Sejatinya Jam Hatta Satu watak dari Bung Hatta yang sering saya nyatakan kepada khalayak ialah tentang waktu yang ditepatinya. Kami sering nyeletuk:

Download Report

Transcript Sejatinya Jam Hatta Satu watak dari Bung Hatta yang sering saya nyatakan kepada khalayak ialah tentang waktu yang ditepatinya. Kami sering nyeletuk:

Sejatinya Jam Hatta
Satu watak dari Bung Hatta yang sering saya nyatakan kepada khalayak ialah tentang waktu yang ditepatinya.
Kami sering nyeletuk: “werkelijk een van de klok” (sungguh orang yang selalu menepati waktu). Sampai
menginjak usia lebih dari “70 tahun” masih saja bila memenuhi undangan, beliau selalu datang tepat pada
waktunya. Tidak pernah terlambat, “jam karet” tidak dikenal oleh beliau. Saya sering menyebut waktu yang tepat
bagi beliau dengan istilah “jam Hatta!”.
Selama hidup saya akan tetap ingat suatu peristiwa pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945. Telah diputuskan,
bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diucapkan di Pegangsaan Timur 56 (sekarang jalan Proklamasi), hari itu
pada pukul 10.00 (waktu Indonesia). Akan tetapi hingga pukul 09.50, Bung Hatta belum tampak hadir di tempat
itu. Padahal Bung Karno tidak bersedia membacakan Proklamasi tanpa hadirnya Bung Hatta. Dr. Muwardi yang
diserahi tanggung jawab tentang keamanan, khawatir bahwa pihak Jepang setiap saat dapat menggagalkan
Proklamasi, sehingga mendesak dengan suara keras agar Bung Karno segera membacakan Proklamasi, tanpa
menunggu Bung Hatta lagi. Bung Karno rupanya naik pitam, dan menjawab dengan suara tinggi:
“Silakan …. baca Proklamasi sendiri….!
Saya tidak akan membacanya…tanpa Bung Hatta !”
Saya yang kebetulan menyaksikan “perang lidah” yang dramatis itu, hanya bisa berdoa:
“Semoga Bung Hatta yang biasanya selalu datang tepat waktunya juga ini kali, akan berlaku demikian.”
Kemudian kepada Abdulkadir dan Arifin Abdurachman (keduanya bekas Syodanco) saya minta untuk mencari
tahu dimana Bung Hatta berada. Semua orang dekat yang hadir pada saat itu menjadi gelisah dan tegang. Dalam
saat yang demikian gentingnya itu, terdengar sekonyong-konyong teriakan dari halaman muka:
“Bung Hatta datang…!”
Benar! Bung Hatta telah datang: satu menit sebelum pukul 10.00. Setelah Bung Karno dijemputnya dari ruangan
belakang, kedua orang pemimpin menuju corong radio, dan upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan segera
dimulai. Bung Hatta berdiri mendamping Bung Karno.
Pak Diro, Pribadi Manusia Hatta, Seri 7, Yayasan Hatta, Juli 2002