Penulis : Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal BAGAIMANA SESEORANG BERBAI’AT? Bersumber dari: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=deti l&id_online=930 Microsoft PowerPoint By malcomahsan&JuRaiZ.

Download Report

Transcript Penulis : Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal BAGAIMANA SESEORANG BERBAI’AT? Bersumber dari: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=deti l&id_online=930 Microsoft PowerPoint By malcomahsan&JuRaiZ.

Penulis : Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal
BAGAIMANA SESEORANG
BERBAI’AT?
Bersumber dari:
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=deti
l&id_online=930
Microsoft PowerPoint By
malcomahsan&JuRaiZ
1
Dalam berbai’at, ada beberapa cara yang bisa dilakukan:
Jabatan tangan yang disertai ucapan
Yaitu dengan mendatangi seorang yang dibai’at dan
berjabat tangan dengannya lalu mengucapkan
pernyataan bai’atnya. Ini yang biasa dilakukan oleh ahlul
halli wal ‘aqdi dan orang yang memungkinkan untuk
datang kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ ‫هللا يَ ُد هللاِ ََ قو‬
ْ
َ‫ما ُيبَايِ ُعون‬
َّ ِ‫إ‬
َ َّ‫ك إِن‬
َ َ‫ين ُيبَايِ ُعون‬
َ ‫ن الَّ ِذ‬
‫يِ ق‬
َ
ِ ‫َ ََ قي ِد‬
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada
kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.
Tangan Allah di atas tangan mereka.”
(Al-Fath: 10)
2
Demikian pula sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
‫ع‬
ِ ِ‫ط قع ُه إ‬
ِ ‫ه ََ قل ُي‬
ِ ‫م َر َة َق قل ِب‬
َ ‫اس َتطَا‬
َ َ‫ن بَاي‬
َ َ‫ص قف َق َة يَ ِد ِه َوث‬
َ ‫ع إِ َما ًما ََأَ قعطَا ُه‬
‫ن ق‬
‫َو َم ق‬
‫ق ق‬
‫خ ِر‬
َ ‫اْل‬
َ ‫ض ِر ُبوا ُع ُن‬
َ ‫جا َء آ‬
‫از ُع ُه ََا ق‬
َ ‫ََ ِإ قن‬
ِ ‫خ ُر ُي َن‬
“Barangsiapa yang membai’at seorang imam lalu dia telah
memberikan jabatan tangan dan kerelaan hatinya maka
hendaknya dia taat kepadanya sebatas kemampuannya.
Jika ada yang lain dibai’at, maka penggallah leher yang lain
itu (yang memenggal adalah pemerintah yang sah, red.).”
(HR. Muslim no. 1844, dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash
radhiyallahu ‘anhuma)
Kata shafqah berasal dari kata tashfiq bil yad yaitu
menepuk dengan tangan. Sebab dua orang yang saling
berbai’at meletakkan tangannya di tangan yang lainnya
ketika bersumpah dan berbai’at.
(Lihat ‘Aunul Ma’bud,11/214, An-Nihayah fi Gharib AlHadits, Ibnul Atsir, 3/38)
3
Ucapan tanpa jabatan tangan
Seperti ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengambil bai’at dari para wanita. Aisyah
radhiyallahu ‘anha berkata setelah menyebutkan
poin-poin bai’at:
‫ن إِ ََّّل‬
ِ ‫مبَايَ َع‬
‫س ق‬
َّ ُِ ‫ة َو َما بَايَ َع‬
َّ ‫َوهللاِ َما َم‬
ُ ‫ت يَ ُد ُه يَ َد ا قم َرََ ٍة َقط ُّ َِي ا قل‬
‫ه‬
ِ ِ‫بِ َق قول‬
“Demi Allah, tangan beliau tidak pernah menyentuh
tangan seorang wanita sekalipun dalam membai’at.
Beliau tidak membai’at mereka melainkan hanya
dengan ucapan.”
(HR. Al-Bukhari no. 2564, Muslim no. 1866. Lafadz
ini dari riwayat Al-Imam Al-Bukhari rahimahulllahu)
4
Utusan amir
Ini berlaku bagi orang yang memiliki udzur untuk
bai’at secara langsung, seperti orang yang terkena
penyakit lepra. Sebagaimana yang diriwayatkan
oleh ‘Amr bin Asy-Syarid dari ayahnya, ia berkata:
“Di antara utusan Tsaqif ada seseorang yang
terkena penyakit lepra, maka Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengirim utusan kepadanya untuk
mengatakan kepadanya: ‘Pulanglah, sungguh aku
telah membai’atmu’.” (HR. Muslim no. 2231)
5
Mengirim surat
Sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma tatkala menyatakan bai’at kepada Abdul Malik bin Marwan
melalui surat yang dikirimkan kepadanya. (Diriwayatkan Al-Bukhari no.
7203)
Juga sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Najasyi, di mana beliau
menulis surat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
menyebutkan: “Bismillahirrahmanirrahim. Kepada Muhammad Rasulullah,
dari An-Najasyi Al-Asham bin Abjar. Salamun alaika, wahai Nabi Allah,
dari Allah warahmatullahi wabarakatuh. Tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Dia yang telah memberi petunjuk kepadaku.
Telah sampai kepadaku suratmu, wahai Rasulullah, tentang apa yang
engkau sebutkan perihal Isa q. Demi Rabb pemilik langit dan bumi,
sesungguhnya Isa tidak lebih dari apa yang telah engkau sebutkan. Dan
kami telah mengetahui apa yang engkau utus kepada kami. Kami telah
menjamu anak pamanmu (Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, pen.)
dan para sahabatnya. Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah
yang jujur dan dibenarkan. Aku telah berba’iat kepadamu, dan berbai’at
kepada anak pamanmu. Dan aku telah berserah diri kepada Allah Rabb
sekalian alam.” (HR. Al-Baihaqi dalam Dala’il An-Nubuwwah 2/309, Ibnul
Atsir dalam Usdul Ghabah 1/97, Ath-Thabari dalam Tarikhnya 2/132, dari
Muhammad bin Ishaq. Namun riwayatnya mu’dhal)
6
Namun tidak disyaratkan setiap yang menyatakan
bai’atnya untuk diharuskan mendatangi pemimpin lalu
berbai’at di hadapannya. Bai’at ahlul halli wal ‘aqdi telah
mewakili yang lainnya, dengan cukup menampakkan sikap
mendengar dan taat. Al-Maziri rahimahulllahu berkata:
‫ب‬
ِ َ‫ل َوا قل َع قق ِد َو ََّل ي‬
ِ ‫يَ قك ِفي َِي بَ قي َع‬
َ ‫اْل َما ِم ََ قن يَ َق‬
‫ن ََ ق‬
َ ‫ل ا قل‬
‫ع ِم ق‬
ِّ ِ ‫ح‬
ُ ‫ج‬
ِ ‫ه‬
ِ‫ة ق‬
‫ل‬
َ َ‫ع قن َد ُه َوي‬
ِ ‫ض َر‬
ِ‫ق‬
َ ‫ض‬
ُ ‫ح‬
َ ََ ‫ل‬
‫ بَ ق‬،‫ع يَ َد ُه َِي يَ ِد ِه‬
‫ح ٍد ََ قن يَ ق‬
‫اَّل ق‬
َّ ‫ َو ََّل يَ قل َز ُم ُك‬،‫اب‬
ُ ‫ستِي َع‬
‫ه َو ق‬
‫ه‬
ِ ‫َا َعلَ قي‬
ِ ‫اع ِت‬
َ ‫اد لَ ُه بِأَ قن َّل َ ُي‬
َ َ‫ام ط‬
َّ ُ
َ ‫ق ا قل َع‬
ُ َ‫َخالِ َف ُه َوَّل َ ي‬
ُ َ‫اَّل قن ِقي‬
ُ ‫يَ قك ِفي ا قل ِت َز‬
“Cukup dalam membai’at imam dilakukan pihak ahlul halli
wal ‘aqdi dan tidak wajib bagi seluruhnya. Tidak mesti
setiap orang harus hadir lalu meletakkan tangannya di
tangan (orang yang di bai’at). Namun cukup menyatakan
komitmen ketaatan dan tunduk kepadanya dengan tidak
menyelisihinya serta tidak merusak persatuan.” (Fathul
Bari, 7/494)
7
An-Nawawi rahimahulllahu berkata pula:
َ
َ
‫ق‬
َ
‫ق‬
‫ح ِت َِا‬
ُ ‫ُ َت َر‬
‫م‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ق‬
‫ف‬
‫ت‬
‫ا‬
‫د‬
‫ق‬
َ
‫ة‬
‫ع‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ا‬
‫م‬
َ
َ
ِ ِ‫ط ل‬
ِ
َ
ُ
َ
َ
َّ
َ
‫اء َعلَى ََن َّ ُه ََّل ُي ق‬
‫ق‬
َّ َ
ُ
َّ
َ
ُ
‫ط‬
ُ ‫ُ َت َر‬
‫ُل ال َّن‬
‫ُل ََ ق‬
َ َّ ‫ َوإِن‬،‫ل َوا قل َع قق ِد‬
َ ‫ل ا قل‬
‫ما ُي ق‬
ِّ ِ ‫ح‬
ِّ ِ ‫ َوَّل َ ك‬،‫اس‬
ِّ ِ ‫ُمبَايَ َع ُة ك‬
ِ ‫ه‬
ِ
‫جو ِه‬
َ ‫ما ِء َوال ُّرؤ‬
َ َ‫ن ا قل ُعل‬
َ ‫ْ ِم‬
َ ‫ج‬
‫اع ُِ ق‬
‫س َر إِ ق‬
‫ُمبَايَ َع ُة َم ق‬
ُ ‫م‬
َّ َ‫ن تَي‬
ُ ‫َسا ِء َو ُو‬
‫اس‬
‫ال َّن‬
ِ
“Adapun bai’at, para ulama telah sepakat bahwa
tidak disyaratkan sahnya bai’at dengan adanya
bai’at dari seluruh manusia, tidak pula dari semua
ahlul halli wal ‘aqdi. Hanyalah disyaratkan bai’at
mereka yang mudah untuk mencapai kesepakatan
mereka dari kalangan para ulama, para pemuka
dan tokoh-tokoh masyarakat.” (Syarah Muslim, AnNawawi rahimahulllahu, 12/77)
8
Shighat bai’at
Inti dari shigat bai’at adalah menyatakan untuk senantiasa
mendengar dan taat selama dalam perkara kebaikan.
Shigat yang disebutkan dalam bai’at sesuai dengan
kondisi dan keadaan yang dikehendaki dalam bai’at
tersebut. Apakah bai’at untuk mendengar dan taat, bai’at
untuk berjihad, bai’at untuk menegakkan shalat,
menunaikan zakat, dan saling menasihati antara sesama
muslim, bai’at untuk berperang hingga titik darah
penghabisan, serta yang semisalnya, yang telah
dijelaskan di dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan yang diamalkan oleh para ulama
salaful ummah tatkala mereka berbai’at kepada imam di
masanya.
9
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahulllahu dari
Abdullah bin Dinar rahimahulllahu, dia berkata: Aku
menyaksikan tatkala kaum muslimin sepakat untuk
mengangkat Abdul Malik, beliau menulis:
‫ين َعلَى‬
ِ ِ‫مل‬
ِ ‫اع‬
َ َّ‫معِ َوالط‬
َ ِ‫م قؤ ِمن‬
َ ‫ة لِ َع قب ِد هللاِ َع قب ِد ا قل‬
‫الس ق‬
َّ ِ‫إِنِِّي َُقِ ُّر ب‬
ُ ‫ير ا قل‬
ِ ‫ك ََ ِم‬
‫ك‬
َّ ِ‫ت َوإ‬
ِ ِ‫ي َق قد ََ َق ُّروا ب‬
ِ ِ‫سول‬
ِ ‫س َّن‬
ِ ‫س َّن‬
َ ِ‫ل ََل‬
‫ه َما ق‬
َّ ‫ن بَ ِن‬
ُ ‫اس َتطَ قع‬
ُ ‫ة َر‬
ُ ‫ة هللاِ َو‬
ُ
ِ ْ‫م ق‬
“Sesungguhnya aku menyatakan mendengar dan taat
kepada hamba Allah, Abdul Malik, Amirul Mukminin, di
atas ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah
Rasul-Nya selama aku mampu, dan sesungguhnya anakanakku telah menyatakan hal yang sama.”
(HR. Al-Bukhari no. 7203 dan 7205)
Download PowerPoint Lain nya di
http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=deti
l&id_online=926