Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ Hari kiamat adalah hari yang amat mencengangkan, menakutkan, dan penuh kesusahan.

Download Report

Transcript Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ Hari kiamat adalah hari yang amat mencengangkan, menakutkan, dan penuh kesusahan.

Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ
Hari kiamat adalah hari yang amat
mencengangkan, menakutkan, dan penuh
kesusahan. Oleh karena itu, setiap hamba ketika
berada pada hari itu dipadang mahsyar, mereka
berdiri penuh kecemasan, sambil menunggu
keputusan Sang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
1
Allah Ta’ala berfirman,
‫ار ِج ْع َنا‬
ْ ‫سم ِْع َنا َف‬
َ ‫ص ْر َنا َو‬
َ ‫سو ُر ُءوسِ ِه ْم ِع ْن َد َرب ِه ْم َر َّب َنا أَ ْب‬
ُ ‫َولَ ْو َت َرى إِ ِذ ا ْل ُم ْج ِر ُمونَ َنا ِك‬
َ‫صال ًِحا إِ َّنا ُموقِ ُنون‬
َ ْ‫َن ْع َمل‬
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat
ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan
kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan
amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
yakin”. (QS.As-Sajdah: 12)
2
Di tengah kerisauan, dan kecemasan seluruh
makhluk, Allah -Subhanahu wa Ta’ala-
menyelamatkan seorang lelaki muslim. Apa
sebabnya? Karena ia bertauhid, mengesakan
Allah dalam ibadah.
3
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Sesunggunya Allah akan menyelamatkan seorang lelaki dari umatku di
hadapan para makhluk pada hari kiamat. Maka dihamparkan di depannya
99 gulungan (dosa), setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang,
kemudian Allah berfirman (kepadanya), “Apakah kamu mengingkari
sesuatu dari ini (yaitu catatan dosa yang terhampar di depannya), apakah
para penulis-Ku yang mengawasi kamu menzholimimu?” Maka ia
menjawab, “tidak wahai Rabbku”, maka Allah berfirman, “Bahkan engkau
mempunyai satu kebaikan di sisi Kami, sesungguhnya tidak ada kezholiman
pada hari ini atasmu”, maka dikeluarkan satu bithoqoh (kartu) tertulis di
dalamnya:
ْ َ‫أ‬
.‫س ْولُ ُه‬
ُ ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلَ َه إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
4
“Maka Allah berfirman, “Saksikanlah timbanganmu”, maka ia berkata,
“wahai Rabbku apakah (nilainya) bithoqoh ini dibanding dengan
gulungan-gulungan tersebut”. Maka Allah berfirman, “Sesungguhnya
engkau tidak akan dizholimi”. Maka diletakkan gulungan-gulungan
tersebut pada satu daun timbangan dan bithoqoh (diletakkan) pada
anak timbangan (lainnya). Maka terangkatlah gulungan-gulungan itu
dan bithoqoh tersebut lebih berat”. [HR. Imam Ahmad dalam AlMusnad (6994), At-Tirmidziy dalam Al-Jami’ (2639), Ibnu Majah AlQozwiniy dalam As-Sunan (4300), dan lainnya. Di-shahih-kan Syaikh
Al-Albaniy dalam Ash-Shahihah (no. 135)]
5
Hadits ini mengabarkan tentang catatan pahala seorang lelaki,
bertuliskan “l a il aha illall ah” pada sebuah bithoqoh (kartu) bisa
menghapus 99 gulungan dosa. Setiap satu gulungan panjangnya
sejauh mata memandang. Keutamaan ini ia peroleh karena ia
mengucapkan, meyakini, dan melaksanakan konsekuensi
kalimat ini dalam keadaan sempurna keikhlasannya
(murni dalam bertauhid atau syahadatnya).Akan tetapi
perlu diingat, betapa banyak orang yang mengucapkan kalimat
ini, tapi tidak bisa mendapatkan keistimewaan di atas, karena
keikhlasannya tidak sempurna.
6
Fadhilah Asy-Syaikh Sholeh bin Abdul Aziz Alusy Syaikhhafizhohullah- berkata dalam At-Tamhid li Syarh Kitab At-Tauhid (hal.
28), “Keutamaan besar ini bagi kalimat tauhid, hanyalah ada bagi orang
yang kalimat itu kuat di hatinya. Demikianlah bahwa kalimat itu kuat
dalam hati sebagian hamba, karena ikhlash, dan membenarkannya. Dia tak
ragu terhadap sesuatu yang ditunjukkan oleh kalimat tersebut, ia meyakini
sesuatu yang terdapat padanya, dan mencintai sesuatu yang
ditunjukkannya. Akhirnya, bekas, dan cahayanya semakin kuat dalam hati.
Jika demikian, maka kalimat itu akan membakar sesuatu yang dihadapinya
berupa dosa-dosa. Adapun orang yang tidak sempurna keikhlasannya dalan
kalimat itu, maka gulungan dosa tersebut tidak akan terangkat (melayang)”.
7
Oleh karena itu, seorang muslim perlu mengetahui makna
tauhid yang dikandung oleh kalimat syahadat. AlAllamah Abdur Rahman bin Nashir AsSa’diyrahimahullah berkata dalam Al-Qoul As-Sadid (hal.
32), “Tauhid adalah Berilmu dan mengetahui akan ke-Esaan
Allah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan
mengikhlaskan (memurnikan) ibadah hanya kepada-Nya”.
Seorang yang mengucapkan dan meyakini kalimat
syahadat, harus mengerjakan dua syarat:
8
Pertama, nafyul uluhiyah (meniadakan semua
sesembahan) selain Allah, yaitu mengetahui dan meyakini
bahwa tidak ada hamba yang mempunyai hak uluhiyah
(penyembahan) sedikitpun dan tidak berhak diibadahi, baik
itu para nabi, malaikat, jin, kiyai, para raja, dan lainnya. Tidak
seorang pun yang memiliki bagian sedikit pun dari uluhiyahNya. Jadi, makhluk tidak boleh dido’ai, di-istighotsahi,
dimintai tolong dalam perkara yang tak mampu ia lakukan,
kecuali Allah.
9
Kedua, itsbatul uluhiyah (menetapkan hak
penyembahan) hanya kepada Allah saja, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Juga menetapkan keesaan-Nya dalam
semua makna penyembahan dan peribadatan, dan semua
sifat-Nya yang sempurna. Semua hamba tidak cukup hanya
meyakini ini saja, tapi dia juga harus mewujudkan dengan
mengikhlaskan dien (ibadahnya), menegakkan Islam dan
melaksanakan hak-hak Allah serta kawajiban seorang
hamba yang ditujukan kepada Allah untuk mendapatkan
ridha dan pahala dari-Nya.
10
Bisa dipahami bahwa hakekat tafsir “syahadat” yang
sempurna adalah bara’ (berlepas diri) dari sesembahan
selain Allah, tidak membuat tandingan-tandingan bagi
Allah, tidak mencintai sesuatupun melebihi cintanya
kepada Allah, atau mentaati mereka sebagaimana beramal
untuk Allah diantara perkara bisa berlawanan dengan
makna dan hakekat “L a il aha illall ah”.Tentang makna “L a
il aha illall ah”,
11
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
‫ِسا ُب ُه َعلَى‬
َ ‫َمنْ َقال َ الَ إِلَ َه إِالَّ هللاُ َو َك َف َر ِب َما ُي ْع َب ُد مِنْ د ُْو ِن هللاِ َح ُر َم َمالُ ُه َودَ ُم ُه َوح‬
.ِ‫هللا‬
“Baransiapa yanng mengucapkan “L a il aha illall ah” dan
dia mengingkari semua yang disembah selain Allah, maka
haram harta dan darahnya, adapun perhitungannya
terserah Allah”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (23), AthThobroniy dalam Al-Kabir (8190), dan lainnya]
12
Orang yang hanya mengucapkan “L a il aha illall ah’’ di lisan saja
sedang dia tidak mengerti maknanya, tidak mengikrarkannya,
berdo’a tidak hanya kepada Allah saja, maka darah dan hartanya
tidak terjaga sebelum dia mengingkari sesembahan-sesembahan
selainnya, Namun kalau dia ragu-ragu dan tak tahu, maka tidak ada
jaminan atas harta dan darahnya.
Jadi, jelas bahwa mengucapkan “L a il aha illall ah” haruslah yakin tentang
wajibnya beribadah hanya kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya,
disertai keikhlasan baik ucapan dan keyakinannya. Selain itu, ia juga harus
bara’ (berlepas diri) dari selain-Nya dalam hal ibadah, ketaatan dan
ketundukan.
13
Syahadat yang murni adalah yang bersih dan tidak ada noda-noda syirik,
baik syirik akbar (besar) yaitu beribadah kepada selain Allah, maupun syirik
asqhar (kecil) seperti riya’ firman Allah,
َ ‫ش ِر ُكوا ِب ِه‬
ْ ‫هللا َو َال ُت‬
‫ار ذِي ا ْلقُ ْر َبى‬
َ ‫سا ًنا َو ِب ِذي ا ْلقُ ْر َبى َوا ْل َي َتا َمى َوا ْل َم‬
َ ‫ش ْي ًئا َو ِبا ْل َوالِدَ ْي ِن إِ ْح‬
ْ ‫َو‬
َ َّ ‫اع ُبدُوا‬
ِ ‫ساك‬
ِ ‫ِين َوا ْل َج‬
ِ ‫ب ِبا ْل َج ْن‬
ِ ‫الصا ِح‬
ِ ‫ار ا ْل ُج ُن‬
‫ورا‬
ً ‫ِب َمنْ َكانَ ُم ْخ َت ًاال َف ُخ‬
ُّ ‫هللا َال ُيح‬
َّ ‫ب َوا ْب ِن‬
َّ ‫ب َو‬
ِ ‫الس ِب‬
َ َّ َّ‫يل َو َما َملَ َك ْت أَ ْي َما ُن ُك ْم إِن‬
ِ ‫َوا ْل َج‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri”. (QS. An-Nisa: 36)
14
Juga bersih dari noda-noda bid’ah (perkara baru yang diada-
adakan dalam urusan agama yang tidak ada petunjuk dari
Allah dan Rasul-Nya) yang berupa ucapan, keyakinan dan
amalan. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
.‫س ِم ْن ُه َف ُه َو َرد‬
َ ‫َمنْ أَ ْح َد َث ف ِْي أَ ْم ِر َنا َه َذا َما لَ ْي‬
“Siapa yang mengada-adakan (sesuatu yang baru) dalam
urusan dien (agama) kami ini yang bukan dari padanya
maka dia tertolak”. [HR. Al-Bukhariy dan Muslim]
15
Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata dalam AlMinhaj (12/16), “Hadits ini merupakan sebuah kaedah agung diantara kaedah-
kaedah Islam. Hadits termasuk jawami’ al-kalim (ucapan ringkas, tapi padat
maknanya) dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, karena ia gamblang
dalam menolak segala perbuatan bid’ah, dan sesuatu yang diada-adakan”.
Ibnu Daqiq Al-Ied-rahimahullah- dalam Syarah Al-Arba`in AnNawawiyah (hal.43, Cet.Dar Ibnu Hazm),“Hadits ini merupakan kaidah yang
sangat agung diantara kaidah-kaidah agama.Dia termasuk "Jawami’ AlKalim" (ucapan ringkas, tapi padat maknanya) yang diberikan kepada AlMushthofa r , karena hadits ini jelas sekali dalam menolak segala bentuk
bid`ah dan perkara-perkara baru”.
16
Serta bersih dari maksiat. Kemurnian tauhid ini akan terwujud
dengan adanya keikhlasan yang sempurna, baik dalam ucapan,
amalan, maupun iradah (kehendak)nya, selamat dari syirik akbar
yang membatalkan keislamannya (aqidahnya) dan selamat dari syirik
ashgar (kecil), seperti riya’ yang mengurangi kesempurnaan tauhid
juga terbebas dari bid’ah dan maksiat yang mengotori tauhid yang
berpengaruh sangat jelek.
Jadi, inilah yang menyebabkan ia masuk surga tanpa hisab atau hisab
yang mudah, termasuk golongan pertama yang masuk surga dan dia
berada di maqam (kedudukan) yang tinggi.
17
Murninya tauhid adalah tunduk kepada Allah dengan sempurna dan
tawakkal yang kuat kepada-Nya sehingga hatinya tidak condong sedikit
pun kepada mahkluk di setiap kondisi, tidak meminta kemuliaan kepada
mereka di mana dan kapan saja, tapi dzohir dan batinnya, ucapan dan
perbuatan, cinta, bencinya karena Allah dan semuanya di tujukan hanya
mencari ridha Allah dengan mengikuti petunjuk Rasul-Nya.
Tauhid yang murni tidak bisa diperoleh hanya dengan angan-angan,
tidak dengan hanya berdo’a yang tanpa bukti dan khayalan-khayalan
kosong, tapi kemurnian syahadat bisa didapat dengan hal-hal yang
menenangkan hati, berupa keyakinan, aqidah yang terbukti dengan
berbuat kebaikan, berakhlaq mulia dan beramak shaleh.
18
Firman Allah,
‫س ِن َما َكا ُنوا‬
َ ‫صال ًِحا مِنْ َذ َك ٍر أَ ْو أ ُ ْن َثى َوه َُو ُم ْؤمِنٌ َفلَ ُن ْح ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َطي َب ًة َولَ َن ْج ِز َي َّن ُه ْم أَ ْج َر ُه ْم ِبأ َ ْح‬
َ َ ‫َمنْ َع ِمل‬
َ‫َي ْع َملُون‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97)
Memurnikan tauhid dengan cara inilah yang akan mendapatkan
keistimewaan yang sudah disebutkan pada hadits bithoqoh di depan.
19
Para pembaca yang budiman, inilah hakekat syahadat yang
murni dan faedah-faedahnya. Maka murnikanlah syahadatmu,
dengan ketundukan, cinta, harap, takut, tawakkal dengan
keyakinan yang kokoh hingga Allah menerimanya, dan agar
kita bisa memetik buahnya di dunia dan akhirat serta
memberikan pengaruh pada kaum muslimin, istiqomah di
dalamnya sampai kita berjumpa dengan Allah di akhirat kelak.
20
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 05 Tahun I. Penerbit :
Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto
Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP :
08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung
Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi :
Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi.
Untuk berlangganan hubungi alamat di atas. (infaq Rp. 200,-/exp)
21
Di Buat Agar Mudah Di Baca Download PowerPoint Ini di
http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di
http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/hanyasatu-kartu.html