9. BAB VII. MAKRO SEKUNDER (S, Ca, Mg)

Download Report

Transcript 9. BAB VII. MAKRO SEKUNDER (S, Ca, Mg)

VII. S, Ca, Mg
 Sulfur (S)
 Kalsium (Ca)
 Magnesium (Mg)
1. Pendahuluan
 S, Ca, dan Mg unsur hara makro sekunder yang di-
butuhkan relatif dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan
tanaman yang baik.
 S dan Mg dibutuhkan oleh tanaman kira2 jumlahnya sama
seperti P, dimana untuk banyak spesies
tanaman Ca
dibutuhkan > P.
 Reaksi S dalam tanah sangat serupa dalam reaksi N,
yangmana didominasi oleh fraksi organik atau mikrobial
dalam tanah.
 Ca2+ & Mg2+ hubungannya dgn fraksi koloid tnh,
menunjukkan reaksi yg sama seperti K+.
2. Belerang (S)
2.1. Siklus S
 Unsur S sebagian besar banyak terdapat dalam kerak
bumi, rata-rata 0,06 – 0,10%.
 Sumber asal S dari tanah : mineral logam sulfida, jika
tersingkap terurai, oksida S2-2 menjadi SO4-2 .
 SO4-2 diendapkan sebagai garam SO4-2 dapat larut dan
tidak dapat larut di daerah beriklim kering dan semiarid,
digunakan oleh kehidupan mikro organisme, berkurang
oleh mikro organisme menjdi S-2 atau S0 pada kondisi
anaerob, dan/atau diangkut melalui aliran permukaan ke
laut
 Air laut diperkirakan mengandung 2.700 ppm SO4-2 , dimana
air alami rata-rata dari 0,5 – 50 ppm SO4-2 tetapi mencapai
60.000 ppm (6%) di danau bergaram dan sedimen.
 S tanah ada dalam bentuk organik dan anorganik, meskipun ≈
90% dari S-total dalam permukaan tanah berkapur ada sebagai
S organk.
 Larutan dan jerapan SO4-2 menggambarkan/memainkan
peranan dengan mudah menjadi S tersedia bagi tanaman.
 Siklus S dalam sistem atmosfer-tanaman-tanah serupa dengan
N sebagai komponen gas dan peristiwa ini di dalam tanah
sebagian besar berhubungan dengan bahan organik (Gambar.1)
SO2
Residu Tanaman&
hewan
Diangkut
BAHAN ORGANIK
TANAH
Pencucian
SO4
Terjerap/Labil
SO2
SO 4-2
SO2 alam& kegiatan
manusia
Tanaman
Larutan Tanah
SO 4-2
-2
SO 4-2
SO 4-2
Mineralisas
i
S-2
SO
Immobilisasi
Gambar 1. Siklus S
Volatilisasi
2.2. Bentuk dan Fungsi S dalam Tanaman
a. Bentuk S dalam tanaman
- S diserap oleh akar tanaman sebagai sulfat (SO4-2 ) jumlah
SO2 sedikit dapat diserap melalui daun tanaman dan
digunakan diantara tanaman, tetapi dalam konsentrasi tinggi
menjadi racun.
- Tiosulfat (S2O3-2 ) dapat juga diserap oleh akar tipikal
konsentrasi S dalam tanaman rata-rata dari 0,1 – 0,5 %.
- Kenaikan kandungan S pada golongan Graminae <
Leguminosae yang mana < Crucyferae dan menggambarkan
perbedaan kandungan S dari biji ini berturut-turut: 0,18 –
0,19 %, 0,25 – 0,3 %, dan 1,1 – 1,7 %.
- SO4-2 berkurang di dalam tanaman menjadi bentuk –S-S
dan –SH, meskipun SO4-2 terjadi di dalam jaringan tanaman
dan cairan sel.
b. Fungsi S di dalam tanaman
- S dibutuhkan untuk sintesis dari asam amino cysteine,
cysteine, methionin mengandung S, yangmana komponen
esensil dari protein terdiri dari kira-kira 90% S dalam
tanaman.
- Kandungan sistein dan methionen meningkat dengan
meningkatnya kandungan S di dalam daun.
- Tanamana kekurangan S mengakumulasi N nonprotein
sebagai NH2 dan NO3- (Tabel 1).
- Rasio N : S dari 9 : 1 sampai 12 : 1 dibutuhkan untuk
penggunaan N efektif oleh mikro organisme pemakan
rumput-rumputan.
- Peningkatan hara S memperkecil rasio N : S dan
memperbaiki makanan hewan (Tabel 1).
- Defisiensi S pada sayuran, NO3- diakumulasi dalam daun,
mengurangi kualitas makanan. Contoh : NO3- diakumulasi
dalam lettuce hanya jika tanaman menunjukkan gejala
kekurangan S (< 2,5 mg S/g).
- Fungsi utama S dalam protein adalah membentuk ikatan
disulfida (-S-S-) antar rantai poli peptida dalam protein
menyebabkan protein menjadi berlipat.
- Rantai disulfida penting dalam menentukan susunan dan
katalitik atau sifat struktur dari protein.
- S dibutuhkan untuk sintesis koenzim A, yangmana berbelit-belit
dalam oksidasi dan sintesis asam lemak, sinesis asam amino,
dan oksidasi lanjutan dari siklus asam sitrat.
Tabel 1. Pengaruh Unsur S Terhadap Hasil dan Kualitas dari
Rumput Kebun Buah-buahan
S*
(ku/ha)
Hasil dari
pemotongan(ton/ha)
N Nonprotein
(%) dalam
pemotongan
NO3- N (%) dalam
pemotongan
Rasio N/S dalam
pemotongan
(ku/ha)
1
3
1
3
1
3
1
3
0
20
40
80
100
1,67
1,66
1,62
1,51
1,51
0,79
1,13
1,17
1,29
1,23
1,05
0,64
0,59
0,51
0,49
1,22
0,85
0,49
0,44
0,37
0,064
0,037
0,051
0,037
0,033
0,211
0,184
0,144
0,137
0,106
21,3
15,3
14,3
12,2
10,8
21,4
18,7
14,8
13,4
10,0
*S digunakan pada tahun 1965 dan 1967, dipanen pada tahun 1968. Digunakan 100 ku N/ha
setelah setiap pemotongan.
Sumber : Baker at al.,1973, Sulphur Inst. J., 9:15.
- S dibutuhkan untuk sintesis khlorofil (Tabel 2).
- S merupakan bagian yang sangat penting dari feredoksin,
protein Fe-S dalam khloroplas.
- Feredoksin mempunyai peranan penting yang nyata dalam
reduksi NO2- dan SO4-2 , asimilasi N2 oleh bakteri nodula akar,
dan bakteri fiksasi N tanah yang hidup bebas.
- S terjadi dalam senyawa yang mudah menguap yang
bertanggung jawab untuk karakteristik rasa dan bau dari
tanaman, sebagai obat luar (operasi) dan famili dari bawangbawangan.
- SO4-2 diserap tidak dihambat oleh anion lain (NO3- atau
H2PO4-2 , tetapi dihambat oleh Cr dan Se.
- Jika tanaman menyerap tiosulfat (S2 O3-2 ), energi kurang
mungkin dibutuhkan oleh tanaman dalam merubah S2 menjadi
sistein.
- S2 O3-2 sebagai pupuk mungkin menunjukkan hasil yang
menguntungkan sebagai sumber SO4-2 khususnya pada dosis S
rendah.
Tabel 2. Pengaruh Hara S Terhadap Kandungan Khlorophyl dari
Kenland Red Clover
Penggunaan Sulfat
Kandungan Khlorophyl
(ppm S)
0
5
10
20
40
(% berat kering)
0,49
0,54
0,50
1,02
1,18
Sumber : Rending at al., 1968, Agron. Abstr. Annu. Meet., Am. Soc. Agron., p. 109.
2.3. Gejala Defisiensi S
 Daun muda:
 berwarna hijau muda sampai kuning. Pertamakali terjadi pada daun muda
 Urat daun. Terkadang urat daun berwarna hijau terang dibanding area di antara





urat daun
Keseluruhan tanaman:
 Kecil, kurus, panjang
 Berwarna lebih terang
Pematangan biji dan buah lambat
Pembentukan bintil akar pada tanaman legum berkurang
Jagung: klorosis di antara urat daun
Padi:
 pembentukan bulir terhambat
 jumlah gabah hampa meningkat
 produksi menurun
 Catatan:
 Mirip dengan gejala infeksi oleh virus atau kekurangan Mg
 Biasanya terjadi pada tanah berpasir,
tanah dengan
Gejala kekurangan
bahan
organik
Ilmu
Tanah rendah
Padi
Gandum
Tanaman Serealia
Padi
Gejala kekura
Jagung
Kubis
Sayuran
Tomat
2.4. Bentuk S dalam tanah
2.4.1. S Anorganik
a. SO4-2 – larutan.
- SO4-2 mencapai akar oleh diffusi dan aliran massa.
- Dalam tanah mengandung ≥ 5 ppm SO4-2 , kebutuhan S-total dari
sebagian tanaman dapat disuplai aliran massa.
- Konsentrasi 3 – 5 ppm SO4-2 dalam larutan cukup untuk sebagian besar
tanaman, meskipun beberapa (lobak/kanola, alfafa, broccoli, dll)
membutuhkan S-larutan sangat tinggi.
- Tanah-tanah dengan bahan organik rendah, berpasir mengandung < 5
ppm SO4-2 .
- Kecuali untuk tanah-tanah di daerah kering mungkin mempunyai
akumulasi garam SO4-2 , sebagian besar tanah mengandung kurang dari
10% dari S-total sebagai SO4-2 .
- Fluktuasi SO4-2 tahun ke tahun dan musiman dapat terjadi akibat
pengaruh konsisi lingkungan terhadap mineralisasi S-organik, menurun
atau meningkat pergerakan SO4-2 dalam air tanah, SO4-2 diserap oleh
tanaman.
Sumber
- Kandungan SO4-2 tanah juga dipengaruhi oleh aplikasi
-
-
-
pupuk mengandung S dan oleh endapan SO4-2 dalam
presivitasi dalam irigasi.
Seperti
NO3- , SO4-2 dapat cepat tercuci melalui
penampang tanah.
Peningkatan jumlah air perkolasi meningkatkan pencucian
potensial SO4-2
. Faktor lain yang mempengaruhi
kehilangan SO4-2 secara alami dari kation dalam larutan.
Kehilangan pencucian SO4-2 akan menjadi lebih besar
dengan kation monovalen dibandingkan dengan kation
divalen dalam larutan.
Kehilangan akibat pencucian yang paling sedikit pada
tanah masam dengan cukup besar Al+3 dd dan KTA
terhadap jerapan SO4-2 .
b. SO4-2 dijerap
- SO4-2 dijerap fraksi penting dalam pelapukan yang sangat
tinggi, tanah-tanah di daerah humid mengandung sejumlah
besar oksida Al/Fe.
- Ultisol (Podsolik merah-kuning) dan oksisol (Latosol)
mengandung di atas sampai 100 ppm SO4-2 dijerap dan
dapat secara nyata dapat menyumbang hara S tanaman.
- Kemungkinan mekanisme jerapan SO4-2 termasuk :
*Muatan (+) pada oksida Fe/Al atau pada permukaan liat,
khususnya kaolinit, pada pH rendah.
*Jerapan pada kompleks Al (OH)x ; dan
*Muatan (+) pada bahan organik tanah dengan pH rendah.
- Cadangan dari SO4-2 dijerap pada tanah lapisan bawah hasil
dari pencucian SO4-2 dari permukaan tanah, dilaporkan untuk ≈
30% S-total lapisan bawah dibandingkan dengan ≈ 10% dalam
permukaan tanah.
- Tanaman menggunakan SO4-2 dijerap dalam lapisan bawah
tanah, defisiensi S dapat terjadi selama masa pertumbuhan yang
cepat sampai perkembangan akar cukup menjelajahi lapisan
bawah tanah.
- Tanaman perakaran dalam (contoh alfafa, semanggi,lespedeza,
dll) tidak menyukai terhadap penyimpanan S-tersedia
sementara.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi/desorbsi SO4-2
- Mineral liat. Jerapan SO4-2 meningkat dengan kandungan liat.
Umumnya, jerapan SO4-2 pada kaolinit > mika >
monthmorilonit. Pada pH rendah kejenuhan Al+3 tinggi,
jerapan SO4- pada kaolinit ± = mika > monthmorilonit.
- Hidrous oksida. Oksida Fe/Al bertanggung jawab untuk
sebagian besar SO4-2 dalam tanah.
- Bahan organik tanah. Peningkatan kandungan bahan organik
tanah meningkatkan potensial jerapan SO4-2 .
- Kedalaman tanah. Kapasitas jerapan SO4-2 sering lebih besar
pada lapisan tanah bawah yang kaya akan kandungan liat dan
oksida Fe/Al.
tanah. Potensial jerapan SO4-2 menurun dengan
meningkatnya pH (< KTA) dan pada pH > 6,0 dapat
diabaikan.
- SO4-2 larutan. SO4-2 dijerap dalam kesetimbangan dengan
SO4-2 larutan kemudian SO4-2 larutan meningkat akan
meningkatkan SO4-2 dijerap.
- Persaingan anion. SO4-2 dipertimbangkan untuk ditahan
secara lemah, dengan kekuatan jerapan berkurang dalam
urutan sebagai berikut : OH- > H2 PO4 > SO4-2 > NO3- > SO42 . Contoh : H PO - akan menggantikan SO -2 , tetapi SO -2
2
4
4
4
mempunyai pengaruh kecil terhadap H2 PO4 . Clmempunyai pengaruh kecil terhadap jerapan SO4-2 .
Dari faktor-faktor ini, jumlah dan tipe liat, pH, bahan organik
tanah, dan adanya anion lain mempunyai pengaruh lebih besar
terhadap jerapan SO4-2 .
- pH
d. Reaksi SO4-2 dengan CaCO3 .
- S terjadi sebagai presipitasi ikutan (CaCO3 – CaSO4 ) kotoran
dalam dalam tanah-tanah berkapur.
- Ketersediaan SO4-2 presipitasi ikutan dengan CaCO3
meningkat dengan menurunkan pH (CaCO3 lebih larut),
berkurangnya ukuran partikel CaCO3 dan meningkatnya
kandungan kelembaban tanah.
- Hasil penggilingan contoh tanah berkapur akan menyumbang
SO4-2 yang diperoleh pada ekstrasi kimia.
- Sebagai akibat S berlebih akan diekstraksi terutama dengan
prosedur uji tanah daripada ketersediaan pada kondisi lapang.
Perilaku dalam tanah
e. Reduksi S anorganik (S-2 dan S0 )
- Sulfida tidak terdapat pada tanah berdrainase baik.
- Pada kondisi anaerob, tergenang, H2S diakumulasi sebagai
hasil pelapukan bahan organik atau dari penambahan SO4-2 .
- S-2 tidak diakumulasi dalam tanah yang aerob.
- Akumulasi S-2 terbatas terutama pada daerah-daerah pantai
yang dipengaruhi air laut, dalam keadaan normal tanah
dijenuhi air dipasok baik dengan Fe.
- H2S dilepaskan dari bahan organik sama sekali hampir hilang
dari larutan oleh reaksi dengan Fe+2 membentuk FeS, yang
kemudian berubah menjadi pyrit (FeS2)
- Berwarna gelap pada tanah-tanah Laut Hitam disebabkan oleh
akumulasi FeS2.
Perilaku dalam tanah
- Jika H2S tidak diikuti dengan presipitasi oleh Fe dan meta
lain, ini lepas ke atmosfer.
- Pengaruh penggenangan dalam menghasilkan H2S pada tanah
sawah meningkat pada waktu dan penambahan bahan
organik.
- Sejumlah besar dari akumulasi senyawa S direduksi. Jika
daerah ini didrainase, oksidasi senyawa s menjadi SO4-2 akan
menurunkan pH menjadi < 3,5oleh reaksi :
FeS2 + H2O + 31/2 O2  Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
- S0 , dan senyawa S anorganik lain dapat dioksidasi secara
kimia di dalam tanah, tetapi ini umumnya bereaksi lambat.
- Oksidasi biologi S0 meningkat pada tanah aerasi baik
sebelumnya diperlakukan dengan mengurangi sumber S .
- Laju oksidasi S0 biologi tergantung pada aktivitas mikrobia
tanah, karakteristik sumber S, dan kondisi lingkungan tanah.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksidasi S0
- Mikroba tanah. Kemampuan bakteri dan fungi heterotropik
mengoksidasi S0 3 – 37 % dari populasi total heterotropik
dalam tanah. Oksidasi S0 terbesar di daerah rhizosfer.
Sebagian besar kelompok bakteri yang mengoksidasi S,
terutama bakteri Thiobacillus sp, mikroorganisme lain
termasuk fungi (contoh : Fusaarium sp),dan actinomycetes
(Contoh : Streptomycetes sp).
- Suhu tanah. Peningkatan temperatur tanah meningkatkan
laju peningkatan S0. Suhu optimum antara 25 dan 400 C. Pada
suhu di atas 55 – 600 C aktivitas mikrobia berkurang.
- Kelembaban dan aerasi tanah. Bakteri oksidasi S0 sebagian
besar aerob, dan aktivitas ini akan turun jika O2 kurang pada
keadaan tergenang. Oksidasi S0 dibantu oleh level
kelembaban tanah mendekati kapasitas lapang. Turunnya
aktivitas oksidasi ketika tanah cepat basah atau cepat kering.
Tanah kering menahan kemampuan mengoksidasi S0.
- pH tanah. Umumnya mikrobia mengoksidasi S0 terjadi lebih
lebar jaraknya dalam pH tanah. Optimum untuk beberapa
Thiobacillus sering mendekati pH 2,0 – 3,5 dimana yang
lainnya lebih menyukai mendekati netral atau pada kondisi
sedikit alkalin.
2.4.2. S Organik
- Rasio C : N : S pada sebagian besar tanah-tanah berdrainase
baik, tidak berkapur kira-kira 120 : 10 : 1,4.
- Perbedaan C : N : S antara dan dalam tanah dihubungkan pada
keragaman bahan induk dan faktor-faktor pembentuk tanah
lainnya, seperti iklim, vegetasi, intensitas pencucian, dan
drainase. Rasio N : S pada sebagian besar tanah antara rata-rata
mendekati 6 – 8 : 1. Fraksi S organik berpengaruh terhadap
produksi dari SO4-2 tersedia bagi tanaman.
- Ada 3 kelompok senyawa S dalam tanah termasuk S dapat
tereduksi HI , C diikat S, dan S residu.
1. S dapat tereduksi HI S adalah S organik tanah yang direduksi
menjadi H2S oleh asam hidroiodik (HI). S terjadi dalam
senyawa ester dan eter mempunyai ikatan C-O-S (contoh
arylisulfat, alkilsulfat, sulfat fenolik, polisakarida sulfat, dan
lipid sulfat). S direduksi HI rata-rata antara 27 dan 59% dari S
organik.
2. Ikatan karbon-S terjadi sebagai asam amino yang mengandung
S (cystine dan methionine), yangmana jumlahnya 10 – 20%
dari S organik total. Bentuk S yang dioksidasi termasuk :
Sulfooksida, Sulfonas,dan Sulfenik, Sulfinik, dan asam
sulfonik, dan juga termasuk dalam fraksi-fraksi ini.
3. Adanya residu S. S residu menunjukkan sisa-sisa fraksi s
organik dan umumnya menunjukkan 30 – 40% dari s organik
total
Mineralisasi dan Immobilisasi S
- Mineralisasi S dirubah dari S organik menjadi SO4-2 anorganik
dan immobilisasi reaksi sebaliknya, seperti pada mineralisasi N
O2
Asam amino + 2H2O ------------- S-2 + CO2 + CO2 + NH4+
heterotop
S-2  S0 + 11/2 O2 + H2O
SO4-2 +2H+
Faktor-faktor yang mempengaruhi Mineralisasi dan immobilisasi
1. Kandungan dari bahan organik
Rasio C : S dalam residu tanaman :
< 200 : 1 mineralisasi
200 – 400 tidak berubah
> 400
immobilisasi
2. Suhu tanah
3. Kelembaban tanah
4. pH tanah
5. Ada atau tidak adanya tanaman
6. Waktu dan pengolahan
7. Aktivitas sulfatase
sulfatase
R-O-SO3- + H2O --------- R-OH + HSO4-
2.5. Sumber S
a. S atmosfer
b. S air irigasi
c. S organik
d. S anorganik
e. Unsur S0
3. Kalsium (Ca)
3.1. Siklus Ca
- Pada tanah masam, tanah-tanah daerah humid, Ca+2
& Al+3 berpengaruh terhadap KTK, yangmana pada
tanah netral dan berkapur Ca menempati tempat
pertukaran utama.
- Ca+2 larutan dan Ca+2-dd dalam kesetimbangan
dinamik dan menyediakan yang utama ketersediaan
Ca+2 tanaman. Ca+2 larutan berkurang oleh
pencucian atau diserap tanaman, Ca+2 akan desorb
dari KTK untuk resuplai Ca+2 larutan (Gambar 2).
Residu Tanaman&
hewan
Diangkut
BAHAN ORGANIK
TANAH
Tanaman
Desorpsi
Larutan tanah
Ca+2 Mg +2
Adsorpsi
Pencucian
Ca+2/Mg+2 dapat dipertukarkan
Ca+2
Mg+2
Mineral Ca/Mg
Mineral liat
Gambar 2. Siklus Ca&Mg
3.2. Fungsi Ca dalam Tanaman




Bagian penting dari struktur dinding sel tanaman  memperkuat tanaman.
Berpengaruh terhadap permeabilitas membran sel
Merangsang perkembangan akar dan daun
Membantu:
 mereduksi nitrat dlm tnmn
 mengaktifkan bbrp enzim dlm tnmn
 menetralisir asam2 organik
 Esensial utk perkembangan biji kacang
 Meningkatkan hasil tnmn scr tdk langsung, yaitu dlm meningkatkan daya
prtmbuhan akar, merangsang aktivitas mikrobe, meningkatkan ketersediaan
Mo, dan serapan unsur hara lainnya.
 Dibutuhkan dlm jumlah besar oleh bakteri penambat N atmosfir
Peranan
3.3. Gejala Defisiensi Ca
 Ujung daun dan titik tumbuh melunak (Ca tidak dpt ditranslokasi dlm tnmn
shg gejala kekurangan akan tampak pada bagian tnmn yg baru tumbuh)
 Bila defisiensi berlanjut  titik tumbuh (tunas) dan ujung akar MATI
 Batang kurang kuat/lunak (dikarenakan membran sel rusak dan kehilangan
sifat permeabilitasinya)
 Perkembangan akar terhambat:
 Akar Pendek, tebal, bengkak akar (bulbous roots)





Warna daun tampak hijau gelap (Abnormal)
Gugurnya tangkai dan kuncup bunga/buah
Perkembangan buah-buahan dan hasilnya jelek
Busuk tangkai buah pada tnm tomat
Pembentukan bintil akar tnmn legum olh bakteri penambat N berkurang
(bintil yg tidak aktif berwarna putih atau abu kehijauan, sementara bintil
sehat berwarna pink tua).
Gejala Kekurangan
Defisiensi Kalsium (Ca)
Beet
Tomat
Alfalfa
Sayuran dan Alfalfa
Defisiensi Kalsium (Ca)
Selada
Ketimun
Sayuran dan Alfalfa
3.4. Sumber Ca
Mineral primer :
Bahan Pupuk:
1. Dolomit (CaMg(CO3)
1. Kalsium nitrat (Ca(NO3)2)
2. Kalsit (CaCO3)
2. Gipsum (CaSO4.2H2O)
3. Apatit
3. Batuan fosfat
4. Feldspar kalsium
4. Superfosfat
5. Amfibol
5. Ca-cyanamide
• Bentuk Ca dalam Tanah
 Diserap dalam bentuk kation Ca2+
 Berasal dari:
 Larutan tanah
 Permukaan liat
 Media larutan: 100 – 300 ppm Ca
 Curah hujan tinggi  Ca  pertumbuhan terhambat
 Ca berlebihan  tidak mempertinggi serapan  krn
dikendalikan secara genetik
 Serapan Ca  Serapan K
Perilaku dalam tanah
 Kation kalsium dlm larutan tanah dapat mengalami:
 Hilang bersama air drainase: Proses pencucian
 Diserap oleh organisme
 Dijerap pada permukaan koloid tanah
 Diendapkan sebagai senyawa kalsium sekunder
Perilaku dalam tanah
 Faktor
yang mempengaruhi ketersediaan Ca
tanah :
 Cadangan Ca di dalam tanah
 Tipe mineral liat
 KTK tanah
 Persentase kejenuhan basa terhadap Ca
 pH tanah
 Bandingan Ca dengan kation lain dalam larutan tanah
Perilaku dalam tanah
4. Magnesium (Mg)
4.1. Fungsi Mg dalam Tanaman




Bagian dari molekul klorofil
Membantu kinerja enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
Mempengaruhi asimilasi CO2 dan sintesis protein
Mempengaruhi pH sel tanaman dan kesetimbangan kation-anion
4.2. Gejala DefisiensiMg
 Daun menguning kecoklatan, kemerahan, sdgkn
urat daun tetap hijau
 Pertama kali terlihat pada daun tua/bawah
(mobil)
 Pingiran daun keriting
 Perkembangan buah serta hasilnya menurun
 Pd tanah dengan KTK rendah, bila Ca dan Mg
tidak seimbang, defisiensi Mg
 Bila rasio Ca/Mg tinggi:
 Serapan Mg rendah
 Bisa terjadi pd tanah dg Mg rendah tetapi
dikapur dg kalsit terus menerus slma bbrp
tahun
 Meningkatkan ketersediaan K dan NH4 dapat
menyebabkan defisiensi Mg
Gejala kekurangan
Contoh Gejala Defisiensi Magnesium(Mg)
Gandum
Kacang
kedelai
Biji-bijian
Contoh Gejala Defisiensi Magnesium
Jagung
Lada
Sayuran
Brokoli
Seleri
Defisiensi Magnesium(Mg)
Anggur
Peach
Buah-buahan
 Perbandingan antara tanaman sehat dengan
tanaman yang kekurangan Ca dan Mg
Sehat
-Ca
-Mg
4.3. Sumber Mg
 Mineral tanah, bahan organik, Pupuk, dan kapur
dolomit
Mineral primer:
Bahan Pupuk:
1. Dolomit
1. MgSO4.7H2O
2. Biotit
2. MgSO4.H2O
3. Klorit
3. K-Mg-sulfat
4. Serpentin
4. Magnesia
5. Olivin
5. Basic slag
4.4. Perilaku Mg dlm Tanah
 Perilaku Mg dl tnh mirip dengan Ca
 Scr umum, garam dari Mg lebih mudah larut
dibanding dg garam dari Ca
 Mg2+ lebih mudah di lepas dibanding Ca pada
permukaan kompleks dibanding Ca++).
Perilaku dalam tanah
4.5. Faktor Yg Mempengaruhi
Ketersediaan Mg
 Cadangan Mg di dalam tanah
 Tipe mineral liat
 KTK tanah
 Persentase kejenuhan basa terhadap Mg
 pH tanah
 Bandingan Mg dengan kation lain dalam
larutan tanah
Pengaruh pH Thd Ketersediaan Hara
Kesuburan Tanah