2. - irsyadbki

Download Report

Transcript 2. - irsyadbki

KONSEP NASAKH DALAM
AL-QUR’AN
PENGERTIAN
1. Secara etimologi:
Nasakh berarti an-naql, al-izalah, at-tahwil,
dan at-tabdil.
2. Secara terminologi:
Nasakh adalah penghapusan suatu hukum
syara’ oleh dalil syara’ yang datang
belakangan ketika terjadi kontradiksi antara
keduanya dan tidak bisa dikompromikan.
(Thabathaba’i)
DALIL YANG MENDUKUNG
1. QS. AL-BAQARAH: 106.
2. QS. AL-RA’D: 39.
3. QS. AN-NAHL: 101.
KRITERIA AYAT NASAKH:
1. Adanya kontradiksi antara dua ayat yang tidak
bisa dikompromikan.
2. Ayat yang menasakh datangnya belakangan
sedangkan ayat yang dinasakh datangnya lebih
awal.
3. Kandungan isi kedua ayat tersebut harus sama.
JENIS ATAU MACAM
1. Nasakh teks ayat dan hukumnya.
Contoh: Riwayat dari ‘Aisyah tentang saudara
sesusuan. ‘Aisyah meriwayatkan bahwa dulu
pernah turun ayat yang menyatakan bahwa
menyusukan bayi orang lain 10 kali menjadikan
haram untuk menikah dengan saudara
sesusuannya. Ayat dan hukum ini kemudian
dihapus dan diganti dengan 5 kali susuan.
2. Nasakh teks sedangkan hukumnya tetap ada.
Contoh: Ibnu Khuzaimah meriwayatkan bahwa
Umar bin Khatab pernah berkata bahwa jika
tidak dikhawatirkan dia (Umar) dituduh
menambah ayat al-Qur’an, tentu kami akan
menuliskan ayat rajam, karena sudah
menerima dan membacanya pada masa
Rasulullah SAW.
Ayat rajam adalah ayat yang menjelaskan hukum
bagi orang yang sudah menikah kemudian
melakukan perzinahan, mereka dihukum
cambuk sampai mati.
3. Nasakh hukumnya sedangkan teksnya
tetap.
Contoh: QS. Al-Baqarah ayat 234 tentang
masa iddah wanita yang ditinggal mati
oleh suaminyan selama 4 bulan 10 hari.
Ayat ini menasakh QS. Al-Baqarah ayat
240 yang menjelaskan tentang masa
iddah wanita yang ditinggal mati oleh
suaminya selama 1 tahun .
PERBEDAAN PENDAPAT
1. Dari ketiga jenis nasakh diatas, mayoritas
ulama hanya menerima nasakh jenis yang
ketiga. Sedangkan jenis yang pertama dan
kedua diragukan bahkan ditolak
kebenarannya.
2. Menurut Thabathaba’I , nasakh jenis pertama
dan kedua membawa konsekunsi terjadinya
perobahan yang radikal dalam al-Qur’an. Ini
merupakan suatu kemustahilan. Justru yang
harus dipertanyakan adalah riwayat tentang
kedua jenis nasakh tersebut.
KRITIK TERHADAP TEORI NASAKH
1. Menolak Teori Nasakh.
Abu Muslim al-Asfahani menolak adanya
nasakh dengan menyatakan bahwa tidak ada
nasakh antara ayat al-Qur’an, yang ada
hanyalah takhshis al-am. Konsep nasakh
bertentangan dengan QS. Fushilat ayat 42,
yang menyatakan bahwa tidak ada kebatilan
atau kesalahan pada al-Qur’an baik sebelum
dan setelahnya.
2. Memodifikasi Terori Nasakh
Muhammad Abduh tidak setuju jika nasakh
diartikan dengan pembatalan atau penghapusan,
namun dia setuju dengan arti pergantian atau
peralihan.
Dengan makna ini tidak ada ayat al-Qur’an yang
tidak berlaku sampai kapanpun. Yang terjadi
hanyalah pemberlakuan ayat sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat suatu wilayah.
Al-Maraghi mengumpakannya seperti obat, jika
satu obat tidak cocok untuk seorang pasien,
maka obatnya tidak perlu dibuang, karena
mungkin cocok untuk pasien yang lain.
3. Mendekonstruksi Teori Nasakh
Mahmud Muhammad Taha menyatakan bahwa
kebenaran teori nasakh harus dipahami dalam
konsep evolusi syari’ah. Konsep ini menyatakan
bahwa pemberlakuan hukum suatu ayat sangat
ditentukan oleh konteks masyarakatnya. Karena
itu, menurutnya, dalam kondisi masyarakat saat ini
yang harus diberlakukan lebih utama adalah ayatayat makiyah. Sedangkan ayat-ayat madaniyah
disimpan dulu untuk bisa diberlakukan pada
kondisi yang lain yang sesuai. Contohnya ayat yang
menganjurkan berperang harus diganti dengan
ayat yang menganjurkan toleransi.
JUMLAH AYAT NASAKH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
IBNU HAZM
IBNU BARAKAH
IBNU JAUZI
AL-NAHHAS
SUYUTI
SYAUKANI
AD-DIHLAWI
AMIR ALI
: 214 AYAT
: 210
: 147
; 134
: 22
: 12
:5
:0