Geothermal dapat dimaknai sebagai energi panas yang terbentuk secara alami dibawah permukaan bumi.

Download Report

Transcript Geothermal dapat dimaknai sebagai energi panas yang terbentuk secara alami dibawah permukaan bumi.

Geothermal dapat dimaknai
sebagai energi panas yang
terbentuk secara alami dibawah
permukaan bumi. Perhatikan
gambar di samping . Kerak
bumi (crust), yang merupakan
lapisan terluar yang keras/padat
berupa batu, mampu menahan
aliran panas yang berasal dari
bawah
permukaan
bumi.
Sementara
mantel
bumi
(mantle) merupakan lapisan
yang semi-cair atau batuan
yang meleleh atau sedang
mengalami perubahan fisik
akibat pengaruh tekanan dan
temperatur tinggi disekitarnya.
Sedangkan bagian luar dari inti
bumi (outer core) berbentuk
liquid.
Akhirnya,
lapisan
terdalam dari inti bumi (inner
core) berwujud padat.
Semakin ke bawah, temperatur
bawah permukaan bumi semakin
meningkat atau semakin panas.
Panas yang berasal dari dalam
bumi dihasilkan dari reaksi
peluruhan unsur-unsur radioaktif
seperti uranium dan potassium.
Reaksi nuklir yang sama saat ini
masih terjadi di matahari dan
bintang-bintang yang tersebar di
jagad
raya.
Reaksi
ini
menghasilkan
panas
hingga
jutaan derajat celcius. Permukaan
bumi pada awal terbentuknya
juga
memiliki
panas
yang
dahsyat. Namun setelah melewati
masa milyaran tahun, temperatur
bumi terus menurun dan saat ini
sisa-sisa reaksi nuklir tersebut
hanya terdapat dibagian inti bumi
saja. Pada kedalaman 10.000
meter atau 33.000 feet, energi
panas yang dihasilkan bisa
mencapai 50.000 kali dari jumlah
energi seluruh cadangan minyak
bumi dan gas alam yang masih
tersimpan di dunia. Inilah yang
menjadi sumber energi panas
bumi.
• Kerak bumi (crust) terdiri dari dua jenis lempengan
(plate) yaitu lempeng samudera (oceanic plate) dan
lempeng benua (continental plate). Lempeng benua lebih
tebal dibandingkan lempeng samudera. Namun densitas
lempeng samudera lebih besar dari pada lempeng benua.
Kedua jenis lempeng tersebut berada dalam posisi
mengapung di atas mantel bumi yang berupa semi-cairan
yang sangat panas yang dikenal dengan magma. Cairan
panas tersebut tidak diam, melainkan berputar atau
mengalir mengikuti pola konveksi akibat perbedaan
temperatur yang tinggi antara inti bumi dan mantel bumi.
Aliran konveksi tersebut mempengaruhi kestabilan
lempeng benua dan lempeng samudera sehingga lempenglempeng tersebut bergerak bahkan saling bertabrakan
satu sama lain. Pada saat lempeng samudera bertabrakan
dengan lempeng benua, karena memiliki desitas lebih
tinggi, maka lempeng samudera melesak atau menunjam
(subducting) ke bawah lempeng benua. Inilah yang terjadi
di bagian selatan pulau Jawa dan bagian barat pulau
Sumatera.
• Lempengan Indo-Australia yang memuat Australia, India
dan Samudera Hindia melesak ke bawah lempeng Eurasia
yang memuat benua Asia, termasuk Indonesia. Pada saat
menghunjam ke bagian yang lebih dalam dimana
temperatur dan tekanannya lebih tinggi, lempeng
samudera tersebut meleleh menjadi magma. Adanya
rekahan-rekahan di bagian lempeng benua sebagai akibat
dari gesekan dan tabrakan tadi membuka jalan bagi magma
untuk menerobos ke atas mendekati permukaan bumi
sekaligus mendorong lempeng benua membentuk gunung
api. Proses ini disebut intrusi magma. Sebenarnya, deretan
gunung api semacam inilah yang membentuk Sumatera,
Jawa, Bali, Lombok dan pulau-pulau dengan gunung api lain
sampai ke Laut Banda. Terkadang magma tersebut
memperoleh jalan untuk menuju ke permukaan bumi dan
muncul sebagai lava. Ini terjadi pada saat terjadi letusan
gunung api.
Di susun oleh :
•Ira Audina P. { 14 }
•Meutya Familya {17}
•Dwi Nurul Ariska {06}
•M.Septanto P. {16}