Terapi Latihan 1 Pertemuan 6

Download Report

Transcript Terapi Latihan 1 Pertemuan 6

STRETCHING
LENNY
Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari materi ini setiap mahasiswa/i dapat :
1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan mobilitas dan
fleksibilitas sendi.
2. Memahami pengertian stretching.
2. Memahami komponen neurofisiologi terkait dengan stretching.
3. Memahami pengertian monosinaptik refleks stretch.
4. Memahami pengertian stataik stretch.
5. Memahami dampak kecepatan aplikasi stretch.
6. Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi passive
stretching.
7. Memahami tujuan stretching.
8. Memahami indikasi stretching.
A. Pendahuluan
 Mobilitas dan fleksibilitas pada struktur
jaringan lunak di sekitar sendi seperti otot,
jaringan konektif dan kulit sangat
berpengaruh terhadap mobilitas sendi yang
adekuat.
 Tidak adanya hambatan dan jarak gerakan
yang terjadi tanpa nyeri merupakan faktor
utama dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
 Namun demikian dalam kenyataannya banyak
kondisi yang menyebabkan terjadinya
keterbatasan gerak sendi sehingga terjadi terjadi
adaptasi pemendekan jaringan lunak di sekitar
sendi dan menyebabkan berkurangnya atau
bahkan hilangnya jarak gerak sendi yang normal.
 Penyebab-penyebab tersebut antara lain
immobilisasi dalam waktu lama, hambatan
mobilitas, penyakit-penyakit pada jaringan konektif
atau neuromukular, patologi jaringan akibat
trauma dan kelainan tulang baik yang bersifat
congenital atau yang didapat.
 Akibat penyebab-penyebab di atas dapat
mempengaruhi kekuatan otot berupa berkurangnya
fleksibilitas yang normal, perubahan hubungan
panjang dan tegangan otot dan menyebabkan
kelemahan.
 Berkurangnya fleksibilitas apapun penyebabnya
dapat menimbulkan nyeri yang berasal dari otot,
jaringan konektif atau periosteum yang mengarah
pada kelemahan otot.
 Keterbatasan jarak gerak sendi karena adanya
kontraktur sebagai adaptasi pemendekan pada
jaringan lunak dapat ditangani dengan menerapkan
teknik stretching.
 Sebelum menerapkan teknik stretching satu
hal yang sangat perlu dipahami adalah
konsep dasar neurofisiologi khususnya pada
jaringan kontraktil ketika mendapatkan
tekanan dari luar, sehinga pemberian teknik
stretching memberikan hasil yang efektif.
 Ada beberapa struktur yang berperan
sangat penting saat melakukan stretching
yaitu :
1. Muscle spindle
2. Golgi tendon organ

Muscle spindle
Adalah organ sensoris utama pada
jaringan otot yang terdiri dari serabut kecil
intrafusal yang terletak sejajar dengan
serabut ekstrafusal.
Muscle spindle berfungsi memonitor
kecepatan dan durasi penguluran. Ketika
otot terulur maka serabut intrafusal dan
ekstrafual tersebut akan terulur.
 Golgi tendon organ
Adalah suatu mekanisme proteksi yang
menginhibisi kontraksi otot dan memiliki treshold
yang sangat lambat untuk melaju setelah otot
berkontraksi serta mempunyai treshold yang tinggi
pada saat dilakukan penguluran secara pasif.
Golgi tendon organ dikelilingi oleh ujung serabut
ekstrafusal yang peka terhadap tegangan otot
yang disebabkan oleh pemberian passive
stretching. Bila penyebaran tegangan meluas
dalam suatu otot, maka golgi tendon organ melaju
dan menimbulkan rileksasi otot.
 Bila suatu otot terulur dengan sangat cepat maka
muscle spindle berkontraksi untuk
menghantarkan rangsangan serabut afferent
primer yang menimbulkan ekstrafusal melaju dan
tegangan dalam otot meningkat. Peristiwa ini
disebut monosinaptik refleks stretch.
 Stretching yang dilakukan dengan kecepatan
tinggi dapat meningkatkan tegangan dalam otot.
Sedangkan jika suatu otot diulur dengan kekuatan
yang sedang secara perlahan-lahan maka laju
golgi tendon organ dan inhibisi dalam otot
menyebabkan sarcomer memanjang.
 Stretching adalah suatu bentuk terapi yang
dilakukan untuk memanjangkan otot yang
patologis berupa pemendekan otot yang
menghambat jarak gerak sendi yang normal.
Ada dua jenis bentuk stretching yang
digunakan yaitu passive stretching, namun
yang akan dibahas adalah passive stretching.
 Passive stretching dilakukan bila pasien
dalam keadaan rileks dengan menggunakan
kekuatan dari luar fisioterapis yang
diaplikasikan secara manual atau dengan
menggunkan alat-alat mekanik untuk
mengulur jaringan lunak yang mengalami
pemendekan.
 Prosedur passive stretching diklasifikasikan
dalam beberapa bentuk stretch yang
diaplikasikan dengan intensitas penguluran
yang sesuai dengan keadaan pasien.
 Prosedur pelaksanaan passive stretching
adalah fisioterapis memberikan gaya atau
force, mengontrol arah, kecepatan,
intensitas dan durasi stretch pada jaringan
lunak yang mengalami kontraktur dan
menghambat gerakan sendi.
 Teknik ini tidak sama dengan passive exercise.
Stretching dilakukan pada struktur jaringan yang
bebas bergerak dan hanya dilakukan pada
keterbatasan jarak gerak yang ada dan dilakukan
ketika pasien benar-benar dalam keadaan serileks
mungkin. Dalam melakukan stertching perlu juga
diperhatikan fleksibilitas otot yang bersangkutan.
 Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan
menggerakkan sendi tanpa adanya hambatan
gerak serta bebas nyeri yang tergantung pada
ekstensibilitas sendi yang bersangkutan.
 Kekuatan penguluran yang diaplikasikan biasanya
selama 15 sampai 30 detik dan diulang sampai
beberapa kali dalam setiap sesi latihan. Dalam
menerapkan manual passive stretching perlu
diperhatikan waktu yang tidak terlalu lama agar
tidak merusak struktur jaringan.
 Intensitas dan durasi penguluran tergantung pada
toleransi pasien dan dilakukan secara perlahanlahan, dipertahankan sedikit demi sedikit dengan
fasilitasi stretch refleks sehingga terjadi
peningkatan tension pemanjangan pada otot yang
disebut static stretch.
B. Indikasi dan Tujuan Stretching
1. Indikasi
a. Keterbatasan jarak gerak sendi akibat
kontraktur, perlekatan dan pembentukan
jaringan parut yang mengarah pada
pemendekan otot, jaringan konektif dan kulit.
b. Keterbatasan yang mengarah pada kelainan
struktural (skeletal) sebagai tindakan
pencegahan.
c. Kontraktur yang berhubungan dengan aktifitas
fungsional sehari-hari.
d. Pada kelemahan otot di satu sisi dan
ketegangan di sisi lain.
2. Tujuan
a. Tujuan umum adalah untuk mengembalikan
jarak gerak sendi yang normal dan mobilitas
jaringan lunak di sekitar sendi.
b. Tujuan khusus
1)
Mencegah kontraktur yang berulang.
2)
Meningkatkan fleksibilitas secara umum
pada satu bagian tubuh berkaitan
dengan latihan penguatan.
3)
Mencegah atau meminimalkan resiko
injuri muskulotendinogen berkaitan
dengan aktifitas fisik yang spesifik dan
olahraga.
C. Prosedur Penerapan Passive
Stretching
1. Evaluasi Pasien
a. Identifikasi keterbatasan fungsional yang
menyebabkan keterbatasan jarak gerak sendi.
b. Tentukan jika keterbatasan sendi karena
kontraktur pada jaringan lunak sebagai
penyebab menurunnya gerakan untuk
menentukan teknik stretching yang tepat.
Evaluasi joint play sendi yang bersangkutan.
c. Periksa kekuatan otot untuk menentukan force
yang akan diterapkan.
2. Sebelum Stretching
a. Pertimbangkan jenis teknik stertching yang tepat
sesuai dengan kondisi pasien.
b. Jelaskan tujuan stretching kepada pasien.
c. Posisikan pasien senyaman dan sestabil mungkin.
Arah stretching yang diberikan berlawanan dengan
arah keterbatasan.
d. Jelaskan prosedur kepada pasien.
e. Area yang akan distretch harus bebas dari pakaian,
bandage atau splint.
f. Jelaskan kepada pasien perlunya serileks mungkin
dan toleransi terhadap force yang diberikan.
g. Berikan pemanasan terhadap jaringan yang akan
distretch untuk meningkatkan ekstensibilitas jaringan
serta mencegah terjadinya injuri.
3. Ketika stretching
a. Gerakkan sendi secara perlahan sampai pada
batas keterbatasan.
b. Pegang pada bagian proksimal dan distal
sendi ketika ada gerakan.
c. Stabilisasi pada bagian proksimal dan
gerakkan pada bagian distal sendi.
d. Untuk mencegah kompresi sendi selama
stretching gunakan traksi derajat I untuk
menggerakkan sendi.
e. Terapkan stretch secara perlahan dan general
pada sendi yang bersangkutan.
f. Lakukan sekitar 15 sampai 30 detik atau lebih.
g. Lakukan force sesuai dengan toleransi pasien.
4.Setelah stretching
a. Minta pasien melakukan latihan secara
aktif dan bersifat fungsional untuk
menjaga jarak gerak sendi yang telah
ada.
b. Kembangkan keseimbangan kekuatan
pada otot antagonis untuk mengontrol
stabilitas dan fleksibilitas.