Islam and Science

Download Report

Transcript Islam and Science

Tantangan Pemikiran Islam Kontemporer
Oleh ; Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
Apa arti penting materi ini?
• Membangun Peradaban Islam
• Menjawab Tantangan Pemikiran
Tantangan Pemikiran Islam Kontemporer
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tantangan Peradaban Barat
Masalah Kristenisasi
Kolonialisme dan Imperialisme Modern
Masalah Orientalisme
Masalah Kajian terhadap Al-Quran dan Tafsir Al-Quran
Masalah Studi Agama-agama
Masalah Pluralisme Agama
Delapan Peradaban Besar Eksis
Pasca Perang Dingin
Syekh Abul Hasan
Ali an-Nadwi,
ulama besar India:
“… di saat sekarang ini selama
beberapa waktu dunia Islam telah
dihadapkan pada ancaman
kemurtadan yang menyelimuti
bayang-bayang di atasnya dari
ujung ke ujung…Inilah kemurtadan
yang telah melanda muslim Timur
pada masa dominasi politik Barat,
dan telah menimbulkan tantangan
yang paling serius terhadap Islam
sejak masa Rasulullah saw…”
Iman wajib dijaga. Jangan mati kecuali dalam
keadaan Islam. (3:101).
Perlu mengetahui shirathal mustaqim dan jalan
yang bengkok.
Pepatah: ‘araftu asy-syarra laa li syarri wa
laakin li tawqii’ihi’.
Disamping tahu ilmu tentang gizi, juga perlu
tahu ilmu penyakit; iman yang kokoh laksana
pohon yang kokoh, maka disamping harus tahu
ilmu agronomi juga harus tahu ilmu penyakit
tanaman.
LIBERALISASI ISLAM
Syariat Islam
Konsep wahyu&Tafsir
Pluralisme
Agama
Perombakan
Syariat Islam
Legitimasi
Kerusakan
Akhlak, nilai,
dan hukum
Barat
Aqidah Islam
DEKONSTRUKSI
Dekonstruksi
Islam sebgai
Agama final
dan benar
AL-Quran
Bukan
KItab Suci
Al-Quran
Bukan
Lafdhan wa-Ma’nan
dari Allah,
tetapi kata-kata
Muhammad
Al-Quran
adalah
Rekayasa
Politik Utsman
DEKONSTRUKSI AL-QUR’AN -Studi Kritik Quran
Al-Quran
adalah
Produk
Budaya Arab
Al-Quran masih
Meninggalkan
Sejumlah
Masalah
Mendasar
Perlu Dibuat
Al-Quran Baru:
EDISI
KRITIS
AL-QURAN
“Al-Quran bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci
dari Allah SWT kepada Muhammad saw,
melainkan merupakan produk budaya (muntaj
tsaqafi) sebagaimana yang digulirkan oleh Nasr
Hamid Abu Zaid. Metode tafsir yang digunakan
adalah hermeneutika, karena metode tafsir
konvensional dianggap sudah tidak sesuai
dengan zaman... ‘’
Hasil Penelitian Badan Litbang dan Diklat Depag tentang ‘Faham-faham
keagamaan liberal pada masyarakat perkotaan’ di Yogyakarta
(Dipresentasikan 14 Nov. 2006):
Prof. Dr. Siti
Musdah Mulia,
Dosen
Universitas Islam
Negeri (UIN)
Jakarta
“Jika kita memahami konteks waktu
turunnya ayat itu (QS 60:10. pen.),
larangan ini sangat wajar mengingat
kaum kafir Quraisy sangat memusuhi
Nabi dan pengikutnya. Waktu itu
konteksnya adalah peperangan antara
kaum Mukmin dan kaum kafir.
Larangan melanggengkan hubungan
dimaksudkan agar dapat diidentifikasi
secara jelas mana musuh dan mana
kawan. Karena itu, ayat ini harus
dipahami secara kontekstual. Jika
kondisi peperangan itu tidak ada lagi,
maka larangan dimaksud tercabut
dengan sendirinya." (Buku Muslimah
Reformis, 2005:63)
”..menarik sekali membaca ayat-ayat al-Qur'an soal
hidup berpasangan (Ar-Rum, 21; Az-Zariyat 49 dan Yasin 36)
disana tidak dijelaskan soal kelamin biologis, yang ada hanyalah
soal gender (jenis kelamin sosial). Artinya, berpasangan itu tidak
mesti dalam konteks hetero, melainkan bisa homo, dan bisa
lesbian"
(Siti Musdah Mulia)
• “Soal pernikahan laki-laki non-Muslim dengan
wanita Muslim merupakan wilayah ijtihadi
dan terikat dengan konteks tertentu,
diantaranya konteks dakwah Islam pada saat
itu. Yang mana jumlah umat Islam tidak
sebesar saat ini, sehingga pernikahan antar
agama merupakan sesuatu yang terlarang.
Karena kedudukannya sebagai hukum yang
lahir atas proses ijtihad, maka amat
dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru,
bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan
laki-laki non-Muslim, atau pernikahan beda
agama secara lebih luas amat diperbolehkan,
apapun agama dan aliran kepercayaannya.”
(A. Mun’im Sirry (ed.), Fiqih Lintas Agama, Paramadina&The
Asia Foundation), 2004:164)
Hasil penelitian Depag …:
• Tentang nikah beda agama:
“Larangan nikah beda agama
menurut Islam Liberal dipandang
sudah tidak relevan lagi, karena
sesuai dengan tuntunan Al-Quran
bahwa Al-Quran menganut
pandangan universal tentang
martabat manusia yang sederajat,
tanpa melihat perbedaan agama.”
DEKONSTRUKSI HUKUM
“…apa bedanya pelacur dengan perempuan
yang berstatus istri? Posisinya sama. Mereka
adalah penikmat dan pelayan seks laki-laki.
Seks akan tetap bernama seks meski dilakukan
dengan satu atau banyak orang. Tidak,
pernikahan adalah konsep aneh, dan
menurutku mengerikan untuk bisa kupercaya.”
DEKONSTRUKSI HUKUM
“Hanya orang primitif saja yang melihat perkawinan
sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan berbahaya.
Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan
dalih apapun, untuk melarang perkawinan sejenis.
Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya
menciptakan manusia sudah berhasil bahkan
kebablasan. Jika dulu Tuhan mengutus Luth untuk
menumpas kaum homo karena mungkin bisa
menggagalkan proyek Tuhan dalam penciptaan
manusia (karena waktu itu manusia masih sedikit),
maka sekarang Tuhan perlu mengutus “Nabi” untuk
membolehkan kawin sejenis supaya mengurangi
sedikit proyek Tuhan tersebut. Itu kalau Tuhan masih
peduli dengan alam-Nya. Bagi kami, jalan terus kaum
homoseks. Anda di jalan yang benar. (Redaksi Justisia).
DOSEN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) INJAK
LAFADZ ALLAH
(Majalah GATRA, edisi 7 Juni 2006)
• Pada 5 Mei 2006, Sulhawi Ruba,
51 tahun, dosen mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam, di
hadapan 20 mahasiswa Fakultas
Dakwah, menerangkan posisi
Al-Quran sebagai hasil budaya
manusia.
•"Sebagai budaya,
posisi Al-Quran
tidak berbeda
dengan rumput."
"Sebagai budaya,
Al-Quran tidak sakral.
Yang sakral
adalah kalamullah
secara substantif.”
• Ia lalu menuliskan lafaz Allah pada
secarik kertas sebesar telapak tangan
dan menginjaknya dengan sepatu. "AlQuran dipandang sakral secara
substansi, tapi tulisannya tidak sakral,"
katanya setengah berteriak, dengan
mata yang sedikit membelalak.
“Agama tidak bisa “seenak
udelnya” sendiri masuk ke
dalam bidang-bidang itu
(kesenian dan kebebasan
berekspresi) dan
memaksakan sendiri
standarnya kepada
masyarakat…Agama
hendaknya tahu batasbatasnya.” (Ulil Abshar Abdalla).
LIBERAL JUDAISM
Sinagog Yahudi Liberal
Dr. Abraham Geiger
Simbol
Gay Yahudi Liberal
Gay Yahudi
Ibnu Khaldun (1332-1406):
• Al-Maghlub mula‘un abadan
bi l-iqtida’ bi l-ghalib fi
shi‘arihi wa ziyyihi wa milatihi
wa sa’iri ahwalihi wa
‘awa’idihi
(Yang kalah cenderung
senantiasa meniru yang
menang, baik dalam slogan,
cara berpakaian, beragama
dan seluruh gaya serta adat
istiadatnya).
MODERNISME
PEMBARUAN AGAMA
LIBERALISASI AGAMA
“pembaruan harus dimulai dengan
dua tindakan yang saling erat
hubungannya, yaitu melepaskan
diri dari nilai-nilai tradisional dan
mencari nilai-nilai yang
berorientasi
ke masa depan. Nostalgia, atau
orientasi dan kerinduan pada
masa lampau yang berlebihan,
harus diganti dengan
pandangan ke masa depan.
Untuk itu diperlukan suatu proses
liberalisasi. Proses itu dikenakan
terhadap “ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan Islam”
yang ada sekarang ini...” (N. Madjid,
“Keharusan Pembaruan Pemikiran
Islam dan Masalah Integrasi Umat,” 3
Januari 1970).
Hasil penelitian Depag…:
• Dalam masalah theologi, Islam Liberal
berpendapat : ‘’Tuhan apapun yang
disembah oleh umat, tidak menjadi
masalah. Di sisi lain Tuhan tidak berhak
menghukum manusia karena tidak
menyembahnya (atheis), karena hal ini
bukan wewenang Tuhan untuk mengatur
manusia, karena sudah masuk dalam ruang
privat.”
Hermeneutika menjadi
Mata kuliah wajib
Di Perguruan Tinggi
Sebagai alternatif metode
Penafsiran al-Quran
Tujuan mata kuliah “Hermeneutika dan
Semiotika” di Program Studi Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Jakarta:
“Mahasiswa dapat menjelaskan
dan menerapkan ilmu
Hermeneutika dan Semiotika
terhadap kajian al-Qur’an dan
Hadis”. (Referensi yang dianjurkan: (1)
Josef Bleicher, Contemporary
Hermeneutics: Hermeneutics as Method,
Philosophy and Critique, (2) Umberto Eco,
Semiotics and the Philosophy of
Language, (3) H.G. Gadamer, L’art de
conprehende: Hermeneitique et tradition
philosophique.
“Tanpa menegasikan besarnya peran
yang dimainkan Mushaf Utsmani
dalam mentransformasikan pesan
Tuhan, kita terlebih dulu
menempatkan Mushaf Utsmani itu
setara dengan teks-teks lain. Dengan
kata lain, Mushaf itu tidak sakral dan
absolut, melainkan profan dan
fleksibel. Yang sakral dan absolut
hanyalah pesan Tuhan yang terdapat
di dalamnya, yang masih dalam proses
pencarian.”
Taufik Adnan Amal (Dosen Ulumul
Qur’an di Universitas Islam Negeri
Makasar), menggagas Edisi Kritis alQuran
DEKONSTRUKSI AQIDAH ISLAM
PLURALISME AGAMA
SEMUA AGAMA BENAR
DAN JALAN YANG SAH
MENUJU TUHAN
“Semua agama sama. Semuanya
menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam
bukan yang paling benar.” (GATRA,
21 Desember 2002).
Ulil Abshar Abdalla, mantan Koord. Jaringan Islam Liberal
“Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan,
semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti itu,
jalan panjang menuju Yang Mahabenar. Semua agama,
dengan demikian, adalah benar, dengan variasi, tingkat dan
kadar kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati
jalan religiusitas itu. Semua agama ada dalam satu keluarga
besar yang sama: yaitu keluarga pencinta jalan menuju
kebenaran yang tak pernah ada ujungnya.” (Kompas, 1811-2002)
‫وأخير دعوانا‬
‫أن الحمد هلل رب العاملين‬