9-bab 12 interaksi dan pengasuhan

Download Report

Transcript 9-bab 12 interaksi dan pengasuhan

BAB 12
INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK
RESPONSIF GENDER
Oleh:
Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
Peran Keluarga dalam Mewujudkan Sumberdaya
Manusia Berkualitas
Keluarga merupakan wadah lingkungan universal
yang utama dan pertama bagi setiap individu untuk
belajar makan, berjalan, berbicara dan mengenal
identitas dan berbagai perilaku.
Keluarga juga berarti orangtua dan anak yang
tinggal bersama membentuk keluarga inti dan
menjadi satu rumahtangga (Frances & Gies 1989).
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat (the basic unit
of society) memegang peranan penting dalam mencetak
generasi dengan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Sumberdaya manusia yang berkualitas dicerminkan dari
perilaku dan perkembangan anak yang berkualitas
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Peran Keluarga dalam Mewujudkan Sumberdaya
Manusia Berkualitas
Hubungan
Perkawinan
Perilaku dan
Perkembangan
Anak
Pengasuhan
Hubungan perkawinan, pengasuhan dan perkembangan anak.
(Ilustrasi Santrock 2009, hal. 418).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Harapan gender dalam perkawinan dan
pengasuhan (Kimmel & Aronson 2000:163-165):
1. Anak perempuan seperti halnya anak laki-laki, harus dilatih
menurut kemampuannya untuk meningkatkan kualitas pekerjaan
atau karir yang secara sosialHubungan
berguna. Sangat penting bagi
Perkawinan
perempuan untuk mencapai
manfaat (rewards) secara ekonomi,
sosial dan psikologi dari tempat bekerja yang sejak dulu disediakan
bagi laki-laki. Sangat penting bagi masyarakat untuk menjamin
bahwa setiap orang harus mendapat pendidikan yang baik, dan
dapat berkontribusi dalam pekerjaan di sepanjang hidupnya.
Perilaku
dan dan berkembang dengan harapan akan
2. Orang muda harus
tumbuh
Pengasuhan
Perkembangan
menikah, diusahakan
hanya sekali sepanjang
hidupnya (tidak
Anak
bercerai), dan kemudian mempunyai anak-anak. Melaksanakan
fungsi reproduksi merupakan landasan tujuan hidup, dan
perkawinan merupakan instrumental untuk menuju kesuksesan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Harapan gender dalam perkawinan dan
pengasuhan (Kimmel & Aronson 2000:163-165):
3. Orang muda harus didorong untuk menunda perkawinan
dengan umur rata-rata menikah di akhir umur 20 atau awal
Hubungan
30an, namun batasan ‘biological
clock’ bagi perempuan harus
Perkawinan
menjadi pertimbangan yang
serius.
4. Berdasarkan perspektif peningkatan kehidupan keluarga,
pernikahan yang terlambat meningkatkan individualisme pada
individu dan menurunkan tingkat kepedulian dan kewajiban
pada keluarga, sehingga membuat transisi perkawinan ke
Perilaku
dan lebih sulit.
pengasuhan anak
menjadi
Pengasuhan
Perkembangan
5. Segera setelah anak-anak
lahir, istri harus didorong untuk
Anak
mengasuh anak dengan intensif sedikitnya satu sampai 18
bulan umur anaknya. Alasannya adalah bahwa anak yang
diasuh oleh ibunya akan jauh lebih baik dibandingkan jika anak
tidak diasuh oleh ibunya.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Harapan gender dalam perkawinan dan
pengasuhan (Kimmel & Aronson 2000:163-165):
6. Ibu adalah pengasuh utama bayi, bukan ayah, namun ayah
harus aktif membantu ibu dalam melakukan bonding pada
Hubungan
masa bayi, sekaligus membantu
peran ibu dalam memelihara
Perkawinan
dan mengasuh anak. Ayah harus mengalokasikan lebih
banyak waktu untuk membantu pekerjaan domestik
dibandingkan dengan masa ayahnya dulu.
7. Harus ada keseimbangan peran antara laki-laki dan
perempuan dalam
pekerjaan
domestik dan publik (paidPerilaku
dan
work) sepanjang
siklus kehidupan.
Di umur yang semakin
Pengasuhan
Perkembangan
Anak beberapa peran yang diduga adanya
tua, terjadi pertukaran
perubahan hormon yang membuat perempuan semakin
mempunyai orientasi bekerja dan laki-laki menjadi semakin
membantu pekerjaan domestik.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Harapan gender dalam perkawinan dan
pengasuhan (Kimmel & Aronson 2000:163-165):
6. Ibu adalah pengasuh utama bayi, bukan ayah, namun ayah
harus aktif membantu ibu dalam melakukan bonding pada
Hubungan
masa bayi, sekaligus membantu
peran ibu dalam memelihara
Perkawinan
dan mengasuh anak. Ayah harus mengalokasikan lebih
banyak waktu untuk membantu pekerjaan domestik
dibandingkan dengan masa ayahnya dulu.
7. Harus ada keseimbangan peran antara laki-laki dan
perempuan dalam
pekerjaan
domestik dan publik (paidPerilaku
dan
work) sepanjang
siklus kehidupan.
Di umur yang semakin
Pengasuhan
Perkembangan
Anak beberapa peran yang diduga adanya
tua, terjadi pertukaran
perubahan hormon yang membuat perempuan semakin
mempunyai orientasi bekerja dan laki-laki menjadi semakin
membantu pekerjaan domestik.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
INTERAKSI
• “ The act or process of interacting; It is a kind of action which
Hubungan
occurs as two or more objects
have an effect upon one
Perkawinan
another; Action on each other; Mutual or reciprocal action or
influence; The state of undergoing”
• (Suatu tindakan atau proses berinteraksi; suatu jenis tindakan
yang terjadi pada dua atau lebih obyek yang mempunyai
dampak antaraPerilaku
satu dengan
lainnya; Tindakan satu dengan
dan
Pengasuhan
Perkembangan
lainnya; Tindakan
timbal balik, saling
menguntungkan atau
Anak yang sedang terjadi).
berpengaruh; Tahapan
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
Kualitas Hubungan (Santrock 2009)
Hubungan
orangtua-anak
untuk
mengenalkan
anak mempunyai
kewajiban mutual
(timbal balik)
dalam membentuk
hubungan yang
erat
Kualitas
pemenuhankewaji
ban orangtua
termasuk terlibat
dalam
pemeliharaan
anak yang positif
dan memandu
anak untuk
menjadi manusia
yang kompeten.
Kualitas
pemenuhan
kewajiban anak
termasuk
merespon dengan
baik terhadap
inisiatif orangtua
dan memelihara
hubungan positif
dengan
orangtuanya.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
KOMUNIKASI
Berasal dari kata communication adalah dari Bahasa Latin
Hubungan
”communicare” (Ember dan Ember
1996). Komunikasi diartikan
Perkawinan
oleh Jenkins sebagai properti dari transmisi pesan (Day et al. 1995)
Komunikasi juga merupakan pembelajaran dasar dari suatu
interaksi, dan interaksi itu adalah dasar dari sosialisasi, atau dengan
kata lain ”Apa yang anda tahu tergantung dari siapa yang anda
tahu” (Orenstein 1985). Komunikasi verbal yang menggunakan
Perilaku dan
bahasa membedakan
antara manusia atau
homo sapiens dengan
Pengasuhan
Perkembangan
semua makhluk lain Anak
Beberapa konsep komunikasi meliputi pembelajaran, pengertian,
subjektivitas, timbal balik/reciprocal dan negosiasi serta mediasi
(Ruben 1988; Leaky 2002).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
KETERKAITAN KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
• Ilmu Sosiologi: hubungan antar manusia harus didahului oleh
Hubungan
kontak dan komunikasi. Perkawinan
Hubungan antara manusia ini
kemudian saling mempengaruhi antar satu dengan yang
lainnya melalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang
dibagi, semangat yang disumbangkan, yang semua pesannya
membentuk pengetahuan. Model interaksi dari proses
komunikasi juga
menunjukkan perkembangan peran (role
Perilaku dan
development),
pengambilan peran
(role-taking) dan
Pengasuhan
Perkembangan
Anak
pengembangan diri
sendiri (development of self).Komunikasi
manusia tersebut juga terjadi dalam suatu konteks budaya
tertentu dan mempunyai batas-batas (boundaries) tertentu
(Ruben 1988; Liliweri 1997).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
KETERKAITAN KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
• Aplikasi komunikasi dalam keluarga berkaitan dengan fokus
Hubungan
pemahaman diri dari para
anggota keluarga. Model-model
Perkawinan
interaksi dalam keluarga memberikan pengertian baru
tentang family sharing dan memberikan penekanan yang
lebih besar pada tindakan sosial keluarga (Liliweri 1997).
•
Teori yang digunakan dalam pendekatan komunikasi adalah
teori sistem dengan
yang memperkenalkan
Perilakukonsep
dan
Perkembangan
organisasi, sirkularitas,
keutuhan,Pengasuhan
interdependensi antar
Anak
elemen-elemen sistem,
keseimbangan dan perubahan, serta
interaksi (Ruben 1988; Hinde dan Hinde 1988).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
KETERKAITAN KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
• Keluarga mempunyai interaksi kelompok yang memberikan
Hubungan
ikatan bonding (hubungan
biologis dan hubungan
Perkawinan
intergenerasi serta ikatan kekerabatan) yang jauh lebih lama
dibandingkan dengan kelompok asosiasi lainnya. Interaksi
dalam keluarga ini lebih dipandang sebagai: (1) Suatu
interaksi umum antar anggota keluarga, (2) Suatu seri
interaksi yang
dilakukan oleh dua pihak (dyadic), (3)
Perilaku dan
Sejumlah interaksi
antar sub-kelompok
keluarga : dyadic,
Pengasuhan
Perkembangan
Anakdan (4) Sistem hubungan internal
triadic, dan tetradic,
keluarga sebagai reaksi terhadap sistem sosial yang lebih luas
(Klein dan White 1996)
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
KETERKAITAN KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
• Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini
Hubungan
menjadi semakin melemahnya
kualitas komunikasi antar
Perkawinan
anggota keluarga sehingga memudarkan fungsi keluarga
dalam melindungi anggotanya dari pengaruh pihak luar.
Disatu sisi, saat ini pengaruh luar terhadap pribadi keluarga
semakin kuat akibat peningkatan teknologi komunikasi di era
informasi danPerilaku
globalisasi
(Susanto-Sunario 1995).
dan
Pengasuhan
Perkembangan
Anak
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
KETERKAITAN KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
• Komunikasi dan interaksi dalam keluarga adalah bagian dari
Hubungan
proses sosialisasi anak yang
dilakukan oleh orangtua.
Perkawinan
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses sosialisasi
ini, yaitu: Pola perilaku yang disosialisasikan, agen yang
berpartisipasi dalam proses sosialisasi (termasuk orangtua,
anak, teman, guru, program televisi), dan tehnik serta
pelaksanaan Perilaku
dari proses
dan sosialisasi (Kalish dan Collier 1981;
Pengasuhan
Perkembangan
Eshleman 1991).
Anak
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
Ilustrasi interaksi dyadic (dua orang):
Jumlah interaksi interpersonal = 2
dengan jalur dyadic A
IBU
AYAH
Ilustrasi interaksi tryadic (tiga orang):
IBU
AYAH
A
B
ANAK
C
Jumlah interaksi
interpersonal = 6 dengan
jalur dyadic A, B, C
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
Ilustrasi Interaksi tetradic(empat orang):
A
B
D
C
Jumlah interaksi
interpersonal = 12
dengan jalur dyadic A,
E
B, C, D, E dan F
F
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi dalam sistem keluarga
Sistem Keluarga
Morfostatik:
 Relatif tertutup; Sukar berubah.
 Pengawasan yang ketat.
 Batas (boundary) yang sukar
ditembus.
Morfogenik:
 Batas (boundary) yang mudah
ditembus.
 Fleksibel; Responsif terhadap
perubahan.
Random:
 Batas (boundary) yang tidak
tetap.
 Kurang terstruktur.
Sifat Komunikasi antar Anggota Keluarga
 Dapat diramalkan; Kaku.
 Ritualistik.
 Interaksi terbuka; Diungkapkan secara
spontan.
 Cukup jelas; Kongruen dan langsung/terarah.




Kongruen.
Tidak dapat diramalkan.
Pesan terpotong-potong.
Menjauhi kesalahan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
Hambatan komunikasi dalam Keluarga (Suprihatin et al 1992):
Topik pesan dianggap tidak menarik
Penerima pesan lebih memperhatikan
penampilan dari pemberi pesan dibandingkan
dengan isi pesan
Penerima pesan tidak setuju atau tidak suka
dengan pesan yang dibawa oleh pemberi
pesan
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga
Hambatan komunikasi dalam Keluarga (Suprihatin et al 1992):
Perbedaan
Umur
Perbedaan
Status Sosial
Perbedaan
Bahasa
Perbedaan
Jenis Kelamin
Perbedaan
Nilai
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Gaya Pengasuhan Anak
Pengertian Pengasuhan
• Pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua adalah
pembentukan perilaku anak yang baik dengan mengetahui
perkembangan anak, mengelola permasalahan perilaku anak
usia dini, mendukung penghargaan diri anak melalui
komunikasi yang efektif, menjaga keamanan anak,
mendukung proses belajar anak, mengerti perkembangan
otak anak, belajar strategi baru dalam mendisiplinkan anak
dan mencari cara untuk bersama-sama dengan pasangan
dalam membesarkan dan bertanggung jawab pada anak
(Campbell & Palm2004).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Gaya Pengasuhan Anak
Pengertian Pengasuhan
• Pengasuhan berkaitan dengan perlindungan anak untuk
meningkatkan kesejahteraan anak dalam mengatasi masalah
penyalahgunaan bahan kimia (Jensen& Fraser2006).
• Pengasuhan adalah sosialisasi yang resiprokal dua arah
(bidirectional) antara orangtua dan anak dengan kondisi anakanak disosialisasi oleh orangtua sebagaimana orangtua
disosialisasi oleh anak-anaknya (Santrock2009:418).
• Pengasuhan menyangkut partisipasi anggota keluarga dalam
hubungan dyadic(menyangkut dua orang) ataupolyadic
(menyangkut lebih dari dua orang) dari gabungan subsistem
keluarga yang berlangsung melalui generasi, gender dan
peran (Parke & others(Santrock2009:418).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Gaya Pengasuhan Anak
Pengertian Pengasuhan
• Pengasuhan menyangkut sejumlah keterampilan interpersonal
dan emosional yang intensif dari orangtua yang didapat
melalui pembelajaran dari orangtuanya (sebagian orangtua
menerima cara mengasuh anak dari orangtuanya dulu,
sebagian lagi tidak memakai cara dari orangtuanya); Suami
dan istri dapat membawa cara yang berbeda dalam
melakukan pengasuhan anaknya (Santrock2009:418).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Gaya Pengasuhan Anak
Pengertian Pengasuhan
• Pengasuhan dalam konteks perkembangan moral yaitu
pengasuhan memprioritaskan untuk membesarkan moral
anak (Eisenberg & Valiente 2002). Riset menyimpulkan bahwa
secara umum anak-anak berperilaku dengan moral yang baik
apabila orangtuanya cenderung memberikan kehangatan dan
suportif kepada anaknya dibandingkan dengan hukuman dan
cenderung menggunakan disiplin induktif.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Gaya Pengasuhan Anak
Pengertian Pengasuhan
• Pengasuhan juga menyediakan kesempatan bagi anak untuk
belajar pandangan dan perasaan orang lain, melatih membuat
keputusan melalui proses berpikir berdasarkan moral,
memberi contoh model perilaku moral, dan menyediakan
informasi tentang perilaku yang diharapkan masyarakat dan
alasannya, serta mempercepat proses perasaan internal
tentang moralitas dibandingkan dengan eksternal
(Santrock2009:396).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipe Gaya Pengasuhan
Diana Baumrind
Gaya Pengasuhan Authoritarian dicirikan dengan perlakuan
orangtua yang meminta dan mengontrol; Menolak, tidak
responsif; Terbatas, gaya menghukum dengan kondisi
orangtua mendesak anak untuk mengikuti petunjuk orangtua
dan menghormati pekerjaan dan usaha orangtua. Batasan
dan kontrol yang kaku diperlakukan pada anak, dan hanya
mengijinkan sedikit komunikasi timbal balik. Gaya ini
dikaitkan dengan hasil pada anak yang kurang kompeten
sosialnya termasuk kurangnya inisiatif dan ketrampilan
komunikasi yang lemah.
Gaya Pengasuhan Authoritatif dicirikan dengan perlakuan
orangtua yang meminta dan mengontrol; menerima, dan
responsif; Gaya ini mendorong anak untuk menjadi
independen namun masih menempatkan batasan dan kontrol
terhadap perbuatan anak. Dalam hal ini masih diperbolehkan
adanya komunikasi verbal yang ekstensif, dan orangtua
memberikan kehangatan dan pemeliharaan/pendidikan pada
anak. Hasil gaya pengasuhan ini terhadap anak adalah
terwujudnya kompetensi sosial, termasuk orientasi pada
pencapaian hasil dan percaya diri.
Gaya Pengasuhan Neglectful dicirikan dengan
perlakuan orangtua yang tidak meminta dan
tidak mengontrol; Menolak dan tidak responsif;
Gaya ini dicerminkan dari ketidakterlibatan
orangtua pada kehidupan anak. Hasil gaya
pengasuhan ini adalah terwujudnya anak yang
tidak kompeten sosialnya khususnya kurangnya
kontrol diri dan rendahnya penghargaan diri.
Gaya pengasuhan Indulgent dicirikan dengan perlakuan
orangtua yang tidak meminta dan tidak mengontrol;
Menerima dan responsif; Gaya ini dicerminkan dari
keterlibatan orangtua yang tinggi pada kehidupan anak
namun menempatkan permintaan dan kontrol yang
rendah terhadap anak. Hasil gaya pengasuhan ini
terhadap anak adalah terwujudnya anak yang tidak
mempunyai kompetensi sosial, khususnya kurangnya
kontrol diri dan rasa hormat pada orang lain
(Santrock2009:424).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipe Gaya Pengasuhan
Rohner (1986) dalam bukunya the Warmth Dimension
Kehangatan kasih
sayang orangtua
(parental acceptance)
yang meliputi dua
ekspresi yaitu secara
fisik (seperti memeluk,
mencium, membelai,
dan tersenyum) dan
secara verbal (memuji,
mengatakan hal-hal
yang menyenangkan).
Penolakan orangtua (parental rejection:
Kekerasan dan agresi (hostility dan agression)
dengan ciri memukul, mendorong,
mengutuk, meremehkan dan memberi katakata kasar,
Sikap tidak peduli dan melalaikan (indifference
dan neglect) dengan ciri ketidakmampuan
orangtua secara fisik dan psikologis dalam
memenuhi kebutuhan anaknya, dan
mengabaikannya.
Penolakan (unindifference rejection) dengan
ciri tidak dicintai, tidak diinginkan dan
penolakan orangtua tanpa adanya indikator
yang jelas secara verbal maupun fisik.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipe Gaya Pengasuhan
Rosemond (2005) dalam bukunya “Family Building: The 5
Fundamentals of Effective Parenting”
Keluarga bukan
anak
Disiplin dan komunikasi
bukan konsekuensi,
juga kepemimpinan
bukan hubungan
Perilaku dan
moral, bukan
ketrampilan
Menghargai orang lain,
bukan penghargaan
diri yang tinggi
Tanggung jawab,
bukan prestasi
yang tinggi
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipe Gaya Pengasuhan
Rosemond (2005) dalam bukunya “Family Building: The 5
Fundamentals of Effective Parenting”
Keluarga bukan
anak
Disiplin dan komunikasi
bukan konsekuensi,
juga kepemimpinan
bukan hubungan
Perilaku dan
moral, bukan
ketrampilan
Menghargai orang lain,
bukan penghargaan
diri yang tinggi
Tanggung jawab,
bukan prestasi
yang tinggi
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pembagian Tugas dalam Pengasuhan
Day et al. (1995):
Harapan dan tugas seorang ayah adalah untuk memiliki fisik yang
kuat, mampu mencari nafkah, dan mampu melakukan
pekerjaan rumah yang berhubungan dengan kekuatan fisik.
Harapan dan tugas seorang ibu adalah dapat menyiapkan anakanak secara fisik dan emosional serta sebagai pendidik anakanak dari usia dini agar dapat berintegrasi dengan baik di
masyarakat.
GAP
Perilaku orangtua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya
juga terbias oleh gender.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pembagian Tugas dalam Pengasuhan
Seorang ayah di negara Barat dengan tegas mendidik anak lakilakinya mengenai bagaimana membedakan hal-hal yang salah
atau benar dan lebih memperhatikan kesuksesan anak lakilakinya dibandingkan dengan anak perempuannya.Adapun
perhatian ibu lebih kepada makanan daripada hal yang lainnya
dan memberikan kenyamanan bagi anak laki-lakinya
dibandingkan dengan anak perempuannya.
Bonding antara ayah dan anak perempuannya adalah selamanya
dan tidak dapat terpisahkan meskipun sudah menikah, artinya
anak perempuan akan tetap menjadi anak perempuan bagi
ayahnya. Bahkan seorang anak perempuan dapat menjadi
sumber kebahagiaan yang lebih tinggi bagi ayahnya
dibandingkan dengan anak laki-lakinya, dan sebaliknya seorang
anak perempuan mungkin akan membuat ayahnya menangis
dibandingkan dengan anak laki-lakinya (Alam 1995).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tanggung Jawab Orangtua dalam Pengasuhan
Anak
1
2
3
4
• menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan,
mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak.
• mengasuh, mendidik dan melindungi anak-anaknya, walaupun dalam
pelaksanaan sehari- hari hari pengasuhan Ibu sangat dominan dalam
“caring and parenting”.
• menciptakan rasa aman, rasa nyaman, dan rasa cinta, serta rasa damai
pada anak-anak mulai dari usia dini.
• memberikan pendidikan yang berkaitan dengan pemahaman dan
penerapan nilai-nilai lokal yang berlandaskan agama dan budaya setempat
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Konsep Androgini dalam Pengasuhan Anak
• Anak laki-laki androgini kemungkinan adalah
tegas (maskulin) dan penyayang/pemelihara
(feminin).
• Anak perempuan yang androgini kemungkinan
adalah berkuasa (maskulin) dan sensitive
terhadap perasaan orang lain (feminin)
(Santrock, J.W. 2009:375).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Konsep Androgini dalam Pengasuhan Anak
• Maskulin pada masa anak-anak dan remaja:
– Hal-hal yang berkaitan dengan cara anak laki-laki dibesarkan dengan
cara tradisional disebut sebagai “suatu krisis masa anak-anak” oleh
William Pollack (1999) di bukunya “Real Boys”.
– Pollack menyatakan meskipun masih ada pembicaraan tentang “lakilaki sensitif”, namun hanya perubahan kecil yang dilakukan tentang
“kode anak laki-laki”. Dikatakan bahwa kode ini akan menjelaskan
pada anak laki-laki keharusan untuk menunjukkan emosi yang sedikit
dengan semakin dewasanya anak laki-laki. Terlalu sering anak laki-laki
diajari untuk tidak menunjukkan perasaan dan harus berperilaku
keras. Anak laki-laki belajar kode anak laki-laki dengan konteks yang
berbeda-beda, misalnya kotak pasir, playgrounds, ruang kelas, tempat
kemping, tempat bersantai–dengan kode yang diajarkan oleh
orangtua, teman sebaya, pelatih, guru dan lainnya
– Remaja laki-laki yang mendapatkan ajaran untuk lebih maskulin
akancenderung berperilaku seks sebelum menikah, minum alhohol,
menggunakan obat terlarang, dan berperilaku menyimpang (Santrock,
J.W. 2009:375).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Konsep Androgini dalam Pengasuhan Anak
• Peran Gender:
– Pleck (1993) mengkritik perilaku androgini karena
merupakan salah satu alternatif untuk melakukan peran
gender dalam pandangan kompetensi individual.
Androgini harus dikonsepsikan berdasarkan pertimbangan
individu, bukan berdasarkan sifat maskulin, feminin atau
androgini. Hal yang harus dipikirkan adalah individu
sebagai manusia bukan sebagai sifat seseorang seperti
maskulin, feminin atau androgini.
– Orangtua harus membesarkan anak-anaknya untuk
menjadi kompeten baik sebagai laki-laki atau perempuan,
bukan sebagai seseorang yang mempunyai sifat maskulin,
feminin atau androgini (Santrock 2009:375).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Konsep Androgini dalam Pengasuhan Anak
• Peran Gender:
– Pleck (1993) mengkritik perilaku androgini karena
merupakan salah satu alternatif untuk melakukan peran
gender dalam pandangan kompetensi individual.
Androgini harus dikonsepsikan berdasarkan pertimbangan
individu, bukan berdasarkan sifat maskulin, feminin atau
androgini. Hal yang harus dipikirkan adalah individu
sebagai manusia bukan sebagai sifat seseorang seperti
maskulin, feminin atau androgini.
– Orangtua harus membesarkan anak-anaknya untuk
menjadi kompeten baik sebagai laki-laki atau perempuan,
bukan sebagai seseorang yang mempunyai sifat maskulin,
feminin atau androgini (Santrock 2009:375).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Perlakuan sosialisasi dan pendidikan orangtua terhadap
anak yang memberikan perhatian kepada anak laki-laki
maupun perempuan berdasarkan kebutuhan khusus/
spesifik (berkaitan dengan aspek biologis/ reproduksi)
dan kebutuhan umum yang berkaitan dengan
kebutuhan psiko-sosial dengan menjunjung asas
keadilan dan kesetaraan gender dalam memperoleh
akses, manfaat, partisipasi, kontrol terhadap semua
sumberdaya keluarga untuk mewujudkan sumberdaya
manusia yang sehat jasmani dan rohani.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Merton (Macionis 1995) menyebutkan adanya labelling
theory yang memberikan cap/ label pada laki-laki dan
perempuan yang berbeda.Laki-laki lebih dilabelkan
bahwa pekerjaan yang sukses dari pemikiran laki-laki
adalah yang berkaitan dengan penguasaan material,
sedangkan perempuan dikatakan sukses apabila
mempunyai hubungan dalam perkawinan dan status
sebagai ibu yang baik.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Labelling theory, orangtua melakukan pengasuhan
berdasarkan identitas gender yang membedakan
perlakukan anak laki-laki dan perempuan secara
berbeda yang dituntun oleh budayanya dan disesuaikan
dengan personalitas anaknya (Macionis 1995; Newman
& Grauerholz 2002).Jessie Bernard (Macionis 1995)
menyatakan orangtua memakaikan baju pink dan
memelihara rambut panjang pada anak perempuannya,
dan baju biru dan rambut pendek pada anak laki-laki
sesuai dengan definisi feminin menurut budayanya.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Witkin-Lanoil (Macionis 1995) menyatakan bahwa riset pada
pengasuhan menunjukkan orangtua mempunyai ekspektasi anak
laki-lakinya agar kuat dan agresif dalam mencapai cita-cita,
sedangkan anak perempuan lebih sensitif dan sopan/ hormat
(Macionis 1995).
Pada anak perempuannya diperlakukan dengan lembut, sering
dipeluk dan di jaga, sedang pada anak laki-laki diperlakukan lebih
agresif, lebih diayun-ayun ke udara dan diayun-ayun di kaki.
Pengasuhan anak dibedakan menurut jenis kelamin, anak lakilaki diarahkan dengan perlakukan banyak kegiatan yang
mengarah pada independensi, sedangkan anak perempuan
diarahkan pada kegiatan yang pasif namun menuju
pembentukan emosi.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
AYAH
SADAR
GENDER
ANAK
KOMUNIKASI INTERAKSI
BONDING
SOSIALISASI
PENGASUHAN RESPONSIF
GENDER
IBU
Bonding segitiga antara ayah, ibu dan anak yang
responsif gender (Ilustrasi Puspitawati 2006).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
PENGASUHAN
BERWAWASAN
GENDER
WARMTH & SUPPORT
ANAK
LAKI-LAKI
AYAH
ANAK
PEREMPUAN
IBU
HOSTILITY COERCION
KUALITAS HUBUNGAN
Bahagia & Puas
OUTCOME PSIKO-SOSIAL
ANAK
EQ
AGRESIF
ESTEEM
KENAKALAN
STRES
Pengasuhan anak berwawasan gender. (Ilustrasi Puspitawati 2006).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Pengasuhan anak perempuan berperspektif gender di bidang
pendidikan menyangkut usaha menumbuhkan motivasi belajar;
Memilih program studi yang cocok dengan kompetensi dan
minatnya; Tidak ada salahnya memberi kesempatan anak
perempuan yang cakap untuk sekolah di luar kota dan ke
perguruan tinggi dengan program studi tehnik dan ilmu eksakta;
Memberi cara kemandirian yang cocok untuk perempuan; dan
sudah seharusnya anak perempuan untuk dapat memahami
listrik, kompor gas, kendaraan, dan sense of dangerous.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Pengasuhan anak laki-laki berperspektif gender di bidang
pendidikan menyangkut tumbuhkan motivasi belajar, memilih
program studi yang cocok dengan kompetensi dan minatnya;
Tidak ada salahnya memberi kesempatan anak laki-laki untuk
sekolah dengan program studi ilmu sosial, keluarga, dan
kerumahtanggaan; Beri cara kemandirian yang cocok untuk lakilaki; dan tidak ada salahnya anak laki-laki diajari pekerjaan
rumahtangga agar dapat memasak, mencuci, menyeterika, dan
membersihkan tempat tidur untuk kemandirian dasar sebagai
manusia.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender
Pengasuhan anak berperspektif gender disini bertujuan agar
anak perempuan akan menjadi istri yang baik, respek suami,
pekerja yang baik dan handal, sedangkan anak laki-laki akan
menjadi suami yang baik, respek istri, pekerja yang baik dan
handal. Kita juga ingin menjadikan anak laki-laki maupun
perempuan untuk saling menyayangi, saling bekerjasama, saling
berbagi peran, saling melindungi sesuai dengan kodrat dan sifat
pribadinya masing-masing.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender Seiring
Siklus Kehidupan Individu dan Keluarga
• Tahapan siklus perkembangan keluarga menurut Duvall (1957): (1)
Tahapan perkawinan (married couple), (2) Tahapan mempunyai anak
(childbearing), (3) Tahapan anak berumur preschool (Preschool age), (4)
Tahapan anak berumur Sekolah Dasar (school age), (5) Tahapan anak
berumur remaja (teenage), (6) Tahapan anak lepas dari orangtua
(launching center), (7) Tahapan orangtua umur menengah (middle-aged
parents), dan(8) Tahapan orangtua umur manula (aging parents).
• Asumsi yang melandasi teori perkembangan khususnya tahapan siklus
perkembangan keluarga adalah: (1) Perkembangan keluarga adalah
multilineal terdiri atas perkembangan kelompok individu, (2)
Perkembangan keluarga adalahsatu arah (unidirectional), (3) Pasangan
suami istri tetap tinggal bersama sampai tua dan meninggal, (4) Pasangan
suami istri punya anak, minimal satu orang, dan (5) Perkawinan adalah
sah.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan yang Responsif Gender Seiring Siklus
Kehidupan Individu dan Keluarga
LAHIR
L= Laki-laki; P= Perempuan
TAHAP LANJUT USIA
(mulai 56 tahun ke atas)
Pada tahapan dewasa: L diarahkan untuk orientasi
bekerja dan P diarahkan untuk orientasi
keluarga/berumah tangga.L yang semakin dewasa belum
menikah tidak dianggap tabu; namun P yang semakin
dewasa belum menikah dianggap tabu; duda tidak
dianggap tabu namun janda dianggap tabu dan perlu
diawasi perilakunya.
Tahap usia lanjut, P lebih mempunyai
angka harapan hidup yang lebih lama
dibandingkan dengan P.
plebih
mampu untuk hidup mandiri
dibandingkan dengan L.
Labelling anak: Anak L sebagai pemimpin dan penerus
keturunan; Anak P sebagai anak yang disayang dan
dijaga serta dilindungi. Harapan: Anak L agar bekerja
dan sukses; Anak P yang akan merawat orangtua di
hari tua.
TAHAP BAYI
Dibedakan model dan warna spesial pakaian: Bayi L= warna biru; Bayi P= warna
pink, warna netral= putih/kuning.
Perlakuan: Bayi L nangis adalah bagus, cenderung dibiarkan agar paru-paru dan
tubuhnya kuat, Bayi P perempuan cepat ditenangkan dan disayang.
TAHAP DEWASA
Mulai 19 tahun ke atas
Harapan: Bayi L agar kalau besar menjadi gagah, kuat, maskulin; Bayi P agar
kalau besar menjadi lembut, halus, sopan, feminin.
TAHAP BALITA
Usia SMA sudah terbentuk kematangan biologis. Sebagian anak sudah mulai
tertarik aktivitas seksual. Komunikasi gender dan pendidikan seks harus
diberikan untuk perlindungan diri. Remaja tahap akhir ini sudah mulai paham
perbedaan peran antara laki-laki-laki dan perempuan; Remaja L dan P mulai
mempersiapkan perannya untuk masa depan, apakah akan meneruskan ke
perguruan tinggi atau bekerja atau menikah.
Komunikasi orangtua terhadap balita L lebih tegas dibandingkan dengan balita
P; Balita P lebih dimanjakan dibandingkan dengan balita L. Balita P lebih dijaga
fisiknya dibandingkan balita L (dalam artian kalau jatuh atau digigit nyamuk
orangtua lebih cepat mengobati dan kawatir akan ada bekas luka di tubuh saat
besar.
TAHAP REMAJA
SMA (16-18 tahun)
Anak usia SMP sudah mulai menunjukkan
perkembangan alat-alat reproduksi biologisnya. Anak
L dan P mulai saling tertarik lawan jenis. Pergaulan
harus mulai diawasi; Sesama remaja P dan L mulai
menjalin jejaring sosial kelompok.
Norma-norma tentang dan nilai-nilai gender, batasan
kepantasan antara laki-laki dan perempuan mulai
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan permainan dibedakan antara balita L dan P.Mainan balita L adalah
mobil-mobilan, senjata; mainan balita P adalah boneka, masak-masakan.
TAHAP ANAK-ANAK SD (612 tahun)
TAHAP REMAJA/ PUBER
SMP
(13-15 tahun)
Mulai ada kebutuhan pergaulan sosial. Anak P mempunyai
kematangan perkembangan psiko-sosial yang tebih tinggi
dibandingkan dengan anak L.
Perlakuan anak L dan P mulai dibedakan.Anak P mulai diajari masak;
anak L diajari bagaimana memperbaiki alat-alat rumahtangga.
Pendidikan tatakrama dan nilai-nilai gender mulai diajarkan.
Pengasuhan yang Responsif Gender Seiring Siklus
Kehidupan Individu dan Keluarga
TAHAP AWAL PERKAWINAN
TAHAP ORANGTUA UMUR
LANJUT USIA
Perpindahan tempat tinggal dari orangtua ke rumah baru.
Tahap usia lanjut, salah satu pasangan mulai
meninggal. Sebagian orangtua tinggal sendiri
atau tinggal dengan anaknya. Kesehatan
semakin menurun.Kondisi social ekonomi
Orangtua usia menengah tinggal berdua saja. Sekali-kali anak- semakin menurun.
anaknya menengok. Pasangan mulai memasuki usia pension.
Kondisi pendapatan menjadi menurun.Pasangan mulai hidup
dari uang pensiun dan uang tabungan.Sekali-kali anak
membantu keuangan.Kesehatan mulai bermasalah; mulai
punya cucu.
TAHAP ORANGTUA UMUR
MENENGAH
Anak yang sudah dewasa dan mandiri mulai
menikah; mulai merintis keluarga baru dan
pindah dari rumah orangtuanya.
Peran pengasuhan anak sudah selesai.Anak sudah mandiri (menikah
atau bekerja) dan tidak tinggal serumah lagi dengan orangtua.Biaya
pendidikan menjadi tidak ada.Orangtua berada pada kondisi tingkatan
sosial, ekonomi yang maksimal.Pasangan suami istri menjadi sendiri lagi.
TAHAP ANAK LEPAS
DARIORANGTUA
Kebutuhan biaya anak semakin meningkat di SMP dan SMA;
Anak sudah remaja membutuhkan pengawasan dan
perlindungan pergaulan sosial. Anak SMA mulai memikirkan
apakah setelah lulus akan bekerja atau melanjutkan ke
perguruan tinggi. Komunikasi antar orangtua & anak menjadi
sangat penting. Bonding emosi lebih tinggi dibandingkan
bonding fisik antara orangtua dan anak,
Kondisi sosial ekonomi pasangan suami istri baru merintis;
Prioritas tujuan adalah menyesuaikan karakteristik individu
dengan kondisi perkawinan awal.
TAHAP PUNYA ANAK
Prioritas kebutuhan anak (materi, kasih sayang, waktu);
Prioritas membeli susu, perawatan kesehatan, diaper, mainan,
keamanan dan perlindungan anak; Pembagian peran
pengasuhan anak; Butuh bonding dan attachment fisik serta
ikatan emosi yang tinggi antara orangtua dan anak.
TAHAP ANAK UMUR PRA
SEKOLAH
Kebutuhan biaya anak bertambah meningkat (anak mulai
sekolah pre-school); Anak mulai siap-siap masuk SD; Prioritas
menabung untuk pendidikan anak; Prioritas mendidik
kedisiplinan dan pendidikan karakter; Masih butuh bonding
dan attachment fisik serta ikatan emosi yang tinggi antara
orangtua dan anak.
TAHAP ANAK UMUR
SEKOLAH DASAR
TAHAP ANAK UMUR REMAJA
(SMP & SMA)
Kebutuhan biaya anak semakin meningkat di SD; Anak sudah
mulai les baik akademik maupun seni & musik; Komunikasi antar
orangtua & anak harus mulai disesuaikan dengan tahapan anak
usia SD ini. Masih butuh bonding dan attachment fisik serta
ikatan emosi antara orangtua dan anak, namun tidak setinggi
tahapan pra sekolah.
Ruang lingkup dan rambu-rambu pengasuhan anak
responsif gender
ANAK LAKI-LAKI (L)
ANAK PEREMPUAN (P)
ADIL & SETARA
Wajib
 Diajari Agama, karakter/budi pekerti yang baik, berbakti pada orangtua, cinta pada
bangsa dan negara.
 Diberi hak-hak perndidikan dan perlindungan fisik dan psikososial.
 Diberi kesetaraan akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang sama baik anak L dan P
terhadap sumberdaya keluarga dan kasih sayang orangtua.
Harapan
 Anak L dan P berpeluang menjadi pemimpin Bangsa dan pemimpin publik.
 Anak L dan P mempunyai talenta dan kecerdasan yang masing-unik.
 Anak L dan P harus jadi insan yang berguna, warga negara yang baik, mandiri, ulet dan
tangguh serta berkarakter baik.
 Anak L di masa depan harus menjadi pekerja yang handal, suami yang bertanggung
jawab, Ayah yang baik.
 Anak P di masa depan harus menjadi pekerja yang handal, istri yang berdedikasi, Ibu
yang baik.
 Tidak boleh ada perbedaan perlakuan anak L dan P seperti marjinalisasi,
sub-ordinasi, stereotype & labelling.
Dilarang
 Tidak boleh ada perlakuan eksploitasi baik terhadap anak L dan P.
 Tidak boleh ada perlakuan kekerasan baik terhadap anak L dan P.
Ruang lingkup dan rambu-rambu pengasuhan
anak responsif gender
RUANG LINGKUP PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER PADA ANAK
L& P
Persiapan Peran Publik/Produktif
Diberi hak pendidikan formal minimal sampai
dengan sekolah menengah.
Diajari cara belajar yang efektif.
Diberi fasilitas belajar di rumah.
Persiapan Peran Domestik/Reproduktif
Diajari cara menyediakan makanan, cara/etika
makan, memasak dan mengenali lingkungan
sebagai sumber ketahanan pangan keluarga.
Diajari dan diberi tugas rumah seperti
Diajari ketrampilan mengelola emosi agar hidup
membersihkan tempat tidur, mencuci piring ,
produktif.
menyetrika, memelihara rumah, memberi makan
Diajari ketrampilan mengelola sumberdaya individu ternak/binatang peliharaan.
(keuangan, waktu dan pekerjaan, stress).
Diajari cara menegenal elektronik dan alat-alat
Diberi ketrampilan mengelola lingkungan di sekitar rumahtangga.
secara produktif.
Diajari dan dilatih cara mengenali bahaya (baik dari
lingkungan sosial maupun lingkungan alam).
Diberi ketrampilan membuat karya produktif
seperti mengambar/melukis, les musik, les menata Diajari cara memelihara dan merawat tubuh yang
rias, les montir, les masak professional, les
hiegienis, bersih dan indah.
menyetir.
Diajari dan dilatih amalan agama dan ibadah serta
Diberi pemahaman untuk berperan ganda (sebagai menjadi manusia yang berkarakter baik.
pekerja dan sebagai anggota suatu keluarga) untuk
Diajari cara menyelamatkan diri dari kondisi
persiapan berbagai peran di masa depan.
bahaya (dengan cara memanjat pohon, berlari,
Diajari cara pandang bahwa cita-cita apapun yang berenang).
cocok dan berguna adalah baik.
Persiapan Peran Sosial Kemasyarakatan
Diajari cara mengemukakan pendapat,
menghormati pendapat orang lain, mengambil
keputusan yang bijaksana, leadership.
Diajari cara berempati dan simpati kepada orang
lain, tidak menghakimi orang lain, berbagi dan
bekerjasama.
Diberi pemahaman cara berterima kasih,
bersyukur, minta maaf dan berkomitmen.
Diajari cara berkorban untuk kebersamaan, cinta
keluarga, cinta tanah air.
Diajari untuk tidak egois, tidak menganggap diri
paling benar dan tidak menjadi ekstrimis.
Diajari dan dilatih cara menyesuaikan diri dengan
lingkungan masyarakat (di perkotaan dan
pedesaan).
Dilatih untuk mengikuti kegiatan sosial
kemasyarakatan (kelembagaan sosial budaya di
desa).
Bangga menjadi Bangsa Indonesia.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Fisik Anak dan Pengasuhan
Responsif Gender
Perkembangan Fisik Anak dan Pengasuhan Responsif Gender
• Anak perempuan pada saat bayi dan toddlers tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan anak laki-laki baik secara fisik,
emosi ataupun intelektualnya. Oleh karena itu orangtua
sebaiknya membiarkan anak perempuannya untuk meneliti
badannya tanpa ada batasan, kritik atau penghakiman
(Preuschoff2006:57).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Fisik Anak dan Pengasuhan
Responsif Gender
Orangtua dapat mendorong ketrampilan fisik anak perempuan dengan
cara mengeksplorasi kekuatan fisiknya dan mengajari bagaimana
mengontrol badannya. Pengasuhan yang dilakukan orangtua adalah
membantu mengatasi rasa sakit anak perempuan pada saat
menstruasi, dan terbuka dalam berdiskusi tentang menstruasi dengan
cara yang tidak menyinggung atau mempermalukan; Tetap
berhubungan dengan anak perempuan pada saat anak menjadi
remaja; Ajarkan anak anda tentang perubahan fisik dan damping pada
saat perubahan ke masa puber serta jelaskan bagaimana perubahan
emosi yang membingungkan di masa puber dan kejutan-kejutan dari
perubahan tersebut; Apabila menghadapi kebingungan dan
keterbatasan, maka ajarilah anak melakukan keseimbangan antara
kebebasan dan keterbatasan serta nilai-nilai sehingga dapat
membantu anak perempuan untuk meningkatkan tanggung jawab
personal dan menjaga keamanaan dalam melalui masa-masa sulit
remaja; Mengajari keterampilan dalam mempertahankan diri akan
membantu anak perempuan sekaligus meningkatkan keamanan fisik
(Preuschoff2006:71, 158).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perbedaan dan Persamaan Perkembangan Fisik
Berdasarkan Gender
• Kulit perempuan secara signifikan lebih tipis dibandingkan dengan
kulit laki-laki.
• Orangtua cenderung untuk berbicara dengan lebih sering pada bayi
perempuan dibandingkan dengan bayi laki-laki, hal ini menjelaskan
mengapa anak perempuan lebih dapat mendengar dengan baik
dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan kecil
melakukan kontak mata dengan orangtuanya lebih lama
dibandingkan dengan anak laki-laki, dan menuntut agar orangtuanya
mencurahkan waktu lebih lama, memberikan perhatian, tersenyum
dan berbicara padanya.
• Bayi perempuan yang baru lahir secara fisik berbeda dengan bayi
laki-laki, dan perbedaan ini semakin terlihat pada umur bayi
beberapa bulan lagi. Bayi perempuan cenderung lebih ingin disentuh
dan lebih cepat merangkak dibandingkan dengan bayi laki-laki; anak
perempuan lebih cepat dapat bermain dengan mandiri dan dapat
menyamakan dirinya dibandingkan dengan anak laki-laki.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perbedaan dan Persamaan Perkembangan Fisik
Berdasarkan Gender
• Pada umur 6 bulan, bayi perempuan lebih mampu untuk mandiri, dan
menunjukkan rasa senang dengan mainannya serta nyaman dengan
mengisap jempol atau selimut spesialnya dari pada bayi laki-laki.
• Perbedaan yang paling signifikan pada bulan pertama adalah
kematangan yang ditunjukkan oleh bayi perempuan. Tinggi dan berat
bayi perempuan meningkat lebih cepat dibandingkan dengan bayi
laki-laki.
• Pada saat umur 7 bulan, hampir semua bayi perempuan dapat
berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, dan dapat merangkak,
memegang sendok dan menutup resleting.
• Pada usia preschool, ketrampilan motorik anak perempuan adalah
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak
perempuan mulai berbicara lebih awal dan mampu untuk mengontrol
diri dibandingkan dengan anak laki-laki
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perbedaan dan Persamaan Perkembangan Fisik
Berdasarkan Gender
• Perempuan mempunyai lemak badan dua kali lipatnya daripada laki-laki,
sebagian besar terpusat di payu dara dan pinggul, pada laki-laki lemak lebih
banyak ada di perut.
• Umumnya laki-laki tumbuh 10 persen lebih tinggi dari pada perempuan.
• Androgens (hormon laki-laki) menumbuhkan dan memanjangkan tulang;
Estrogens (hormon perempuan) akanberhenti pertumbuhannya pada masa
puber.
• Perempuan mempunyai tingkat harapan hidup lebih lama dibandingkan
dengan laki-laki.
• Perempuan cenderung kurang mengalami perkembangan fisik atau
gangguan mental dibandingkan laki-laki.
• Perempuan lebih tahan terhadap infeksi, dan blood vessels nya lebih elastis
daripada laki-laki; Laki-laki mempunyai tingkat hormon stres yang lebih
tinggi danmenyebabkan tekanan darah tinggi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Otak dan Pengasuhan Responsif
Gender
Isi dari otak manusia adalah (Preuschoff 2006:4):
• The third interstitial nucleus dari the anterior hypothalamus,
merupakan daerah kontrol keinginan seksual, adalah sama untuk lakilaki dan perempuan pada saat bayi, namun mulai tumbuh pada anak
laki-laki pada umur 10 tahun, dan pada saat puber; anak laki-laki
mempunyai dua setengah kali nerve cells yang lebih banyak di daerah
ini dibandingkan dengan anak perempuan.
• The band of nerve cells menghubungkan cerebral hemispheres dari kiri
dan kanan, sehingga jembatan ini disebut the corpus callosum yang
lebih besar pada otak perempuan dibandingkan dengan otak laki-laki.
Anak perempuan dan perempuan dewasa menggunakan kedua
cerebral hemispheres secara simultan, sedangkan laki-laki
menggunakan secara bergantian satu per satu. Hal inilah yang dapat
menjelaskan perbedaan proses berpikir antara laki-laki dan
perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Otak dan Pengasuhan Responsif
Gender
Isi dari otak manusia adalah (Preuschoff 2006:4):
• Cerebral hemisphere anak perempuan lebih cepat matang
dibandingkan dengan anak laki-laki. Oleh karena itu anak lakilaki belajar berbicara lebih lambat dibandingkan dengan anak
perempuan.
• Selama dalam kandungan pertumbuhan tulang pada badan
bayi perempuan adalah tiga minggu lebih tua
dibandingkan dengan bayi laki-laki.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Kognitif Pada Gender
– Teori perkembangan kognitif gender memandang bahwa tipe
gender pada anak-anak muncul setelah anak mengalami
perkembangan konsep gender. Segera setelah anak-anak mulai
konsisten menyadari dirinya sebagai laki-laki atau perempuan,
maka anak-anak mulai menyukai aktivitas, objek, dan sikap
yang konsisten dengan label gendernya.
– Teori skema gender mendorong perilaku gender melalui proses
sosio-budaya yang mengedepankan standar dan stereotype
berdasarkan gender; Perhatian dan perilaku anak dipandu oleh
motivasi internal yang sesuai dengan standard dan stereotype
berdasarkan gender yang memperbolehkan anak-anak untuk
menginterpretasikan dunia melalui suatu jaringan pemikiran
terorganisasi berdasarkan gender.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Kognitif Pada Gender
– Penekanan teori perkembangan kognitif merupakan kesiapan
kognitif yang membantu identitas gender melalui proses
kesetiaan atau kepatuhan dari perkembangan gender.
Kepatuhan gender ini muncul pada umur 6 sampai 7 tahun
pada saat keterampilan percakapan berkembang. Setelah anak
mengalami perkembangan kemampuan untuk secara konsisten
memahami dirinya sebagai laki-laki dan perempuan, maka anak
sering mengorganisasi dunianya berdasarkan gender seperti
memilih meniru model orang yang berjenis kelamin sama
(Santrock2009:366).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Psikologi/ Emosi Anak dan
Pengasuhan Responsif Gender
– Pentingnya penghargaan diri bagi anak perempuan untuk
melindungi dirinya dengan cara melihat dirinya sebagai orang
yang penting dan bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya
apapun penampilan dan prestasinya. Ayah dapat meningkatkan
penghargaan diri anak perempuannya dengan cara mencintai,
menghormati dan menerimanya. Disamping itu ayah dapat
mencurahkan waktu yang berkualitas dengan sering
mendorong dan mendukung ide-ide kreatif dan imajinasi anak
perempuannya; Mendampingi dan mengajari dalam
menghadapi ketakutan dan menerima perasaan baik marah
atau takut dengan cara mengontrol emosi dan mengelola
situasi (Preuschoff 2006:59).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Psikologi/ Emosi Anak dan
Pengasuhan Responsif Gender
• Perilaku agresi:
– Anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan
dengan anak perempuan (Keenan 2009; Tremblay
2009). Perbedaan terjadi di semua budaya dan
muncul mulai awal perkembangan anak.
– Meskipun anak laki-laki secara konsisten lebih
agresif secara fisik dari pada anak perempuan,
namun anak perempuan lebih cerewet seperti
berteriak dan ‘mengomel’ dibandingkan dengan
anak laki-laki (Eagly & Steffen dalam
Santrock2009:373).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Psikologi/ Emosi Anak dan
Pengasuhan Responsif Gender
• Perilaku prososial:
Perempuan lebih menunjukkan perilaku
prososial dan empati dibandingkan dengan
laki-laki (Eisenberg, Fabes & Spinrad, 2006;
Eisenberg & Fabes (Santrock2009:373).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Perkembangan Psikologi/ Emosi Anak dan
Pengasuhan Responsif Gender
Pencapaian prestasi:
– Meskipun perempuan menunjukkan progress dalam mencapai
status tinggi di segala bidang, namun masih tertinggal di bidang
teknologi, matematika dan ilmu pengetahuan alam (Wigfield et
al., 2006).
– Dalam pencapaian prestasi sekolah, perempuan menunjukkan
nilai-nilai yang lebih tinggi, usaha yang lebih rajin dalam belajar,
hadir di kelas, dan lebih berpartisipasi di kelas dibandingkan
dengan laki-laki. Banyak laki-laki yang menunjukkan nilai ratarata yang sangat tinggi, namun demikian sebagian laki-laki lain
juga menempati nilai akademik setengah terbawah. Laki-laki
cenderung mengambil kelas remedial dibandingkan dengan
perempuan (DeZolt & Hull (Santrock, J.W. 2009:373).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Orangtua dan Harapan Gender Pada Anak
• Harapan gender mulai terjadi bahkan sebelum anak dilahirkan.
Orangtua menghabiskan berjam-jam untuk berspekulasi
tentang jenis kelamin anak yang belum lahir, meskipun
terkadang sering menebak melalui jumlah tendangan dan
perilaku janin yang ada di dalam kandungan.Setelah itu,
orangtua mengumumkan kelahiran bayinya dengan pernyataan
‘It’s a Boy!” atau “It’s a Girl!”. Meskipun sebagian orang
merasa stereotype gender adalah kurang pantas, namun
mayoritas kasus kelahiran bayi laki-laki diberi pujian dengan
komentar seperti, “Siapa tahu, suatu hari dia akan jadi
presiden” (Kimmel 2004:129-130).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Orangtua dan Harapan Gender Pada Anak
• Orangtua mempunyai harapan dan keinginan terhadap anakanaknya jika dewasa kelak. Pertanyaan seperti apakah yang
akan terjadi pada anak-anaknya kelak, tipe peran apakah yang
akan dilakukan, cita-cita seperti apa yang sebaiknya,
karakteristik ‘personality’ orang dewasa seperti apa yang
dianggap penting untuk memainkan peran secara efektif?.
Orangtua selalu mengamati apa yang dirasakan sebagai
‘perilaku khas’ dari anak laki-laki dan anak perempuan sesuai
dengan umurnya. Sepanjang masa anak-anak, perbedaan
gender dan ketidaksetaraan gender dihasilkan dari perlakuan
sehari-hari melalui permainan, media informasi yang diterima
dan perlakuan di sekolah (Kimmel 2004:129).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Bonding Antara Orangtua dan Anak Berdasarkan
Gender
• Pentingnya pengasuhan ibu: Anak perempuan yang dibesarkan
dengan ‘positive mother complex’ biasanya menjadi kreatif dan
dapat bertahan dan tetap hidup (‘live and let live’). Anak-anak
perempuan dapat mengetahui haknya untuk menghormati,
dapat mengekspresikan kebutuhan fisik dan spiritual dan
mencari pemenuhan kebutuhan diri dan berperilaku fair.
• Pentingnya pengasuhan ayah: Sangat penting bagi anak
perempuan untuk menikmati kehadiran ayahnya dalam
hidupnya sejak usia dini supaya hidupnya berkembang menjadi
sehat, dan mempunyai bonding “positive father complex”.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Bonding Antara Orangtua dan Anak Berdasarkan
Gender
• Anak perempuan yang mempunyai bonding dengan kedua
orangtua dalam hidupnya, maka anakakan belajar berbagai
pola hubungan dan mempunyai harapan yang berbeda pada
hubungan yang berbeda. Hal ini akan membuat anak lebih
mudah untuk beradaptasi atau terlibat dalam berbagai situasi
karena anak sudah belajar untuk mempunyai reaksi yang luas
yang diajarkan oleh kedua orangtuanya, bukan cuma satu
orangtua. Orangtua jangan memberikan setiap yang diinginkan
oleh anak, orangtua harus menjadi contoh yang bagus dan
menjadi panutan bagi anak-anaknya.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Bonding Antara Orangtua dan Anak Berdasarkan
Gender
• Hubungan antara ibu dan anak perempuan adalah unik dan
intensif. Sebagian besar ibu dan anak mempunyai hubungan
yang sangat kuat dari dalam kandungan selama 9 bulan.
• Hubungan ayah dan anak perempuan merupakan hubungan
setelah ibu dan anak perempuan. Ayah adalah laki-laki
pertama dalam kehidupan seorang anak perempuan dan
peranannya adalah vital. Ayah mencerminkan maskulin dan
patokan hidupnya serta suatu kesenangan yang ‘lain’. Anak
perempuan akan selalu membandingkan setiap laki-laki yang
menjadi bagian hidupnya dengan ayahnya.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Keterlibatan dan Peran Ayah Pada Pengasuhan Anak
• Selama sampai abad ke 20, konsep pencari kerja didominasi
oleh ayah di semua masyarakat Amerika Utara dan Eropa Barat
(p. 342) (Day, et al. 1995).
• Ayah berperan utama sebagai pencari kerja untuk menghidupi
keluarganya. Keterlibatan ayah merujuk pada perilaku laki-laki
yang berperan sebagai ayah dan berhubungan setiap harinya
dengan anak-anaknya, apakah agak dipaksakan (misalnya
hanya sekedar hadir dalam hidup anak-anaknya) atau pada
aktivitas untuk meningkatkan hubungan ayah-anak demi
mewujudkan cita-cita anak-anaknya (Day, etal. 1995:342).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Keterlibatan dan Peran Ayah Pada Pengasuhan Anak
• Berbagai penelitian di tahun 1950an dan 1960an dilakukan
dengan pendekatan teori psikoanalisis, teori pembelajaran
sosial, dan pendekatan struktural fungsional untuk melihat
pengaruh ayah pada perkembangan anak-anaknya. Hal ini
dikarenakan adanya asumsi bahwa biasanya ibu berperan
utama sebagai orangtua, khususnya pada saat perkembangan
awal anak, kemudian ayah mempunyai peran penting sebagai
pendukung. Pada tahun 1970an, tantangan penelitian serupa
masih dilakukan secara longitudinal untuk meneliti hubungan
ayah-anak pada awal perkembangan. Berdasarkan hasil
penelitian, para peneliti sepakat adanya peran utama yang
signifikan dari ibu dan juga keterlibatan ayah yang secara
signifikan berpengaruh terhadap perkembangan anak baik
secara langsung maupun tidak langsung (Day, et al. 1995:346).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan Berwawasan Gender Berdasarkan
Pendekatan Sosial Budaya di Tingkat Keluargadan
Masyarakat
• Perhatikan pada pandangan tipe perilaku gender terjadi hanya
setelah anak-anak mengalami perkembangan kepatuhan gender
(gender constancy), yaitu memahami jenis kelamin yang sama,
meskipun aktivitas, pakaian dan gaya rambut mungkin berbeda
(Ruble (Santrock2009).
• Bagaimanapun, peneliti menemukan bahwa anak-anak tidak
mengalami perkembangan kepatuhan gender sampai umur sekitar 6
sampai 7 tahun. Sebagian besar anak perempuan lebih senang
mainan untuk anak perempuan dan pakaian serta permainan,
sedangkan anak laki-laki lebih memilih mainan dan permainan untuk
anak laki-laki.Sehingga berlawanan dengan penjelasan Kohlberg’s
tentang teori perkembangan kognitif, bahwa tipe gender tidak
muncul dan tergantung dengan kepatuhan gender (Santrock2009).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan Berwawasan Gender Berdasarkan
Pendekatan Sosial Budaya di Tingkat Keluargadan
Masyarakat
• Perhatikan pada pandangan tipe perilaku gender terjadi hanya
setelah anak-anak mengalami perkembangan kepatuhan gender
(gender constancy), yaitu memahami jenis kelamin yang sama,
meskipun aktivitas, pakaian dan gaya rambut mungkin berbeda
(Ruble (Santrock2009).
• Bagaimanapun, peneliti menemukan bahwa anak-anak tidak
mengalami perkembangan kepatuhan gender sampai umur sekitar 6
sampai 7 tahun. Sebagian besar anak perempuan lebih senang
mainan untuk anak perempuan dan pakaian serta permainan,
sedangkan anak laki-laki lebih memilih mainan dan permainan untuk
anak laki-laki.Sehingga berlawanan dengan penjelasan Kohlberg’s
tentang teori perkembangan kognitif, bahwa tipe gender tidak
muncul dan tergantung dengan kepatuhan gender (Santrock2009).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan Berwawasan Gender Berdasarkan
Pendekatan Sosial Budaya di Tingkat Keluargadan
Masyarakat
Panduan anak Perempuan tentang perkembangan gender (p.
375):
– Mendorong anak perempuan agar bangga akan keterampilan berhubungan
dengan orang lain dan perasaan pedulinya. Perhatian kuat dari anak
perempuan yang ditunjukkan dalam berhubungan dan pedulinya harus
didukung oleh orangtua dan guru.
– Mendorong anak perempuan untuk mengembangkan kompetensi dirinya.
Sementara membina anak perempuan untuk mempertahankan hubungan
yang kuat; Orang dewasa dapat membantu anak perempuan untuk
mengembangkan ambisi dan pencapaian prestasinya.
– Mendorong anak perempuan untuk lebih mempunyai ketegasan diri karena
anak perempuan cenderung lebih pasif dibandingkan anak laki-laki.
– Mendorong anak perempuan untuk mencapai prestasi dalam peningkatan
nilai akademik. Hal ini dapat dilakukan melalui dorongan pada perempuan
yang lebih tinggi dan pilihan karir yang lebih banyak (Santrock2009:375).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Pengasuhan Berwawasan Gender Berdasarkan
Pendekatan Sosial Budaya di Tingkat Keluargadan
Masyarakat
• Panduan anak laki-laki dan perempuan tentang perkembangan
gender:
Membantu anak laki-laki dan perempuan untuk mengurangi
stereotype dan diskriminasi gender, baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain, karena jika tidak dibantu maka orangtua
secara otomatis mengajari suatu model stereotype dan
diskriminasi gender kepada anaknya (Santrock 2009:375).
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
1. Tipe 1:
Tipe keluarga dengan interaksi tinggi dan responsif
gender dicirikan dengan:
• Tipe keluarga ini adalah yang terbaik.
• Interaksi hubungan dan pengasuhan anak dilakukan
dengan penuh kehangatan, adil dan saling mendukung
satu dengan lainnya melalui komunikasi yang efektif dan
terbuka serta mempertimbangkan kepentingan dan
kebutuhan anak yang unik.
• Orangtua sudah berusaha untuk berpikiran terbuka (open
minded) dan membuka hati (open heart) dengan
mempertimbangkan kebutuhan umum dan khusus anak
laki-laki dan perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
1. Tipe 1:
Tipe keluarga dengan interaksi tinggi dan responsif
gender dicirikan dengan:
• Orangtua tidak memarjinalkan perlakuan anak laki-laki
atau perempuan; semua anak diberi kesempatan
kesetaraan dan keadilan dalam akses, partisipasi, kontrol
dan manfaat terhadap sumberdaya keluarga.
• Keterikatan hubungan atau bondingantara orangtua dan
anak adalah sangat tinggi; sangat mempunyai saling
ketergantungan antara satu dengan lainnya.
• Komunikasi antara orangtua dan anak sangat efektif
sehingga menurunkan tingkat konflik.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
1. Tipe 1:
Tipe keluarga dengan interaksi tinggi dan responsif
gender dicirikan dengan:
• Contoh konkrit dari tipe keluarga ini adalah keluarga yang
harmonis dengan pengasuhan anak demokratis,
mendukung kebutuhan dan keinginan baik anak laki-laki
maupun perempuan dan tidak membedakan perlakuan
anak laki-laki dan perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
2. Tipe 2:
Tipe keluarga dengan interaksi rendah dan
responsif gender dicirikan dengan:
• Tipe keluarga ini adalah kurang bagus, dan tidak terlalu
umum karena kalau keluarga mempunyai interaksi yang
tidak bagus biasanya tidak responsif gender atau bias
gender.
• Interaksi hubungan dan pengasuhan anak dilakukan
dengan kasar dan keras, namun cukup adil dan
mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan anak.
• Orangtua sudah berusaha untuk berpikiran terbuka (open
minded) dengan mempertimbangkan kebutuhan umum
dan khusus anak laki-laki dan perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
• Orangtua tidak memarjinalkan perlakuan anak laki-laki atau
perempuan; semua anak diberi kesempatan kesetaraan dan keadilan
dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumberdaya
keluarga.
• Keterikatan hubungan atau bondingantara orangtua dan anak adalah
rendah, kurang mempunyai saling ketergantungan antara satu
dengan lainnya.
• Komunikasi antara orangtua dan anak tidak efektif sehingga
cenderung meningkatkan tingkat konflik.
• Contoh konkrit dari tipe keluarga ini adalah keluarga yang kurang
harmonis (cenderung konflik atau tidak peduli) dengan pengasuhan
anak otoriter atau permisif tetapi tidak memarjinalkan perlakuan
terhadap anak laki-laki atau perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
• Tipe 3:
Tipe keluarga dengan interaksi rendah dan bias gender
dicirikan dengan:
• Tipe keluarga ini adalah yang paling jelek.
• Interaksi hubungan dan pengasuhan anak dilakukan dengan kasar
dan keras, tidak adil serta kurang mempertimbangkan kepentingan
dan kebutuhan anak.
• Orangtua tidak berusaha untuk berpikiran terbuka (open minded)
namun masih berpikiran sempit (narrow minded)
tanpamempertimbangkan kebutuhan umum dan khusus anak lakilaki dan perempuan.
• Orangtua masih memarjinalkan perlakuan anak laki-laki atau
perempuan; anak laki-laki dan perempuan dibedakan dalam akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumberdaya keluarga.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
• Keterikatan hubungan atau bondingantara orangtua
dan anak adalah rendah, kurang mempunyai saling
ketergantungan antara satu dengan lainnya.
• Komunikasi antara orangtua dan anak tidak efektif
sehingga cenderung meningkatkan tingkat konflik.
• Contoh konkrit dari tipe keluarga ini adalah keluarga
yang kurang harmonis (cenderung konflik atau tidak
peduli) dengan pengasuhan anak otoriter atau
permisif dan memarjinalkan perlakuan terhadap anak
laki-laki atau perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
Tipe 4: Tipe keluarga dengan interaksi tinggi dan bias gender
dicirikan dengan:
• Tipe keluarga ini adalah kurang bagus, dan tidak terlalu
umum karena kalau keluarga mempunyai interaksi yang tinggi
biasanya tidak bias gender.
• Interaksi hubungan dan pengasuhan anak dilakukan dengan
penuh kehangatan, adil dan dukungan melalui komunikasi
yang efektif dan terbuka serta mempertimbangkan
kepentingan dan kebutuhan anak yang unik.
• Orangtua tidak berusaha untuk berpikiran terbuka (open
minded) namun masih berpikiran sempit (narrow minded)
tanpamempertimbangkan kebutuhan umum dan khusus anak
laki-laki dan perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
Tipologi Keluarga Responsif Gender
• Orangtua masih memarjinalkan perlakuan anak laki-laki atau
perempuan; anak laki-laki dan perempuan dibedakan dalam
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumberdaya
keluarga.
• Keterikatan hubungan atau bondingantara orangtua dan anak
adalah sangat tinggi;sangat mempunyai saling ketergantungan
antara satu dengan lainnya.
• Komunikasi antara orangtua dan anak sangat efektif sehingga
menurunkan tingkat konflik.
• Contoh konkrit dari tipe keluarga ini adalah keluarga yang
harmonis dengan pengasuhan anak demokratis, namun masih
memarjinalkan perlakuan anak laki-laki atau perempuan.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
”Di masa lampau, seorang anak laki-laki akan dikatakan berperilaku pantas apabila menjadi
mandiri, agresif dan kuat/berkuasa, sedangkan anak perempuan dikatakan berperilaku
pantas apabila menjadi tidak mandiri/tergantung pada orang lain, memelihara dan
mengasuh anak, dan tidak tertarik pada kekuasaan. Karakteristik maskulin dianggap
menyehatkan dan baik bagi masyarakat, sedangkan karakteristik feminin dianggap tidak
diinginkan”.
”Mengasuh dan membesarkan anak-anak tidak pernah menjadi pekerjaan yang mudah. Bagian dari
kesulitan membesarkan anak laki-laki dan perempuan diakibatkan dari kesenjangan gender yang
berlangsung secara bergenerasi”.
”Pengasuhan yang responsif gender adalah perlakuan sosialisasi dan pendidikan orangtua
terhadap anak yang memberikan perhatian kepada anak laki-laki maupun perempuan
berdasarkan kebutuhan khusus/ spesifik (berkaitan dengan aspek biologis/ reproduksi)
dan kebutuhan umum yang berkaitan dengan kebutuhan psiko-sosial dengan menjunjung
asas keadilan dan kesetaraan gender dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi,
kontrol terhadap semua sumberdaya keluarga untuk mewujudkan sumberdaya manusia
yang sehat jasmani dan rohani”.
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER
”Di masa lampau, seorang anak laki-laki akan dikatakan berperilaku pantas apabila menjadi
mandiri, agresif dan kuat/berkuasa, sedangkan anak perempuan dikatakan berperilaku
pantas apabila menjadi tidak mandiri/tergantung pada orang lain, memelihara dan
mengasuh anak, dan tidak tertarik pada kekuasaan. Karakteristik maskulin dianggap
menyehatkan dan baik bagi masyarakat, sedangkan karakteristik feminin dianggap tidak
diinginkan”.
”Mengasuh dan membesarkan anak-anak tidak pernah menjadi pekerjaan yang mudah. Bagian dari
kesulitan membesarkan anak laki-laki dan perempuan diakibatkan dari kesenjangan gender yang
berlangsung secara bergenerasi”.
TERIMA KASIH
BAB 12 INTERAKSI DAN PENGASUHAN ANAK RESPONSIF GENDER