HERPESVIRIDAE KARAKTERISTIK Herpesvirus merupakan virus DNA intranukleus besar.  Mempunyai kecenderungan kuat untuk menimbulkan infeksi laten dan rekuren.  Dibagi menjadi 3 Genus :  – Alphavirinae (terdiri.

Download Report

Transcript HERPESVIRIDAE KARAKTERISTIK Herpesvirus merupakan virus DNA intranukleus besar.  Mempunyai kecenderungan kuat untuk menimbulkan infeksi laten dan rekuren.  Dibagi menjadi 3 Genus :  – Alphavirinae (terdiri.

HERPESVIRIDAE
KARAKTERISTIK
Herpesvirus merupakan virus DNA intranukleus
besar.
 Mempunyai kecenderungan kuat untuk
menimbulkan infeksi laten dan rekuren.
 Dibagi menjadi 3 Genus :

– Alphavirinae (terdiri dari virus Herpes simplex tipe 1
dan 2, serta virus varicella-zoster).
– Betaherpesvirinae (terdiri dari cytomegalovirus).
– Gammaherpervirinae (terdiri dari virus Epstein-Barr).

Ditemukan Herpersvirus human baru, yaitu Herpes
lymphotyropic virus yang dapat merupakan
kofaktor pada patogenesis AIDS dan disebut juga
Human herpesvirus 6.
SIFAT-SIFAT HERPESVIRUS
Virion herpesvirus berbentuk sferik ukuran 150120nm
 Kapsid berbentuk ikosahedral (bidang 20) yang
besarnya 100nm.
 Kapsid terdiri dari 162 kapsomer, mempunyai
gambaran sebagai prisma memanjang berlubang
berbentuk hexagonal (150 buah hexon) dan
pentagonal (12 buah penton) dengan sumbu
lubang di tengah-tengahnya.
 Kapsid ikosahedral yang berdiameter 100nm
memperlihatkan suatu simetri rangkap 5:3:2.

SIFAT-SIFAT HERPESVIRUS
Virion merupakan partikel yang mempunyai
peplos (selubung) yang terdiri dari
lipoprotein dengan diameter keseluruhan
150-200nm.
 partikel yang tak berselubung (naked atau
non envelope) yang berdiameter 100nm
kadang sering terlihat.
 Pada preparat irisan tipis terlihat kapsidnya
terdiri dua lapisan liporotein (multiple
shell).

SIFAT-SIFAT HERPESVIRUS
Asam Nukleat merupakan suatu DNA yang
berantai ganda (double stranded) dengan
berat molekul 100 juta dalton.
 Mempunyai kandungan guanin dan sitosin
yang tinggi.
 Nukleokapsid dari pelbagai herpesvirus
mempunyai struktur antigen golongan yang
bersamaan dan dapat dibuktikan dengan
teknik imuno-difusi atau reaksi pengikatan
komplemen.

VIRUS HERPES SIMPLEX
Pada manusia menimbulkan berbagai lesi.
Lesi-lesi tersebut dapat diklasifikasikan
dalam 4 golongan :
– Lesi setempat pada kulit atau membran mukosa.
– Lesi pada sistem saraf pusat.
– Eczema herpeticum.
– Herpes yang disseminated.
A. Lesi Setempat pada Kulit atau membran
mukosa
Herpes simplex, merupakan istilah yang dipakai
untuk mendeskripsikan erupsi vesikuler tipe cold
sore pada bibir, muka dan telinga. Vesikel bersifat
nyeri, tetapi tanpa diikuti demam. Ulkus aphthous
pada mulut yang biasanya nyeri yang sering
diderita oleh orang dewasa, dimungkingkan tidak
disebabkan oleh virus herpes simplex.
 Herpes Febris, merupakan istilah yang digunakan
bagi tipe yang sama untuk erupsi vesikuler yang
berkembang menjadi penyakit demam seperti
malaria dan pneumonia dan yang dulu
dilaksanakan pada pyrotherapi buatan yang
diinduksi dengan jalan menyuntikan vaksin.

A. Lesi Setempat pada Kulit atau membran
mukosa
Herpes cornealis, adalah keratitis yang
disebabkan oleh virus herpes simplex. Lesi
biasanya merupakan suatu ulkus unilateral
pada kornea atau konjungtiva (bercabang
atau dendritik), juga terdapat limfadenopati
preaurikuler.
 Herpes genetalis, merupakan lesi vesikuler
yang ditimbulkan oleh virus herpes simplex
yang terdapat pada genetalia eksterna pria
atau wanita. Bentuk khusus lainnya ialah
vulvovaginitis dan diaper rash pada bayi.

A. Lesi Setempat pada Kulit atau membran
mukosa
Herpes Traumatik, merupakan infeksi herpes
pada jari yang sering terdapat pada perawat,
dokter, dan dokter gigi, sering disebut herpetic
whitlow, biasanya merupakan infeksi bersam
dengan Staphylococcus aureus.
 Gingivostomatitis herpetika, merupakan
manivestasi infeksi yang paling sering terjadi pada
usia 1 – 5 tahun. Gingivostomatitis primer terdapat
sebagai reaksi inflamasi yang hebat pada mulut,
gingiva, tonsil bibir dan muka disertai demam dan
limfadenopati.

Pathogenesis of Herpesvirus infections
The vesicular rash of herpes
zoster.
Cytomegalovirus retinitis.
B. Lesi pada Sistem saraf pusat
Meningitis aseptik, kasus sporadik meningitis
aseptik yang disebabkan oleh virus herpes
simplek dapat terjadi dan virusnya dapat
siasingkan dari likuorspinalis.
 Ensefalitis, Kasus sporadik ensefalitis baik
bentuk akut, maupun yang sub akut pernah
dideskripsikan oleh Adam & Jennet (1967), Miller
& Ross (1968), dan Olson dkk (1967). Lesi dari
kasus ensefalitis ini terdapat pada korteks
serebral, termasuk meningitis, infiltrasi
perivaskuler, destruksi dari sel saraf ganglionik
serta adanya badan inklusi intranukleus tipe A.

C. Eczema herpeticum
Kaposi (1887)  suatu erupsi vesikuler akut sebagai
komplikasi dari eczema infantil atau disebut juga
dengan istilah lain dermatitis varicelliformacuta, ini
dapat disebabkan oleh virus herpes simplex (eczema
herpeticum), maupun oleh virus vaccinia (eczema
vaccinatum).
 Terjadi pada semua umur. Penyakit ini timbul
mendadak dengan terlihat vesikel besar-besar dalam
jumlah yang besar pula yang muncul dalam
kumpulan selama satu minggu atau lebih. Diikuti
dengan demam, denudasi yang hebat dari epitel
dengan akibat dehidrasi.

D. Herpes yang Disseminated






Hass (1935) telah mendeskripsikan dan melaporkan
tentang kasus herpes simplex generalisata pada bayi
prematur.
Vesikel timbul dan berkembang pada kulit dalam mulut
dan pada mata.
Terdapat demam, ikterus dan ensefalitis.
Akan ditemukan lesi nekrotik pada hati, paru-paru,
limpa, otak, ginjal, adrenal, dan diafragma.
Badan inklusi intranukleus ditemukan dalam sel pada
pinggiran lesi dan virusnya dapat diasingkan dalam lab.
Bentuk yang sama dari herpes disseminated yang akut
dapat pula terjadi pada bayi dan anak yang lebih tua.
Sifat Alami dari Herpes
Prosentase orang yang mengandung antibodi akan
meningkat sesuai dengan kenaikan umurnya.
 Infeksi primer dengan virus herpes simplex dapat bersifat
sub klinik atau klinik dengan manifestasi yang paling
sering terjadi sebagai gingivostomatitis.
 Penyakit herpes primer cenderung untuk bersifat hebat
dan umumnya terbanyak di dapat pada anak berumur
antara 1 – 5 tahun.
 Herpes yang rekuren merupakan suatu penyakit yang
timbul ( kambuh) lagi dari bentuk infeksi herpes setempat
pada kulit, mukosa dan kornea, dalam hal ini antibodi
dalam darah terdapat pada fase remisi, akan tetapi tidak
dapat mencegah terjadinya rekurensi.

PATOLOGI DAN PATOGENESIS
Infeksi herpes mempunyai lesi yang bersifat khas berupa
vesikel pada kulit.
 Sel-sel epitel memperlihatkan degenerasi balon
(ballooning degeneration) yang menyebabkan
terbentuknya vesikel.
 Badan inklusi intranukleus asidofilik dapat ditemukan
dalam sel-sel raksasa dan sel-sel epitel yang terdapat
dipinggri vesikel.
 Lesi-lesi tersebut merupakan salah satu bukti adanya
reaksi inflamasi.
 Virus herpes simplek biasanya masuk ke dalam badan
melalui bibir, mulut, kulit, kanrtung konjungtiva adatu
genetalia.
 Multiplikasi awal virus terjadi pada tempat masuknya,
kemudian masuk ke kelenjar limfe regional dan
mengadakan invasi ke dalam darah yang selanjutnya
menempatkan diri dan mengadakan reproduksi di dalam
kulit, membran mukosa atau visera.

PATOLOGI DAN PATOGENESIS
Virus herpes simplex diduga berada dalam
keadaan laten di dalam kulit, membran mukosa
atau kemungkinan besar juga dalam kelenjar
limfe yang dapat dibangunkan menjadi aktif
dengan berbagai cara, misalnya secara hormonal.
Traumatik dan banyak faktor lainnya.
 Sekitar 5% dari orang yang kelihatannya sehat,
dapat mengeksresikan virus herpes simplex
dalam mulut, nasofaring, dan tinja. Juga dapat
ditemukan dalam likuor serebrospinal orang
normal. Diduga carrier virus yang sehat
sesungguhnya menderita serangan herpes yang
rekuren

EPIDEMIOLOGI
Virus herpes simplek dapat ditularkan antar
manusia dengan jalan pegangan langsung
dengan tangan ciuman, hubungan sexual dan
melalui alat gelas, handuk, sabun dll.
 Sumber inbfeksi adalah seorang penerita atau
pembawa virus yang mengeksresikan virus
dalam sekret mata, mulut, kulit, dan genetalia.
 Orang dengan ezcema sangat sensitif pada
kulitnya,
 Bayi yang menderita herpes yang disseminated
diduga mengalami infeksi pada waktu dilahirkan
oleh seorang ibu penderita herpes genitalis

TISSUE CELL CULTURE


Virus herpes simplex tumbuh dengan baik dalam berbagai
sistem biakan sel jaringan, terutama dalam monolayers dari
biakan sel ginjal kelinci, ginjal kera, amnion manusia dan
embrio ayam.
Dalam biakan sel jaringan virus ini menimbulkan efek
sitopatogenik yang khas berupa :
–
–
–
–
pembentukan badan inklusi intranukleus asidofilik (Cowdry tipe A),
peminggirian bahan inti (Margination of nuclear materials),
degenerasi seperti balon (ballooning degeneration)
pembentukan sinsitia sehingga terjadi sel raksasa berinti banyak
(multinucleated giant cell / plykaryocytosis)
– pembentukan plaque yang mempunyai arti penting untuk
differensiasi morfologi plaque.
KEKEBALAN PADA MANUSIA






Antibodi primer pertama-tama dibentuk beberapa hari
setelah terjadinya infeksi dan titer maksimum dicapai kirakira setelah 2-3 minggu.
Antibodi bertahan untuk jangka waktu yang tidak terbatas,
tidak dapat mencegah suface carriage virus dan rekurensi
stempat.
Reaksi netralisasi dan pengikatan komplemen dapat
digunakan untuk membuktikan kenaikan konsentrasi
antibodi.
Antibodi dapat ditemukan pada serum orang dewasa yang
prosentasenya mencapai lebih dari 80%, dapat juga
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
mengadung antibodi tersebut.
Sebagian anak berumur sampai 12 tahun telah
mempunyai antibodi herpes dalam darahnya.
Gamma globulin manusia mengandung antibodi netralisasi
yang titernya mencapai kira-kira 500.
DIAGNOSIS LABORATORIUM

Bahan pemeriksaan :
–
–
–
–
–
–
–
–
Vesikel yang masih baru / utuh,
Usapan / kerokan dari ulkus pada mulut,
Alat genitalia.
cucian dari mata dan tenggorok, saliva,
likuor serebrospinalis,
darah,
feses.
Pada kasus fatal dapat juga diperiksa otak, hati
sumsum tulang belakang.
DIAGNOSIS LABORATORIUM

Diluen :
– Kaldu nutrien,
– Cairan garam untuk biakan jaringan ynag
mengandung 10% serum normal, atau 0,5% gelatin,
– Aquades steril.

Pengiriman bahan pemeriksaan jarak jauh :
– Gliserol 50%
– Dengan Dry ice.
4 macam pemeriksaan Laboratorium
untuk penyakit herpes
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan langsung secara
mikroskopis.
Pemeriksaan serologi.
Isolasi dan identifikasi virus.
Percobaan hewan.
Pemeriksaan Lab.
Paling sederhana dan cepat : dengan mewarnai
denagn Giemsa atau hematoksilin eosin (H-E)
sediaan kerokan dasar vesikel pada gelas alas
untuk melihat adanya sel raksasa berinti banyak
(Tzanck) yang khas dengan badan inklusi
intranukleus asidofil (Cowdry tipe A).
 Dengan teknik antibodi fluoressensi dari sediaan
daras vesikel maka bdan inklusi khas dapat
ditemukan dalam sel dengan cepat.

Pemeriksaan Lab.

Isolasi virus dapat dilaksanakan dengan 3 cara
yaitu :
– Teknik in ovo.
– Teknik in vitro.
– Teknik in vivo.
Hasil pemeriksaannya tergantung faktor-faktor :
1. Pemilihan jenis bahan pemeriksaan yang paling baik
(specimen of choice).
2. Pengambilan, pengiriman, pengolahan, dan
penyimpanan bahan pemeriksaan.
3. Pemilihan dan pengurangan sistem atau medium
hidup yang paling peka bagi virus yang akan
diisolasi.
Diagnosa Laboratorium Penyakit Herpes
Bahan Klinik
Mikroskopis
1. Cahaya biasa
Giemsa / H-E
2. Antibodi
Fluoresensi
3. Elektron
Badan Inklusi
Telur berembrio
1. Selaput
CAM
Biakan sel
In vivo
1. Biakan
primer ginjal
kelinci
1. Anal
Mencit
1. Netralisasi.
2. Marmot
2. Pengikatan
komplemen
2. Biakan stabil 3. Kelinci
: manusia /
hewan
Pock / Plaque Cow dry tipe A
Serologi
3. Imunofluores
ence
4. RIA
5. ELISA
Ataksia,
Konvulsi,
Paralisis,
keratitis,
Antibodi
mati
khas
TERAPI
Iododeoxyuridin (IDU) dianggap dapat
dipakai untuk terapi pada keratitis
tersebut. Tetapi mempunyai efek
sitotoksik yang dapat membahayakan
penderita.
 5-trifluorothymidin (TPT)
 Arabinosyl adenin (ARA-A), efektif untuk
herpes ensefalitis dan herpes neonatorum
