ETIKA PROFESIONAL ADI FAHRUDIN SEKOLAH PSIKOLOGI DAN KERJA SOSIAL UNIVERSITI MALAYSIA SABAH Latarbelakang Biestek (1957) memberikan contoh prinsip-prinsip kerja diadopsi dari suatu doktin agama (catechisme) terutama yang.

Download Report

Transcript ETIKA PROFESIONAL ADI FAHRUDIN SEKOLAH PSIKOLOGI DAN KERJA SOSIAL UNIVERSITI MALAYSIA SABAH Latarbelakang Biestek (1957) memberikan contoh prinsip-prinsip kerja diadopsi dari suatu doktin agama (catechisme) terutama yang.

ETIKA PROFESIONAL
ADI FAHRUDIN
SEKOLAH PSIKOLOGI DAN KERJA
SOSIAL
UNIVERSITI MALAYSIA SABAH
1
Latarbelakang
Biestek (1957) memberikan contoh prinsip-prinsip
kerja diadopsi dari suatu doktin agama
(catechisme) terutama yang menyangkut relasi
pertolongan seperti prinsip-prinsip; penerimaan,
mengawal penglibatan emosional dengan klien
dan penentuan diri sendiri. Dewasa ini, prinsipprinsip ini diterima dan dipertahankan oleh
profesion khidmat manusia sebagai persoalan
moral, terutama yang mengacu kepada prinsipprinsip etika.
2
Pekerja sosial harus memiliki
falsafah moral sebagai landasan
normatif dalam pemberian
bantuan, menyangkut penguasaan
etika, empirikal, skop
pengetahuan, yang kemudian
dijadikan landasan prinsip-prinsip
teknik praktis (technical practice
principles).
3
Tingkatan Nilai menurut
Pumphrey (1957)
•Nilai Ultimasi
•Nilai intermediasi
•Nilai instrumental
4
Nilai Ultimasi
• Tingkatan pertama, disebut nilai ultimasi
dan nilai-nilai abstrak iaitu menyangkut;
demokrasi, keadilan, persamaan,
kebebasan, perdamaian, perkembangan
sosial, penentuan diri dan realisasi diri.
Dengan nilai-nilai tersebut, pekerja sosial
meyakini nilai sebagai suatu potensi dan
sebagai asas kebebasan individu dan
masyarakat.
5
Nilai intermediasi
• Tingkatan kedua, berupa nilai-nilai
intermidiasi, iaitu berkaitan dengan
kualititas well-functioning daripada
perseorangan, keharmonisan keluarga,
perkembangan tingkat kehidupan,
keharmonian masyarakat. Bagi pekerja
sosial nilai-nilai ini merupakan fokus
utama dalam pelaksanaan pertolongan.
6
Nilai
instrumental/operasional
• Tingkatan tiga, disebut dengan nilainilai instrumental atau operasional, iaitu
menyangkut ciri-ciri khas dari
kemampuan operasional pekerja sosial
dan suatu institusi pelayanan serta
dapat pula berupa disiplin diri.
Dengan nilai-nilai ini, para pekerja
sosial dituntut memiliki sikap
profesionalisma.
7
Prinsip-prinsip etika praktis
Nilai-nilai dan norma-norma dilihat sebagai
komitmen internalisasi diri-sendiri bagi
setiap individu pekerja sosial yang
kemudian dijadikan frames of reference
setiap kaunselor disebut dengan prinsipprinsip etika praktis (ethical practice
principles).
8
Perlukah Falsafah ?
• Falsafah merupakan kerangka landasan
orientasi-orientasi nilai dan oleh para
kaunselor, kerangka tersebut dikatakan
sebagai ‘ethical practice principles’ yang
dapat membimbing dan mengawal
kegiatan-kegiatan pertolongannya.
9
Prinsip-prinsip etika praktis tersebut
diterima sebagai suatu kewajiban,
standad-standad, tugas-tugas serta
merupakan tanggungjawab yang harus
diaplikasikan di dalam seluruh relasi
dan situasi-situasi pertolongan dengan
para klien, dengan pihak-pihak yang
terkait dan juga dengan rakan
seprofesion.
10
Kode Etika Profesional
Landasan utama prinsip-prinsip etika praktis
ditempatkan di dalam profesion khidmat
manusia biasanya yang disebut sebagai Code of
Ethics (kod etika), dalam bentuk aturan-aturan
dengan otoriti-otoriti.
Kode etika ialah dokumen resmi yang
menyatakan
nilai-nilai
utama
sesebuah
organisasi dan peraturan-peraturan etika yang
diharapkan untuk dipatuhi oleh semua anggota
dalam organisasi tersebut (Mohd Janib Johari ,
2001).
11
Fungsi Kode Etika
Dubois dan Miley (1999) menyatakan
bahawa kode etika mempunyai beberapa
fungsi bagi suatu profesion, termasuk
memandu (guideline) dalam pembuatan
keputusan, menilai kemampuan,
pengaturan tingkah laku dan memberikan
standar penilaian suatu profesion.
12
Dengan kata lain, kode etika digunakan sebagai
sumber inspirasi dan respons positif obligasi
terhadap norma-norma profesional
Menurut Yelaja (1982), kode etika memaparkan
pengharapan yang harus dilakukan oleh
seorang profesional.
Kod etika juga berkaitan dengan proses
sosialisasi profesional dan pendidikan (Adi
Fahrudin, 1999).
13
Tujuan dan Fungsi Kode Etika
Pekerjaan Sosial
1. Melindungi reputasi profesi dengan cara
memberikan panduan dan kriteria-kriteria yang
dapat diikuti dan dilaksanakan guna mengatur
tingkah laku pekerja sosial.
2.
Meningkatkan kemampuan (competency),
kesadaran dan tanggungjawab pekerja sosial
dalam melaksanakan praktis kerja sosial.
3. Melindungi masyarakat dari praktis-praktis
yang uncompetency, tidak profesional dan
menyalahi etika pekerjaan sosial (malpractice).
14
Loewenberg dan Dolgoff (1992)
mengatakan bahawa kod etika berfungsi
untuk:
1.Memberikan panduan kepada pengamal ketika
berdepan dengan dilema praktis termasuk yang
berkaitan dengan isu etika.
2.Melindungi masyarakat awam dari kesewenangwenangan
dan
pengamal
yang
tidak
berkemampuan.
3. Melindungi profesion dari kawalan kerajaan;
pengaturan sendiri lebih utama daripada
pengaturan kerajaan.
15
4.Memungkinkan rakan-rakan profesional hidup
dalam harmoni dengan yang lain melalui
pencegahan tindakan sendiri yang terhasil dari
masalah internal.
5.Melindungi profesional dari siasatan; profesional
yang mengikuti kode etika adalah dilindungi
sekiranya ia terlibat dengan malpractice.
16
Aspek-aspek yang diatur
dalam kode etika profesi
pekerjaan sosial
• Tanggungjawab etika profesional terhadap
klien-klien
• Tanggungjawab etika profesional terhadap
rekan sejawat
• Tanggungjawab etika terhadap institusi tempat
dimana pekerja sosial itu bekerja
• Tanggungjawab etika sebagai seorang
profesional
• Tanggungjawab etika terhadap profesi
• Tanggungjawab etika terhadap masyarakat luas
17