Menulis Cerpen dengan Media Lagu Ujung Aspal Pondok Gede Di kamar ini aku dilahirkan Di balai bambu buah tangan bapakku Di rumah ini aku.

Download Report

Transcript Menulis Cerpen dengan Media Lagu Ujung Aspal Pondok Gede Di kamar ini aku dilahirkan Di balai bambu buah tangan bapakku Di rumah ini aku.

Menulis Cerpen
dengan Media Lagu
Ujung Aspal Pondok Gede
Di kamar ini aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini aku dibesarkan
Di belai mesra lentik jari ibu
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun
Kambing 9, motor 3 bapak punya
Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya
Reff: Sampai saat tanah moyangku
tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Di depan masjid, samping rumah wakil pak lurah
Tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari
Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu persatu sahabat pergi dan takkan pernah kembali
Kembali ke reff
• Menceritakan
tentang
apakah lirik
lagu
tersebut???
Kerangka Cerita
• Pak Lurah mengumumkan akan
dibangun pabrik milik pemerintah
di desa mereka dan warga harus
rela tanah dan rumah milik mereka
dibeli pemerintah
• Warga tidak setuju dan melakukan
demo
• Demo tidak berhasil
• Aisyah terkejut mendengar kabar
dari abah bahwa rumahnya akan
digusur
• Aisyah putus sekolah karena
bukan hanya rumah dan ladangnya
yang ikut tergusur, tapi sekolahnya
pun juga ikut tergusur
• Ganti rugi yang diterima abah
sangat kecil
• Kehidupannya yang semula tenang
kini terusik
- Abah beralih profesi menjadi juragan ojek
- Ganti rugi hanya cukup untuk membeli
perumahan yang kecil
-Aisyah tidak kerasan tinggal di rumah baru
itu
- Namun, Aisyah harus mencari sekolah
baru
- Masalah kembali muncul, Aisyah tidak
diterima disekolah negeri karena semua
telah penuh dan juga karena saat itu
merupakan akhir tahun ajaran sekolah
- Abah mencarikan sekolah swasta, tetapi di
sekolah swasta biaya yang harus
dikeluarkan terlalu besar dan abah tidak
sanggup membayarnya
-Aisyah putus asa dan memutuskan masuk
pondok pesantren
• Aisyah masuk pondok pesantren.
• Tapi, tinggal di pesantren ternyata
tidak seenak angan-angannya dan
Aisyah tidak betah serta memutuskan
untuk keluar dari pondok pesantren
• Ketika Aisyah memutuskan untuk
keluar, dia menemukan seorang
sahabat yang mampu merubah
pendiriannya
• Aisyah tidak jadi keluar dan di
pesantren dia belajar agama dan
belajar menjahit dengan
tekunbersama sahabat barunya
• Aisyah menemukan bakatnya
• Setelah benar-benar pandai menjahit
dan lulus dari pesantren, akhirnya dia
membuka usaha konveksi
• Usaha Aisyah berhasil
• Dari perjalanan hidup yang dilaluinya
Aisyah sadar bahwa orang hidup
harus mampu beradaptasi ketika
mengalami perubahan
Apakah tema cerita di atas?
Ketika perubahan
datang, kita harus
mampu beradaptasi
agar mampu
bertahan hidup
Dimanakah
setting yang
tepat untuk
cerita di atas?
Siapa sajakah tokoh dalam
cerita tersebut?
Penggunaan bahasa
dalam cerpen
• Narasi
• Dialog
• Narasi
Contoh penggunaan
bahasa dalam cerpen
Siang itu, Aisyah berdiri di ambang
pintu, pandangannya hampa, pikirannya
melayang. Dia merasa asing di rumah
barunya. Tak ada lagi halaman luas yang
dipenuhi aneka ragam bunga
peliharaannya, tak ada lagi pohon
rambutan yang merindangi rumah yang
ada hanya jalanan yang dipenuhi dengan
lalu lalang kendaraan yang tiada henti.
Hatinya menangis, jika teringat rumah
lamanya yang kini telah rata dengan
tanah.
• Dialog
Siang itu, Aisyah berdiri di ambang pintu,
pandangannya hampa, pikirannya melayang. Aisyah
tidak sadar sejak tadi Abah memperhatikannya.
“Neng Ais.....! Ais.....!”Abah memanggil-manggilnya.
Tapi, Aisyah asyik dengan lamunannya hingga tak
mendengar panggilan abah. Abah menepuk bahunya.
“Ah, Abah bikin kaget saja” Aisyah tampak terkejut
“Lagi mikirin apa Neng, dari tadi kok ngelihat ke
luar terus?” tanya abah penasaran
“Kagak mikirin apa-apa kok, Bah” Aisyah mencoba
berbohong.
“Neng Ais gak usah bohong sama Abah, Abah tau
kok kalo Neng lagi sedih”
Aisyah menatap sejenak wajah abahnya dan
dengan ragu dia mencurahkan isi hatinya.
“Bah, Ais rindu sama rumah kita” sejenak dia
menghentikan ceritanya, terbayang dimatanya rumah
yang telah ditinggalkannya.
“Di sana,kita punya halaman yang luas, banyak
bunga-bunga milik Ais, juga ada pohon rambutan dan
mangga yang udah gede. Tapi di sini....” Ais
menghentikan ceritanya, batinnya terasa pahit.
“Abah ngerti perasaan Neng, Neng yang sabar
ya!”
Mereka berdua pun sama-sama terdiam,
terhanyut dalam pikiran masing-masing. Kemudian
Aisyah bertanya memecah kesunyian diantara
mereka.
“Bah, apakah rumah kita sudah rata dengan
tanah?”