (G4)
• Peranan China dan India sebagai negara tujuan utama ekspor semakin
meningkat.
• Sedangkan dominasi pangsa ekspor ke Uni Eropa, Amerika Serikat dan
Jepang mulai berkurang.
Share Negara Tujuan Ekspor Non Migas
Jan-Des 2004
Share Negara Tujuan Ekspor Non Migas
Jan-Des 2009
Lainnya
20,6%
Lainnya
21,9%
UNI EROPA
16,1%
THAILAND
2,8%
UNI EROPA
13,9%
THAILAND
2,7%
TAIWAN
2,7%
AMERIKA SERIKAT
14,8%
KOREA SELATAN
3,3%
AMERIKA SERIKAT
10,7%
TAIWAN
2,9%
JEPANG
12,3%
INDIA
3,8%
KOREA SELATAN
5,3%
MALAYSIA
5,1%
REP.RAKYAT CINA
6,1%
JEPANG
15,0%
SINGAPURA
9,6%
INDIA
7,2%
SINGAPURA
8,2%
MALAYSIA
5,8%
REP.RAKYAT CINA
9,1%
Sumber: BPS, diolah.
8
Ekspor Indonesia ke China Menurut Sektor (G5)
7000
Agriculture
Industry
Mining
6,245.2
6000
5,487.7
US$ Million
4,859.8
4,844.9
5000
4000
3,620.9
3,239.6
3000
2,634.9
2,028.4
2000
1,671.8
1,870.0
1,511.6
1,381.1
1,266.3
1,086.9
1000
532.0
150.3
9.7
61.0
12.3
49.8
28.5
35.9
127.6 83.5
98.3
82.1
115.7 94.5
244.4
89.7
89.5
160.9
109.6
0
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
JAN-OKT 2009
Sumber: BPS, 2010
Selama periode 1999-2009 pertumbuhan ekspor produk industri mencapai 17,7% per
tahun dan pertambangan 72,3% per tahun.
16
Perkembangan Impor Menurut Negara Asal (G6)
2004
Jepang
19.26%
China
7.90%
UE
12.12%
ASEAN
26.41%
Amerika
Serikat
19.00%
Korea
Selatan
4.24%
Australia
2.66%
Peran impor dari
China meningkat
pesat,
sementara impor dari
ASEAN cenderung stabil.
Taiwan
India 3.56%
4.86%
2009
Sumber: BPS (diolah).
Jepang
14.38%
UE
12.67%
ASEAN
26.43%
China
19.77%
Amerika
Serikat
10.31%
Korea
Selatan
5.58%
Australia
4.95%
Taiwan
2.94%
India
2.98%
17
Impor Indonesia dari China Menurut Golongan
Penggunaan Barang (G7)
10000
Intermediate Goods
9000
US $ Miliion
8000
7000
6000
5000
Capital Goods
4000
3000
Consumption Goods
2000
1000
0
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
JAN-OKT
2009
Sumber: BPS, 2010
Impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan
pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 49,8% dan 24,6%.
Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk pasar
dalam negeri maupun ekspor.
18
Sepanjang tahun 2000 hingga 2008, neraca perdagangan tumbuh
10% yang mengindikasikan masih adanya pertumbuhan ekspor,
terutama di sektor non-migas (G8)
50.00
39,7
39,6
40.00
31,6
28,6
Milliar US$
30.00
28,0
28,5
25,1
25,4
39.47
25,9
32.80
20.00
19.63
10.00
0.16
(1.23)
0.03
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
(10.00)
Non-Migas
Migas
Total
Sumber: BPS
Keterangan: * ) Angka sementara
19
Skema Tarif Bea Masuk
Perkembangan Skema Bea Masuk (T7)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MFN
9.9
9,9
9,5
7,8
7,6
7,5
7,49
CEPT
3.4
2,8
2,8
2,0
1,9
1,9
0
CAFTA
9.9
9,6
9,5
6,4
6,4
3,8
2,9
AKFTA
9.9
9.9
9.5
6,6
6,0
2,6
2,6
AANZ
9.9
9,9
9,5
7,8
7,6
7,5
-
IJEPA
9.9
9.9
9.5
7.8
5,2
4,5
2,97
Sumber: Kemendag, 2009
20
JUMLAH DAN NILAI SKA PER JENIS SKA
PERIODE 2007 S/D OKTOBER 2009 (T8)
TAHUN
2007
2008
2009
JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD)
FORM AK (ASEAN - KOREA)
4,262
343
22,937
2,942
22,023
1,258
FORM
FORM D (ASEAN FTA)
19,491
1,360
89,095
9,434
FORM E (ASEAN - CHINA)
2,332
204
11,604
1,804
-
16,228
1,705
FORM IJEPA
80,129
13,218
37,985
5,106
1,776
1,965
Sumber: Kemendag, 2009
21
PELUANG DAN TANTANGAN
Manfaat FTA dengan RRC:
• akses untuk produk Indonesia di pasar RRC
• peningkatan investasi dan Indonesia sebagai basis produksi (impor bahan baku dan barang modal naik dari
83,7% dari seluruh impor pada tahun 2000 menjadi 91%
pada tahun 2008)
Masalah dan Solusi:
Sejumlah sektor khawatir menghadapi dampak negatif FTA
(3% dari total tariff line) sehingga pemerintah dan bisnis
membentuk Tim Bersama untuk mengkoordinasikan langkah-langkah secara komprehensif meningkatkan daya saing
dan membicarakan ulang pelaksanaan CAFTA untuk beberapa sektor tersebut.
22
Langkah-langkah dalam Rangka
Pelaksanaan CAFTA
23
TIM PENINGKATAN DAYA SAING
 Organisasi:
 Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Perdagangan (SK.Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)
 Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait
 Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku
usaha (KADIN dan APINDO) dan 3 Tim Teknis yang fokus kepada:
• Penguatan Daya Saing Global
• Pengamanan Pasar Domestik
• Penguatan Ekspor
 Tugas Tim
 Identifikasi dan analisis masalah/hambatan
 Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan
 Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
24
STRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBAL
Penanganan issue domestik, meliputi:
 Penataan lahan dan kawasan industri
 Pembenahan infrastruktur dan energi
 Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)
 Membangun kawasan ekonomi khusus
 Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga
(KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura,
keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia)
 Pembenahan sistem logistik
 Perbaikan layanan publik
 Penyederhanaan peraturan
 Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
25
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK
 Pengawasan di Border
 Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam
pelaksanaan FTA
 Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini
terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor
 Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal
barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA
 Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, kadaluarsa,
kesehatan, lingkungan, security
 Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO
(safeguard measures) terhadap industry yang mengalami
kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor
(import surges)
 Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties
atas importasi yang unfair
26
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK
 Peredaran barang di pasar Lokal
 Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai
dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri
 Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa
Indonesia
 Promosi penggunaan produksi dalam negeri
 Mengawasi efektifitas promosi penggunaan produksi dalam
negeri (Inpres No 2 tahun 2009)
 Mengalakkan program 100% Aku Cinta Indonesia (ACI) dan
Industri Kreatif
27
STRATEGI III: PENGUATAN EKSPOR

Mengoptimalkan peluang pasar China dan ASEAN

Penguatan peran perwakilan luar negeri (ATDAG/TPC)

Promosi Pariwisata, Perdagangan, dan Investasi (TTI)

Penanggulangan masalah dan kasus ekspor

Pengawasan SKA Indonesia

Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan
ekspor
28
PEMBICARAAN ULANG
Pemerintah
(Kementerian
Perdagangan)
telah
menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN 31/12/09
mengenai:
 Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai
jadwal
 Menjelaskan bahwa beberapa sektor menyampaikan
kekhawatiran atas pelaksanaan CAFTA dan akan bahas
pada kesempatan pertama
Sebagai tindak lanjut telah melakukan komunikasi
dengan pihak-pihak terkait untuk membahas langkahlangkah yang dapat mengatasi kekhawatiran beberapa
sektor dan mencari mekanisme yang tepat untuk
mencari solusi win-win sesuai dengan kepentingan
nasional.
29
Boro-boro masuk Cina, produk kita justru terancam ditinggal
rakyatnya sendiri. Akibatnya, terjadilah deindustrialisasi dan
meningkatkan pengangguran. Inilah dampak diterapkannya Pasar
Bebas ASEAN–Cina per 1 Januari 2010. ASEAN–China Free
Trade Agreement (CAFTA) alias Pasar Bebas Asia Tenggara–
Cina, mulai berlaku per 1 Januari 2010. Tapi di pusat
perdagangan tekstil dan garmen Pasar Tanah Abang, Jakarta
Pusat serta Mangga Dua, Jakarta Utara, batik asal Cina sudah
merajai pasar sejak hampir dua tahun lalu. Bahkan, di Pasar
Johar Semarang, Pasar Klewer Solo, dan Pasar Turi Surabaya
sebagai sentra batik di Pulau Jawa, juga sudah diserbu batik
made
in
negeri
Tirai
Bambu
ini
(http://www.sabili.co.id).
(PERILAKU KONSUMEN)
Ternyata, murahnya harga produk tekstil dan garmen asal Cina bukan
semata-mata karena keunggulan industri mereka. Tapi juga karena
praktik ilegal dalam mengimpor produk itu ke Indonesia. Ini
ditegaskan oleh Ketua Asosiasi Pedagang Grosir DKI Jakarta Heris MM.
Menurutnya, tekstil dan produk garmen selundupan menguasai
sejumlah pusat grosir di Jakarta, di antaranya Tanah Abang dan
Mangga Dua. “Ini berlangsung sejak tiga tahun terakhir tanpa
penanganan yang jelas,” tandasnya. Heris mencontohkan, di Pasar
Tanah Abang misalnya, saat ini memperdagangkan dari sekitar 75%80% tekstil dan garmen impor, sekitar 20%-30%-nya ditengarainya
masuk secara ilegal. Demikian juga dengan pusat perdagangan
Mangga Dua, diperkirakan sekitar 40% garmen dan 60% tekstil
merupakan barang selundupan (http://www.sabili.co.id).
(PERILAKU PRODUSEN)
“Barang-barang ilegal ini masuk secara borongan melalui
bandara dan pelabuhan,” ujar Ketua Asosiasi Pedagang
Grosir DKI Jakarta Heris MM. Modus yang digunakan,
lanjut Heris, produk impor itu biasanya masuk melalui bandara
hanya membayar bea masuk (BM) Rp 70.000 per kilogram,
tanpa membayar PPN, PPh impor dan lain. Sedangkan produk
yang masuk melalui pelabuhan, biasanya dibongkar di tengah
laut kemudian dibawa dengan kapal-kapal kecil ke berbagai
kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Dumai, Jambi, dan
Pangkal Pinang. “Umumnya, tekstil dan garmen ilegal ini berasal
dari Cina, Korea, India, dan Thailand,” katanya.
(http://www.sabili.co.id)
(PERILAKU OKNUM PEMERINTAH)
Staf Ahli Menteri Keuangan Chatib Basri menilai implementasi ChinaASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) tidak perlu ditakutkan. Itu karena
yang terjadi hanyalah legalisasi barang selundupan asal China. "Kita
khawatir untuk sesuatu yang sudah terjadi, barang-barang China sudah ada
di sini lewat selundupan. Jadi, sekarang hanya dilegalisasi saja," kata Chatib
seusai diskusi bertema "100 Hari SBY dan Arah Ekonomi Indonesia" di
Jakarta, Selasa (2/2/2010) malam.
Menurutnya, terjadinya selundupan barang asal China karena adanya
perbedaan harga barang di China dan Indonesia yang disebabkan
pengenaan tarif bea masuk. Oleh karena itu, dengan adanya penurunan tarif
akibat implementasi CAFTA, harga barang-barang selundupan itu akan
menjadi sama dengan harga di China. "Kalau sekarang tarifnya diturunkan,
orang akan masuk ke impor yang legal. Dampaknya akan terlihat di data
impor nanti," ujarnya. (http://metrotvnews.com).
(PERILAKU STAF AHLI PEMERINTAH)
Indonesia siap menghadapi China-ASEAN Free Trade Agreement
(CAFTA). Hal itu disebabkan potensi ekspor Indonesia ke China
lebih tinggi daripada ekspor China ke Indonesia. Apabila
Indonesia tidak mengikuti CAFTA dengan China, pasar Indonesia
justru terancam oleh ekspansi produk dari ASEAN yang
mendapatkan keuntungan atas tersedianya bahan baku produk
China yang lebih murah.
“Potensi kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke Indonesia,” kata
staf Deputi Bidang Pengembangan dan Rekstrukturisasi Usaha,
Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Djunaedi pada 30-3-2010.
(http://fe.ugm.ac.id/id/berita)
(PERILAKU STAF DEPUTI PEMERINTAH)
Mengapa Produk Cina Berharga Murah
dan Semakin Bagus Kualitasnya?
Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)
Sisi Technical:
Pertama, Cina unggul di 12 faktor kompetisi bisnis. Kecuali faktor
efisiensi pasar barang dan jasa, Cina menang telak di faktor sistem
birokrasi yang cepat-tepat, infrastruktur, stabilitas ekonomi,
inovasi bisnis, efisiensi tenaga kerja dan ukuran pasar (sehingga
mampu mencapai economies of scale).
Kedua, Cina menerapkan strategi Reverse Engineering atau imitasi,
sehingga mengurangi biaya riset dan pengembangan, serta dapat
memproduksi barang yang bervariasi dalam waktu singkat.
Ketiga, adanya tax free policy selama tiga tahun pertama untuk
perusahaan joint venture, subsidi 13,5% dari pemerintahan lokal
dalam bentuk tax refund, pinjaman bank yang hanya 3% per tahun,
serta banyaknya industri pendukung sehingga industri Cina tidak
perlu mengimpor barang. Mata uang yuan yang dipatok terhadap
US$ membuat harga ekspor barang Cina menjadi sangat murah.
Keempat, sistem politik di Cina lebih terbuka dan tidak memberangus
kritik lagi sehingga mendorong perbaikan bersinambungan.
Contohnya, ada pertemuan tahunan yang disebut Chinese
Economists Society.
Mengapa Produk Cina Berharga Murah
dan Semakin Bagus Kualitasnya?
Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)
Sisi Technical:
Kelima, sebagai pusat industri di dunia, pemerintah China memilih
untuk memprioritaskan penyediaan listrik murah. Listrik merupakan
faktor penting untuk menciptakan daya saing dan menarik
investasi. Karena itu dalam penyediaan listrik, China memilih
memanfaatkan batu bara yang melimpah.
Rendahnya daya tarik industri manufaktur di Indonesia antara lain
akibat kegagalan PLN menjaga pasokan listrik dan tingkat harga.
Tingginya biaya produksi terjadi karena PLN tidak mendapat
dukungan pasokan energi murah baik batu bara maupuan gas dari
pemerintah. Padahal Indonesia memiliki kekayaan energi alam yang
tidak kalah jika dibandingkan dengan China. Tetapi Indonesia lebih
memilih menjadikan batu bara dan gas sebagai komoditas ekspor,
bukan modal untuk membangun Industri. Demikian juga pada
pengolahan timah, China tidak menjadikan komoditas ekspor yang
didasarkan pada visi dan strategi China untuk membangun struktur
industri elektronik yang kompetitif. Sedangkan di Indonesia, timah
dibiarkan untuk diolah negara lain.
Mengapa Produk Cina Berharga Murah
dan Semakin Bagus Kualitasnya?
Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)
Sisi Human Social:
Pertama, adanya jejaring keluarga. Pebisnis Cina bisa menekan biaya
pemasaran karena menggunakan jejaring ini untuk promosi (China’s
Megatrends oleh John Naisbitt dan Doris Naisbitt, 2010).
Kedua, ada trust antarpedagang, terutama kredit yang dilandasi
guanxi (hubungan). Guanxi ini tidak hanya pada keluarga, tetapi
juga kesamaan asal daerah, sekolah, dan persahabatan.
Ketiga, investasi luar biasa di sektor pendidikan. Pada 1998, 3,4 juta
pelajar masuk ke universitas. Empat tahun kemudian, pendaftaran
universitas naik 165% dan siswa Cina yang ke luar negeri naik 152%.
Setelah lulus mereka kembali dan membangun negerinya. Walau
awalnya hanya menjadi pabrik alih daya, karena SDM-nya sudah
menguasi teknologi, tak mengherankan perusahaan Cina seperti
Lenovo bisa membeli IBM Thinkpad, Huawei mengancam Cisco dan
Ericsson, serta Haier mengejar GE, Whirlpool, dan Maytag.
Keempat, walau upah tenaga kerja hampir sama, buruh Cina bekerja
lebih efisien (Cina di peringkat 32, Indonesia di 75 dari 133
negara). Produktivitas pekerja Cina naik 6% per tahun (1978-2003).
Perilaku Produsen (kualitas produsen)
Qsx = f (Px, Pfp, TP, Tax/Subs, etc)
Perilaku Konsumen (awarness, involvement, committment, participation)
Qdx = f (Px, Ax, Ox, Dx, Py, Ay, Oy, Dy, Yc, Tc, Ec, Pn, Gp, Pn, etc.)
Dependent strategic
competitor consumer
others
Variable
variable
variable
variable
variable
Pemerintah:
1. Kebijakan perlindungan konsumen dan produsen.
2. Kebijakan sektor riil dan sektor moneter (bersama
dengan Bank Indonesia).
3. Koordinasi antarKementerian/Instansi.
4. Koordinasi antarPemerintah Kabupaten/Kota.