Transcript JALAN REL

ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN
Mengkaji tentang legalitas usulan proyek
yang akan dibangun dan dioperasikan,
Mengkaji tentang legalitas dalam
pembangunan,&
Mengkaji tentang kegagalan pekerjaan
konstruksi dan kegagalan bangunan.
MATERI
1. Pendahuluan,Etika hukum dan dasar hukum
kontruksi,
2. Kontrak jasa konstruksi,
3. Ketentuan-ketentuan umum dalam hukum
kontrak,
4. Masalah dalam pelaksanaan kontrak,
5. Pola penyelesaian sengketa di bidang kontrak,
6. Pre Construction Meeting (PCM),
7. Klaim Konstruksi,
8. Proses penanganan klaim,
9. Mengenal Arbitrase,&
10.Arbiter/Arbitrator
BUKU REFERENSI
1.
2.
3.
Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa konstruksi,
Penulis
: Ir.H. Nazarkhan Yasin
Penerbit
: PT.Gramedia Pustaka,2004
Hukum Kontrak (teori & teknik penyusunan kontrak),
Penulis
: Salim H.S, SH., MS
Penerbit
: Sinar Grafika, 2003
Aspek Hukum dalam Sengketa Bidang Konstruksi.
Penulis
: Ir. Hamid Shahab
Penerbit
: Djambatan, 1996
KESAMAAN
PENDAPAT
KESEPAKATAN
PERSETUJUAN
PERSETUJUAN KONSENSUAL
PERJANJIAN
PERSETUJUAN RIIL
UNDANG-UNDANG
HUKUM PELENGKAP
PERIKATAN
KONTRAK
PERSETUJUAN FORMAL
Kesepakatan : titik-titik temu pendapat dalam satu aktivitas,
satu pengertian, satu cara, satu tujuan untuk dijadikan
landasan langkah lanjut yang sama sekali belum mempunyai
ikatan.
Perjanjian : satu kesepakatan konsensual tertulis atau
tidak tertulis yang mempunyai kekuatan lebih tinggi &
sanksi.
Perikatan : satu keterikatan karena undang-undang
atau kesepakatan tertulis yang mempunyai sanksi
hukum.
Penundaan
waktu
Modal Kerja
Peraturan
Pemerintah
Pengadaan
bahan & alat
WAKTU
Inflasi
BIAYA
Sengketa
hukum
Bunga Bank
Tenaga Terampil
Pengawasan
MUTU
Mutu bahan &
alat
Jadwal
Perubahaan
pekerjaan
Perencanaan &
Spesifikasi Teknis
ETIKA HUKUM JASA KONSTRUKSI
TEAM WORK YANG HARUS BEKERJA SECARA SERASI DAN
PROFESIONAL
PIMPRO
* BIAYA
* MUTU
PERENCANA
PENGAWAS
* WAKTU
PELAKSANA
DASAR HUKUM KONSTRUKSI
DASAR HUKUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA ADALAH UU RI
NO.18/1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Hukum konstruksi di indonesia dipakai sejak indonesia merdeka dari penjajahan
belanda adalah av 1941 tentang masalah pemborongan kerja sebagai dasar
pembuatan bestek en voorwarden/rencana kerja & syarat-syarat konstruksi.
Pembangunan prasarana dan sarana meningkat sejak thn 1970, banyak
perkembangan mengenai peraturan yang berkaitan dengan jasa konstruksi.
Pedoman Pelaksanaan Jasa Konstruksi Yang Terakhir Adalah Uu Ri No.18/1999 ,
Persetujuan DPR RI
: 30 April 1999
Diundangkan
: 7 Mei 1999
Efektif
: 7 Mei 2000
Terdiri Dari
: 12 Bab Dan 46 Pasal
USAHA JASA KONSTRUKSI





Jenis, bentuk, dan bidang usaha
Persyaratan usaha,
keahlian,keterampilan
Tanggung jawab profesional
Pengembangan usaha
JENIS USAHA
 JASA PERENCANAAN KONSRUKSI
 JASA PELAKSANAA KONSTRUKSI
JASA PENGAWASA KONSTRUKSI
CATATAN :
1.DALAM LAYANAN JASA PERENCANAN
ATAU PENGAWASA MENCAKUP :
- JASA MANAJEMEN PROYEK
- JASA MANAJEMEN KONST.
- JASA PENILAIAN KUALITAS,
KUANTITAS & BIAYA PEK.
2.
LAYANAN
JASA
MENCAKUP
PELAYANAN
JASA
PERENCANAAN,
PELAKSANAAN
DAN
PENGAWASAN
SECARA TERINTEGRASI
UUJK PASAL 4 (1)
BENTUK USAHA
ORANG
PERSEORANGAN
(ASING/ NASIONAL)
BADAN USAHA NASIONAL :
- BENTUK BADAN HUKUM
-TIDAK BERBENTUK BADAN
HUKUM
BADAN USAHA ASING
UUJK PASAL 5 (1)
BIDANG USAHA
 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PEKERJAAN SIPIL
PEKERJAAN MEKANIKAL
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
PEKERJAAN TATA LINGKUNGAN
UUJK PASAL 6
* PERENCAAN KONSTRUKSI
*
PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
* PENGAWASA KONSTRUKSI
BENTUK BADAN USAHA
- MEMENUHI KETENTUAN PERIZINAN
USAHA
- MEMILIKI
SERTIFIKASI,
KLASIFIKASI, DAN KUALIFIKASI
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
ORANG PERORANGAN :
- PERENCANAAN
DAN
PENGAWASAN HARUS MEMILIKI
SERTIFIKAT KEAHLIAN & YANG
BEKERJA DALAM BADAN USAHA
- PELAKSANAAN HARUS MEMILIKI
SERTIFIKAT KETERAMPILAN DAN
KEAHLIAN
KERJA
&
YANG
BEKERJA DALAM BADAN USAHA
BADAN
USAHA
JASA
KONSTRUKSI
PERENCANA,
PELAKSANA & PENGAWAS
KONSTRUKSI :
ORANG PERSEORANGAN
PERENCANA & PENGAWAS
KONSTRUKSI
TENAGA AHLI
TERAMPIL
&
TENAGA
SERTIFIKAT KEAHLIAN &
KETERAMPILAN
SISTEM PERTANGGUNGAN
BERTANGGUNG JAWAB ATAS
HASIL PEKERJAANNYA
PRINSIP-PRINSIP KEAHLIAN
SESUAI DENGAN KAIDAH
KEILMUAN, KEPATUTAN, DAN
KEJUJURAN INTELEKTUAL
DALAM MENJALANKAN
PROFESINYA DENGAN TETAP
MENGUTAMAKAN
KEPENTINGAN UMUM
PENGEMBANGAN USAHA
DUKUNGAN
PERLUASAN &
PENINGKATAN AKSES
TERHADAP SUMBER
DANA DAN KEMUDAHAN
PERSYARATAN DALAM
MEMPEROLEHAN
PENDANAAN
PENGEMBANGAN JENIS
USAHA PERTANGGUNGAN
IKLIM USAHA YANG
KONDUSIF
DASAR HUKUM :
UU RI NO.18 TAHUN 1999 TENTANG JAKON DAN
PERATURAN PEMERINTAH
BERDASARKAN UU RI TAHUN 1999 :
1. IZIN USAHA JAKON (IUJK)
2. SERTIFIKAT BADAN USAHA (SBU) DITERBITKAN OLEH LPJK
3. SERTIFIKAT AHLI/TERAMPIL DITERBITKAN OLEH LPJK
4. UNTUK PEKERJAAN KHUSUS DITAMBAHKAN SERTIFIKAT
MANAJEMEN MUTU (ISO)
METODE PEMILIHAN PENYEDIA JASA
KONSTRUKSI
 PPJ Pelaksanaan dapat dilakukan dengan cara
pelelangan
umum, pelelangan terbatas,
pemilihan langsung dan penunjukkan langsung.
 PPJ Perencanaan dan pengawasan dengan
seleksi umum, seleksi terbatas, seleksi langsung
dan penunjukkan langsung.
CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA
1. PENGUMUMAN LELANG/PRAKUALIFIKASI
UM
TBT
ok
Ok
2. PEMASUKAN DOKUMEN PRAKUALIFIKASI
Ok
3. EVALUASI PRAKUALIFIKASI
Ok
PL
TL
ok
Ok
4. UNDANGAN
ok
5. PENJELASAN
Ok
ok
ok
ok
6. PEMASUKAN PENAWARAN
Ok
ok
ok
ok
7. EVALUASI PENAWARAN
ok
ok
ok
8. NEGOSIASI
ok
9. PENETAPAN CALON PEMENANG
ok
ok
10. PENGUMUMAN CALON PEMENANG
ok
ok
11. MASA SANGGAH
ok
ok
12. PENETAPAN PEMENANG
ok
ok
ok
Ok
ok
ok
PROSEDUR PEMILIHAN PENYEDIA JASA
PENGUMUMAN
PENETAPAN
PEMENANG
PEMBENTUKAN
PANITIA LELANG
DENGAN
PENANDAATANGA
N IKRAR AGAR
TIDAK KKN
SANGGAHAN
PRAKUALIFIKASI
PELELANGAN
PROSEDUR PEMILIHAN PENYEDIA JASA

1.
2.
3.
4.
PIHAK YANG TERLIBAT
PEMILIK PROYEK
PERENCANA
PELAKSANA
KONTRAKTOR


PENGIKATAN PARA PIHAK
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
KONTRAK
MAKSUD DAN TUJUAN :
Menyamakan pola pikir, pengertian dan
memberi pedoman sehingga memudahkan bagi
pengguna barang/jasa dan pengawas untuk
menyusun, memeriksa dan melaksanakan
kontrak sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
UU No.18 Th 1999 TENTANG JASA
KONSTRUKSI
PASAL 1 AYAT 5 :
Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan
hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan konstruksi.
Isi kontrak konstruksi :
Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya memuat :
1.
Identitas Para Pihak Yang Terlibat
2.
Rumusan pekerjaan (kerja, nilai kerja dan batasan waktu pelaksanaan)
3.
Masa petanggungan/pemeliharaan
4.
Tenaga ahli (jumlah, kalasifikasi dan kualifikasi)
5.
Hak dan kewajiban,Cara pembayaran & Sanksi (cedera janji)
6.
Penyelesaian perselisihan,Pemutusan kontrak kontruksi
7.
Keadaan memaksa (force majeur )
8.
Kegagalan bangunan
9.
Perlindungan pekerjaan
10. Aspek lingkungan
KONSTRUKSI
1.
2.
3.
4.
Kontrak lumpsum (firm fixed price contract )
Kontrak harga satuan (firm fixed unit price contract)
Kontrak biaya tambah imbalan (cost plus fee contract )
Kontrak putar kunci (turnkey contract)
KONTRAK LUMPSUM


Konrak Harga Borongan Atau Kontrak Harga Pasti Merupakan Jenis Kontrak
Yang Mengacu Kepada Harga Penawaran Yang Diajukan Oleh Penyedia Jasa
Yang Telah Ditunjuk Sebagai Pelaksana Pekerjaan
Untuk jenis pekerjaan yang setiap item pekerjaan dan volume telah diketahui
dengan pasti serta spesifikasi teknis, gambar rencana yang disusun dalam
dokumen lelang jelas, pasti dan tetap.
KONTRAK HARGA SATUAN
 KONTRAK YANG BERPEDOMAN ATAS HARGA SATUAN ITEM PEKERJAAN YANG
DITAWARKAN OLEH PENGGUNA BARANG/JASA.
 HARGA SATUAN PASTI DAN TETAP SELAMA MASA PELAKSANAAN KONTRAK
 UNTUK JENIS PEKERJAAN YANG VOLUME PEKERJAANNYA TIDAK DAPAT DIKETAHUI
DENGAN PASTI ATAU SIFATNYA MENDESAK DAN TIDAK DAPAT DITUNDA
 REALISASI PEMBAYARAN TERGANTUNG HASIL VOLUME PEKERJAAN AKTUAL DALAM
SATU BULAN
 MEMUNGKINKAN ADANYA PEKERJAAN TAMBAH ATAU KURANG (SEPANJANG KEDUA
BELAH PIHAK MENYETUJUI)
KONTRAK BIAYA TAMBAHAN IMBALAN
 SUATU JENIS KONTRAK YANG PEMBAYARANNYA MENGACU KEPADA TAGIHAN TOTAL
BIAYA YANG TELAH DIKELUARKAN OLEH PENYEDIA BARANG/JASA DALAM
MELAKSANAKAN KONTRAK DITAMBAH DENGAN IMBALAN UANG (FEE)
 PEMBAYARAN IMBALAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA JUMLAH TETAP (FIXED
COST) ATAU BERDASARKAN PRESENTASE (PRECENTAGE FEE )
 BELUM DAPAT DIBERLAKUKAN DI INDONESIA
KONTRAK PUTAR KUNCI


1.
2.
3.
4.
Sistem kontrak yang mengacu pada produk/kinerja yang dihasilkan harus dapat
berfungsi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen lelang dengan
harga kontrak yang pasti dan tetap selama pelaksanaan kontrak.
Spesifikasi Teknis/Gambar Rencana Kerja Tidak Bersifat Rinci Dan Lengkap
Karena Adanya Negosiasi Teknis.
TIPE KONTRAK YANG BERKEMBANG DI INDONESIA
Tipe kontrak turnkey
Tipe bot (build operate transfer )
Pihak kontraktor menyerahkan bangunan setelah masa transfer,
20 tahun masa konsesi untuk mengoperasikan proyek.
Tipe boo (build operate own )
Setelah pembangunan proyek, kepemilikan beralih kepada pihak kontraktor dan masa
operasi pihak kontraktor wajib membayar semacam sewa kepada pemilik.
Tipe boot (build own operate transfer )
Pihak kontraktor membangun, mengoperasikan dan memungut hasil sebagai imbalan
jasanya, kedudukan pihak kontraktor sebagai operator dan Kepemilikan
MASALAH DALAM KONTRAK KONSTRUKSI
Pada prinsipnya pimpro memiliki tanggungjawab
pelaksanaan proyek sesuai dengan 4 tepat :
terhadap
proses
1.Mutu
2.Tuju
3.Waktu
4.Laku
MASALAH DALAM PROSES PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Tidak Tepat Mutu, Tuju, Laku
Dan Waktu
Kontraktor Dinilai Tidak Mampu Lagi
Untuk Menyelesaikan Tugas Dan Tanggung
Jawabnya
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYELESAIAN
MASALAH :
1.PENGHENTIAN KONTRAK
2.PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINATION)
3.PENGAMANAN
TERHADAP
KONTRAK
KATEGORI KRITIS
4.KESEPAKATAN TIGA PIHAK (THREE
PARTIES AGREEMENT/TPA)
PENYEBAB DIHENTIKANNYA KONTRAK :
1.TIMBULNYA PERANG
2.PEMBERONTAKAN,PERANG SAUDARA, SEJAUH KEJADIANKEJADIAN TERSEBUT BERKAITAN DENGAN RI
3.KERIBUTAN, KEKACAUAN DAN HURU HARA
4.BENCANA ALAM
DENGAN DIHENTIKANNYA KONTRAK, PEMILIK DIWAJIBKAN
MEMBAYAR KEPADA KONTRAKTOR BIAYA DAN ONGKOS YANG
DIATUR DALAM SYARAT-SYARAT UMUM DAN KHUSUS KONTRAK
 CIDERA
JANJI
(TIDAK
MEMENUHI KEWAJIBAN DAN
TANGGUNG JAWABNYA)
 PENILAIAN KONDISI KONTRAK
KRITIS,
TERLAMBAT
ATAU
WAJAR
KRITIS
• PERIODE I (RENCANA 0-70%) DARI
KONTRAK TERLAMBAT > 20%
• PERIODE II (RENCANA 70-100%) DARI
KONTRAK TERJADI KETERLAMBATAN > 10%
TERLAMBAT
• PERIODE I (RENCANA 0-70%) DARI
KONTRAK TERJADI KETERLAMBATAN 10-20%
• PERIODE II (RENCANA 70-100%) DARI
KONTRAK TERLAMBAT 10 – 20%
WAJAR
• APABILA KETERLAMBATAN PERIODE I DAN II
MASIH DIBAWAH 10%
 Rapat pembuktian dengan memberikan uji coba
terhadap kemampuan kontrakor disebut show cause
meeting (scm) atau rapat pembuktian
 Apabila sampai scm tingkat direktorat jenderal
ternyata kontraktor gagal untuk menunjukkan
kemampuan kerjanya maka langkah pengamanan
dan penyelamatan proyek adalah pemutusan kontrak
Melibatkan kontraktor lain sebagai penerus pelaksanaan
pekerjaan dengan ketentuan :
1.Kontraktor pertama masih bertanggung jawab
2.Kontraktor penerus mampu menyelesaikan sisa pekerjaan
3.Tetap menggunakan harga satuan kontraktor pertama
4.Diatur Dalam Adendum Kontrak Yang Ditanda Tangani Tiga
Pihak (Pimpro, Kontraktor Pertama Dan Kontraktor Pengganti)
1. Jaminan pelaksanaan dicairkan/ditarik untuk pihak
pemberi kerja
2. Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus atau sebagai
gantinya sisa uang muka harus dilunasi sekaligus kepada
pemberi kerja
3. Aturan pengenaan denda :
• Sanksi pada butir 2 dan pengenaan daftar hitam ( tidak
diundang lelang/tidak diberikan pekerjaan) untuk jangka
waktu tertentu
• Ketentuan-ketentuan sanksi dituangkan secara jelas
dalam kontrak
Pre construction meeting (rapat pra pelaksanaan)
merupakan
rapat
yang
dilakukan
sebelum
pelaksanaan proyek, yang dihadiri :
1.Pimpro & staf
2.Kontraktor & staf
3.Konsultan pengawas
4.Wakil masyarakat setempat
5.Instansi terkait
FUNGSI DARI PCM ADALAH :
1.Tahapan awal pengendalian proyek
terhadap
pelaksanaan dilapangan.
2.Kerangka kerja dan rencana pekerjaan selanjutnya
3.Dapat mengantisipasi kemungkinan kendala yang akan
dihadapi di lapangan, sehingga tercapai kelancaran
pelaksanaan
 Organisasi kerja
Tatacara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
Review dan penyempurnaan schedule kerja yang harus
sesuai dengan target, volume, waktu dan mutu
Jadwal Pengadaan Bahan Dan Penggunaan Peralatan
Serta Personil (Mobilisasi)
 Menyusun Rencana Dan Pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan (Mutual Chek) Dan Review Terhadap Simplified
Design (Pembuatan Gambar Untuk Pelaksanaan/ Shop
Drawing)
 Menentukan lokasi quarry, estimasi kuantitas bahan,
dan rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan dipakai
 Pendekatan kepada masyarakat dan pemda setempat
sehubungan dengan kegiatan proyek / rencana kerja
MELAKUKAN IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
PEKERJAAN
MENGELOMPOKKAN PEKERJAAN
MENYIAPKAN PIHAK YANG AKAN
MENANGANI PEKERJAAN
MENGETAHUI WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB, SERTA MELAKUKAN PEKERJAAN
MENYUSUN MEKANISME KOORDINASI
Pembuatan
Program
Kerja
Akan
Mempermudah
Penyusunan
Keperluan
Sumber Daya
Misal :
PERENCANAAN
PENGAWASAN
PENGATURAN
PELAKSANAAN
• Salah satu faktor yang menentukan harga
material adalah jarak antara sumber
pengambilan material dengan lokasi material
JARAK
SUMBER
LOKASI
Penyusunan schedule dapat dilakukan pada
setiap hari, minggu & setiap bulan, tergantung
dari ukuran, kompleksitas dan karateristik
proyek
BERDASARKAN UU RI TENTANG JAKON NO. 18 TAHUN 1999
MASYARAKAT BERHAK :
1.MELAKUKAN PENGAWASAN UNTUK MEWUJUDKAN TERTIB
PELAKSANAAN JASA KONSTRUKSI
2.MEMPEROLEH PENGGANTIAN YANG LAYAK ATAS KERUGIAN
YANG
DIALAMI
SECARA
LANGSUNG
SEBAGAI
AKIBAT
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
MASYARAKAT BERKEWAJIBAN :
1.MENJAGA KETERTIBAN DAN MEMENUHI KETENTUAN YANG
BERLAKU DIBIDANG PELAKSANAAN KONSTRUKSI
2.TURUT MENCEGAH TERJADINYA PEKERJAAN KONSTRUKSI
YANG MEMBAHAYAKAN KEPENTINGAN UMUM
Kata “klaim” atau “claim” dalam bahasa inggris, berasal dari
bahasa latin “clamare” atau “clamo” yang berarti berteriak.
Pengertian klaim barat vs indonesia :
Dunia barat :
Hampir semua batasan dari kepustakaan barat menyatakan
bahwa klaim adalah suatu permintaan (demand)
Indonesia :
Hampir semua batasan dari kepustakaan indonesia
menyatakan bahwa klaim adalah suatu tuntutan, sehingga
klaim menjadi sesuatu yang kurang disukai (tabu).
Klaim Konstruksi : Klaim Yang Timbul Dari
Atau Sehubungan Dengan Pelaksanaan
Suatu Pekerjaan Jasa Konstruksi Antara
Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa Atau
Antara Penyedia Jasa Utama Dengan Subpenyedia Jasa Atau Pemasok Material Atau
Antara Pihak Luar Dan Pengguna/Penyedia
Jasa Yang Biasanya Mengenai Permintaan
Tambahan Waktu, Biaya Atau Kompensasi
Lain
PERIODE
1945 -1950
• PERIODE AWAL KEMERDEKAAN, INDUSTRI JASA KONSTRUKSI
BELUM TUMBUH MAKA BELUM ADA KLAIM KONSTRUKSI
PERIODE
1951 -1959
• KETATANEGARAAN BELUM STABIL, KABINET BERGANTI-GANTI DALAM
HITUNGAN BULAN, BELUM MULAI MEMBANGUN SEHINGGA BELUM ADA
KLAIM KONSTRUKSI
PERIODE
1960 - 1966
• PRESIDEN SOEKARNO MULAI MELAKUKAN PEMBANGUNAN, PERSAINGAN
BELUM ADA KARENA PROYEK-PROYEK LANGSUNG DITUNJUK PRESIDENT,
KLAIM KONSTRUKSI BELUM ADA. KONTRAK KONSTRUKSI MASIH SANGAT
SEDERHANA
PERIODE
1967 - 1996
• PEMERINTAH MEMPUNYAI PROGRAM PEMBANGUNAN YANG TERARAH
DAN BERKESINAMBUNGAN DIKENAL DENGAN ISTILAH REPELITA,
INDUSTRI JASA KONSTRUKSI MULAI TUMBUH TETAPI KLAIM
KONSTRUKSI MASIH JARANG TERJADI.
PERIODE 1997
– SEKARANG
• AKIBAT KRISIS MONETER PERTENGAHAN 1997 BANYAK KONSTRUKSI
TERBENGKALAI. PENGGUNA JASA TIDAK MAMPU MEMBAYAR PENYEDIA
JASA. KLAIM KONSTRUKSI MULAI MUNCUL . PENYEDIA JASA MULAI
BERANI MENGAJUKAN SUATU KLAIM KARENA SUDAH SANGAT
TERPAKSA
VARIATION &
DELAY
LIABILITY
DAMAGE
CONSTRUCTION
CLAIM
Sebab-sebab umum :
1.Komunikasi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa buruk
2.Administrasi kontrak kurang cukup
3.Sasaran waktu tidak terkendali
4.Kejadian eksternal yang tidak dikehendaki
5.Kontrak
yang
memiliki
perbedaan
penafsiran
Sebab-sebab dari pengguna jasa :
1.Informasi tender yang tidak
lengkap mengenai desain, bahan
dan spesifikasi
2.Penyelidikan
site
kurang
sempurna
3.Alokasi resiko tidak jelas
4.Keterlambatan pembayaran
5.Larangan metode kerja tertentu
Sebab-sebab dari penyedia jasa :
1. Pekerjaan yang cacat/mutu pekerjaan buruk
2. Keterlambatan penyelesaian
3. Klaim tandingan/perlawanan klaim
4. Pekerjaan tidak sesuai spesifikasi
5. Bahan yang dipakai tidak memenuhi syarat
UNSUR-UNSUR KLAIM
UNSUR-UNSUR KLAIM ANTARA LAIN :
1. TAMBAHAN UPAH, MATERIAL, PERALATAN,ADMINISTRASI,
DAN WAKTU
2. PENGULANGAN PEKERJAAN (BONGKAR/PASANG)
3. PENURUNAN PRESTASI KERJA
4. PENGARUH IKLIM
5. SALAH PENEMPATAN PERALATAN
6. PENUMPUKAN BAHAN
7. TIDAK EFISIENSI JENIS PEKERJAAN
Jenis Klaim Terbagi Atas :
1. Klaim Tambahan Biaya Dan Waktu
2. Klaim Biaya Tak Langsung (Overhead)
3. Klaim Tambahan Waktu (Tanpa Tambahan Biaya)
4. Klaim kompensasi lain
KEMAMPUAN MEMBAYAR KLAIM
DALAM UU NO. 18/1999 TENTANG JASA KONTRUKSI PASAL 15
AYAT 2 :
PENGGUNA JASA HARUS MEMILIKI KEMAMPUAN MEMBAYAR
BIAYA PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DIDUKUNG DENGAN
DOKUMEN PEMBUKTIAN DARI LEMBAGA PERBANKAN
DAN/ATAU LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK
BERDASARKAN PPRI PASAL 31 NO.29 TAHUN
2000:
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan
hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan sebagaimana Disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa
atau penyedia jasa.
1.
PERENCANA
MENGGANTI
KONSTRUKSI
DISEBABKAN
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI BEBAS DARI KEWAJIBAN UNTUK
ATAU MEMPERBAIKI KEGAGALAN PEKERJAAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 31 YANG
KESALAHAN PENGGUNA JASA, PELAKSANA
DAN PENGAWAS KONSTRUKSI
KONSTRUKSI BEBAS DARI KEWAJIBAN UNTUK
MENGGANTI ATAU MEMPERBAIKI KEGAGALAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 31 YANG
DISEBABKAN
KESALAHAN
PENGGUNA
JASA,
PERENCANA
KONSTRUKSI DAN PENGAWAS KONSTRUKSI
2. PELAKSANA
3. PERENCANA KONSTRUKSI BEBAS DARI KEWAJIBAN UNTUK
MENGGANTI ATAU MEMPERBAIKI KEGAGALAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 31 YANG
DISEBABKAN
KESALAHAN
PENGGUNA
JASA,
PELAKSANA
KONSTRUKSI DAN PENGAWAS KONSTRUKSI
4. PENYEDIA JASA WAJIB MENGGANTI ATAU MEMPERBAIKI
KEGAGALAN
PEKERJAAN
KONSTRUKSI
SEBAGAIMANA
SEBAGAIMANA DALAM PASAL 31 YANG DISEBABKAN KESALAHAN
PENYEDIA JASA ATAS BIAYA SENDIRI
PENGGUNA JASA
PENYEDIA JASA
BERTANGGUNG
JAWAB
SEJAK
PENYERAHAN
AKHIR
PALING
LAMA 10 TAHUN
BERTANGGUNG
JAWAB (DALAM
PENGELOLAAN)
DITETAPKAN
OLEH PENILAI
AHLI
KEGAGALAN
BANGUNAN
Pasal 34 PP RI no.29/2000 :
Kegagalan
bangunan
merupakan
keadaan
bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari Segi teknis,
manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan
atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan
penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi
Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan
bangunan sesuai pasal 34 PP RI 29/2000 :
1.Ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang
direncanakan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi
2.Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus
jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan,
serta disepakati dalam kontrak konstruksi
3.Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan
bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam kontrak
kerja konstruksi.
Penilai ahli harus memiliki sertifikasi keahlian dan terdaftar
pada lembaga, sesuai PP RI pasal 36 no 29/2000 :
1.Kegagalan Bangunan Dinilai Dan Ditetapkan Oleh Satu
Atau Lebih Penilai Ahli Yang Profesional Dan Kompoten
Dalam Bidangnya Dan Bersifat Independen Dan Mampu
Memberikan Penilaian Secara Obyektif, Yang Harus
Dibentuk Paling Lambat 1 Bulan Sejak Diterimanya Laporan
Mengenai Terjadinya Kegagalan Bangunan
2.Penilai dipilih dan disepakati bersama oleh penyedia jasa
dan pengguna jasa
3.Pemerintah berwewenang untuk mengambil tindakan
tertentu apabila kegagalan menimbulkan gangguan pada
keselamatan umum termasuk dalam memberikan pendapat
dalam penunjukkan.
 Menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan
 Menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau
keseluruhan bangunan
 Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan serta tingkat dan kesalahan yang
dilakukan
 Menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya
ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak-pihak yang
melakukan kesalahan
 Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian
 Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan
konstruksi dapat dilakukan dengan mekanisme
pertanggungan pihak ketiga atau asuransi,
dengan ketentuan :
1. Persyaratan dan jangka waktu ditetapkan atas
dasar kesepakatan
2. Premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan
biaya premi yang menjadi tanggungan penyedia
jasa menjadi bagian unsur biaya pekerjaan
konstruksi.
 Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia
memasukkan premi maka resiko kegagalan
bangunan menjadi tanggung jawab pengguna
jasa
PROFESIONALISME
DIWUJUDKAN
BENAR-BENAR
TEAM WORK YANG HANDAL
(KEWAJIBAN &TANGGUNG JAWAB)
SEGITIGA FUNGIONAL PROYEK
MENYADARI PENTINGNYA KERJASAMA
PCM (PRE CONSTRUCTION MEETING)
KEJELASAN DOKUMEN LELANG
Proses klaim terjadi sebagai akibat perubahan
diperintahkan atau diminta. Proses terjadinya klaim :
1.Perubahan pekerjaan
2.Pemberitahuan
3.Permintaan perubahan
4.Penerbitan perintah perubahan
5.Klaim
6.Arbitrase / pengadilan
7.Amandemen kontrak
yang
PERUBAHAN PEKERJAAN
• DIKETAHUI SEBELUMNYA
• TIDAJ DIKETAHUI SEBELUMNYA
• JIKA PERUBAHAN PEKERJAAN DIKETAHUI SEBELUMNYA MAKA
DILAKUKAN PEMBERITAHUAN KEPADA PENGGUNA JASA
PEMBERITAHUAN
PERMINTAAN
PERUBAHAN
• JIKA PERUBAHAN PEKERJAAN TIDAK DIKETAHUI SEBELUMNYA,
PERUBAHAN TERSEBUT DINAMAKAN PERUBAHAN TAK RESMI.
PENYEDIA JASA MENGAJUKAN PERMINTAAN PERUBAHAN KEPADA
PENGGUNA JASA
PENERBITAN
PERINTAH
PERUBAHAN
• APABILA PEMBERITAHUAN & PERMINTAAN PERUBAHAN DISETUJUI,
PENGGUNA JASA WAJIB MENERBITKAN PERINTAH PERUBAHAN
KLAIM
• APABILA PEMBERITAHUAN & PERMINTAAN PERUBAHAN
DISETUJUI, PENYEDIA JASA DAPAT MENGAJUKAN KLAIM
TIDAK
ARBITRASE / PENGADILAN
• JIKA KLAIM TIDAK DISETUJUI, MAKA TERJADI
SENGKETA,
PENYEDIA
JASA
MENGAJUKAN
PENYELESAIAN SENGKETA LEWAT ARBITRASE
AMANDEMEN KONTRAK
• SETELAH TERBIT PERINTAH PERUBAHAN, PERINTAH
PERUBAHAN HARUS DIIKUTI DENGAN PENERBITAN
AMANDEMEN KONRAK
1.
Formal changes
Pengarahan kepada kontraktor untuk melakukan
suatu perubahan.
2. Construction changes
perubahan konstruksi untuk perbaikan
3. Cardinal changes
perubahan kontrak, dapat merubah karakter dari
pekerjaan
4. Design related changes
perubahan design melalui review
5. Termination
penghentian atau pengurangan bagian pekerjaan
tertentu
6. Payment changes
perubahan angsuran biaya
7. Coordination changes
Perubahan tanggung jawab koordinasi
8. Owner supply
perubahan tanggung jawab owner
9. Higher standart changes
Perubahan Keinginan Mendapatkan Standart Produk
Yang Lebih Tinggi
10. Delay
Perubahan
Yang
Mempengaruhi
Keterlambatan
Pekerjaan
11. Acceleration
Percepatan untuk mengejar keterlambatan
12.Kualitas material
Perubahan terhadap kualitas material yang lebih baik.
1. Administrasi kontrak
2. Manajer kontrak / administrator kontrak (analisis,
mencatat & penyelesaian)
3. Evaluasi ( wawancara & mempelajari dokumen)
4. Bahan-bahan evaluasi (dokumen kontrak, perubahan
pekerjaan, ringkasan pekerjaan, risalah rapat, jadual
pelaksanaan, foto dan laporan)
5. Analisis
6. Perintah perubahan
7. Penyelesaian sengketa
Analisis klaim :
1.Analisis secara faktual (apa yang sesungguhnya
terjadi)
2.Analisis secara hukum atau berdasarkan kontrak
3.Analisis biaya (berupa biaya tambahan uang atau
waktu harus diberikan kepada penyedia jasa)
JENIS-JENIS KLAIM
Jenis klaim terbagi atas :
1. Klaim tambahan biaya dan waktu
2. Klaim biaya tak langsung (overhead)
3. Klaim tambahan waktu (tanpa tambahan biaya)
4. Klaim kompensasi lain
Dalam uu no. 18/1999 tentang jasa kontruksi pasal 15
ayat 2 :
Pengguna jasa harus memiliki kemampuan
membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung
dengan dokumen pembuktian dari lembaga perbankan
dan/atau lembaga keuangan bukan bank.
RESIKO PROYEK
Dalam teori hukum dikenal suatu ajaran yang disebut dengan
resicoleer (ajaran tentang resiko)
Resicoleer adalah suatu ajaran, seseorang berkewajiban
untuk memikul kerugian, jika ada suatu kejadian diluar
kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang menjadi
objek perjanjian.
Perubahan dalam bahasa inggris disebut “changes” dan perintah
perubahan disebut “changes order” atau variation.
Perubahan dapat berupa :
-Lingkup pekerjaan
-Spesifikasi teknik
-Jenis material
-Metode kerja
-Percepatan pelaksanaan, dll
Arbitrase telah dikenal di indonesia sejak abad xix (1848)
dengan diberlakukannya kitab undang-undang hukum
acara perdata (reglement op de rechtsvordering atau dikenal
R.V
PENGERTIAN ARBITRASE
 Menurut Rv, Arbitrase Adalah Suatu Bentuk Peradilan Di Luar
Badan Peradilan Resmi Yang Dibentuk Dan Diselenggarakan
Berdasarkan Bentuk Sukarela Dan Itikat Baik Dari Para Pihak
Yang Berselisih Atau Yang Bersengketa tersebut diselesaikan
oleh hakim (para ahli) yang mereka tunjuk sendiri dengan
ketentuan bahwa putusan yang diambil oleh hakim atau para
hakim tersebut merupakan putusan pada tingkat terakhir dan
mengikat para pihak.
 Hakim-hakim menurut rv dinamakan wasit atau dikenal
sebagai arbiter
Ada 2 jenis arbitrase :
1.Arbitrase AD HOC
Dibentuk
Khusus
Untuk
Memutus/Menyelesaikan
Sengketa/Perselisihan, Sering Juga Disebut Arbitrase
Sukarela Dan Bersifat Sementara
2.Arbitrase institusional (kelembagaan)
Suatu institusi arbitrase yang bersifat permanen,
terlepas ada tidaknya sengketa, lengkap dengan arbiterarbiter, kepengurusan tempat sidang yang permanen
dan prosedur yang baku.
Lembaga-lembaga yang menyediakan jasa arbitrase :
1. Arbitrase nasional
Keberadaannya dan daerah kewenangan meliputi wilayah
suatu negara tertentu :
a.Indonesia : -Badan arbitrase nasional indonesia (bani)
-Badan arbitrase muamalat indonesia (bamui)
B. Belanda : Nederland arbitrase institute
C. Inggris
: the british institute of arbitration
2. Arbitrase international
Daerah kewenangannya meliputi seluruh dunia
a.Court of arbitration of international chamber of commerce (icc)
b.The international center for settlement of investment disputes
(icsid)
c.United nations commision on international trade law (uncitral)
diterbitkan oleh pbb tahun 1976
ARBITRASE
PENGADILAN
BEBAS & OTONOM MENENTUKAN MUTLAK TERIKAT PADA HUKUM
RULES & INSTITUSI ARBITRASE
ACARA YANG BERLAKU
MENGHINDARI KETIDAKPASTIAN YANG BERLAKU MUTLAK ADALAH
AKIBAT
PERBEDAAN
SISTEM SISTEM HUKUM DARI NEGARA
HUKUM DENGAN NEGARA TEMPAT TEMPAT SENGKETA DIPERIKSA
SENGKETA DIPERIKSA, MAUPUN
KEMUNGKINAN
ADANYA
KEPUTUSAN HAKIM YANG UNFAIR
DENGAN MAKSUD APAPUN
KELELUASAN MEMILIH ARBITER MAJELIS HAKIM PENGADILAN
PROFESIONAL, PAKAR DALAM DITENTUKAN
OLEH
BIDANG YANG MENJADI OBJEK ADMINISTRASI PENGADILAN
SENGKETA, DAN INDEPENDEN
DALAM MEMERIKSA SENGKETA
WAKTU
PROSEDUR
&
BIAYA PUTUSAN PENGADILAN DITENTUKAN
ARBITRASE LEBIH EFISIEN. PUTUSAN OLEH ADMINISTRASI PENGADILAN
BERSIFAT FINAL & BINDING, DAN
TERTUTUP UNTUK UPAYA HUKUM
BANDING DAN KASASI
PERSIDANGAN
TERTUTUP
(NON TERBUKA UNTUK UMUM (KECUALI
PUBLICITY),
MEMBERI KASUS PERCERAIAN)
PERLINDUNGAN UNTUK INFORMASI
ATAU DATA USAHA YANG BERSIFAT
RAHASIA
PERTIMBANGAN HUKUM LEBIH
MENGUTAMAKAN ASPEK PRIVAT
DENGAN WIN-WIN SOLUTION
POLA PERTMBANGAN PENGADILAN
DAN PUTUSAN HAKIM ADALAH WIN
LOOSE
BERHASIL
KASUS
SENGKETA
KUASA HUKUM
NEGOSIASI
PENYELE
SAIAN
BERHASIL
PENYELESAIAN
SOMASI
GAGAL
GAGAL
ARBITRASE
ARBITRASE
AD HOC
INSTITUTIONAL
(BANI)
PROSES
PERSIDANGAN
KEPUTUSAN
BERHASIL
PELAKSANAAN
SUKARELA
PN.DOMISILI
TERMOHON
(30 HARI)
GAGAL
EKSEKUSI
PENGADILAN
 Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan
konstruksi dapat dilakukan dengan mekanisme
pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan
ketentuan :
1. Persyaratan dan jangka waktu ditetapkan atas dasar
kesepakatan
2. Premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya
premi yang menjadi tanggungan penyedia jasa
menjadi bagian unsur biaya pekerjaan konstruksi.
 Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan
premi maka resiko kegagalan bangunan menjadi
tanggung jawab pengguna jasa
PROFESIONALISME
DIWUJUDKAN
BENAR-BENAR
TEAM WORK YANG HANDAL
(KEWAJIBAN &TANGGUNG JAWAB)
SEGITIGA FUNGIONAL PROYEK
MENYADARI PENTINGNYA KERJASAMA
PCM (PRE CONSTRUCTION MEETING)
KEJELASAN DOKUMEN LELANG
Pengaruh tuntutan globalisasi dan
otonomi daerah :
1.Meningkatnya ukuran proyek
(volume & nilai kontrak)
2.Meningkatnya kompleksitas proyek
(metode & teknologi)
3.Kompetisi yang makin tinggi
CONSTRUC
TIBILITY
TEKNOLOGI
SOSIAL
KEUANGAN
RESIKO
PROYEK
DESIGN
POLITIK
TENAGA
KERJA
Berdasarkan pp 28/2000 pasal 10 (1) tentang
usaha dan peran serta masyarakat jasa konstruksi,
kriteria resiko :
1.Resiko
kecil
:
pekerjaan
konstruksi
yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan
umum dan harta benda.
2.Resiko sedang : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya beresiko membahayakan keselamatan
umum dan harta benda
3.Resiko
tingi
:
pekerjaan
konstruksi
yang
pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan
keselamatan umum dan harta benda.
Berdasarkan pp 29/2000 pasal 6 :
 Proyek
dengan
resiko
kecil,
teknologi
sederhana & biaya kecil
: penunjukkan
langsung
 Proyek dengan resiko sedang, teknologi
sederhana sampai madya & biaya kecil sampai
sedang : pemilihan langsung
 Proyek dengan resiko tinggi, teknologi tinggi &
biaya besar : pelelangan terbatas
Berdasarkan penjelasana uu ri no.18/1999 pasal 13 :
Untuk mengatasi resiko dan tanggung jawab hukum
kepada
pihak
lain
dapat
ditempuh
melalui
pertanggungan dengan mitra usaha antara lain :
1.Jaminan Penawaran
2.Jaminan Pelaksanaan
3.Jaminan Uang Muka
4.Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5.Construction All Risk Insurance
6.Profesional Liability Insurance
Disamping Itu Jasa Konstruksi Memerlukan dukungan
sumber informasi mengenai ketersediaan peralatan,
bahan dan komponen bangunan
 Teknologi sederhana
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan alat kerja
sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli
Teknologi madya
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan sedikit
peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli
Teknologi tinggi
Pekerjaan Konstruksi Yang Menggunakan Banyak
Peralatan Berat Dan Memerlukan Tenaga Ahli Dan
Tenaga Terampil
RESIKO >>
KONTRAKTOR
ASURANSI
GANTI RUGI
MAX 100 %
RESIKO
RESIKO
TERBATAS
OWNER
BOND
GANTI RUGI
TERBATAS
Pada tanggal 12 agustus 1999
telah diundangkan dan
diberlakukan :
Uu ri no.30 thn 1999 tentang
arbritrase dan alternatif
penyelesaian sengketa
Pada bab i pasal 1, point 10 disebutkan :
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati
para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara :
KONSULTASI
NEGOSIASI
MEDIASI
KONSILIASI ATAU
PENILAIAN AHLI
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat
“personal” antara suatu pihak tertentu, yang disebut “klien”
dengan pihak lain yang merupakan pihak “konsultan” yang
memberikan pendapat (hukum) kepada klien tersebut.
NEGOSIASI
Negosiasi Merupakan Salah Satu Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Yang Dilaksanakan Diluar
Pengadilan, Sedangkan perdamaian dapat dilakukan
baik sebelum proses persidangan pengadilan
dilakukan, maupun setelah sidang peradilan
dilaksanakan, baik didalam maupun diluar sidang
pengadilan.
1. KOMPETITIF
2. KOOPERATIF
3. LUNAK DAN
KERAS
4. INTEREST BEST
Negosiasi Bersifat Alot Dan Bersaing, Ciri Negosiasi :
1.Mengajukan permintaan awal yang tinggi diawal negosiasi
2.Menjaga tuntutan agar tetap tinggi sepanjang proses negosiasi
dilangsungkan
3.Menggunakan cara-cara yang berlebihan dan melemparkan
tuduhan-tuduhan dengan tujuan menciptakan ketegangan dan
tekanan terhadap pihak lain
TEKNIK NEGOSIASI KOOPERATIF
Menganggap pihak negosiator lawan bukan sebagai
musuh, melainkan sebagai mitra kerja untuk mencari
penyelesaian sengketa yang adil berdasarkan analisis yang
obyektif dan atas fakta hukum yang jelas
SOFT (LUNAK)
HARD (KERAS)
NEGOSIATOR ADALAH TEMAN
NEGOSIATOR DIPANDANG SEBAGAI
LAWAN
TUJUAN PERUNDINGAN ADALAH
KESEPAKATAN
TUJUAN UNTUK MENANG
MEMPERCAYAI PERUNDING LAWAN
KERAS TERHADAP ORANG MAUPUN
MASALAH
MENGEMUKAKAN TAWARAN
MEMBUAT ANCAMAN
MENGALAH UNTUK KESEPAKATAN
MENUNTUT PEROLEHAN SEPIHAK
MENCEGAH UNTUK BERLOMBA
KEHENDAK
SEDAPAT MUNGKIN MEMENANGKAN
KEINGINAN
MENERIMA UNTUK DITEKAN
MENERAPKAN TEKANAN
Teknik negosiasi interest based merupakan jalan
tengah pada teknik keras dan lunak, teknik negosiasi
berdasarkan pada komponen :
1.People (orang)
2.Interest (kepentingan)
3.Option / solusi
4.Criteria
 Memberikan tenggang waktu
penyelesaian paling lama 14
hari
 Penyelesaian
sengketa
tersebut
harus
dilakukan
dalam bentuk “pertemuan
langsung” oleh dan antara
para pihak yang bersengketa
Mediasi
adalah
sebuah
proses
penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan.
UU RI no.30/1999 pasal 6 ayat (3) ;
Sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan seorang
atau lebih penasehat ahli maupun
melalui seorang mediator
Penyelenggara pertemuan
Pemimpin diskusi netral
Pemelihara atau penjaga aturan agar
perundingan berlangsung baik
Pengendali emosi para pihak
Pendorong pihak yang kurang mampu
agar mengemukakan pandangannya
 Konsiliasi berasal dari kata “conciliation”
(bahasa inggris) berarti “perdamaian”
 Konsiliasi adalah suatu tindakan atau proses
untuk mencapai perdamaian di luar
pengadilan.
 Konsiliasi adalah upaya penyelesaian
sengketa dengan cara mempertemukan
keinginan
para
pihak
dengan
menyerahkannya kepada suatu komisi yang
bertindak sebagai konsiliator
Somasi adalah teguran dari pihak pengguna jasa
kepada
penyedia jasa atau sebaliknya, agar dapat
memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah
disepakati antar keduanya.
SEBAB TERJADINYA SOMASI
1. Penyedia jasa melaksanakan prestasi yang keliru
2. Penyedia jasa tidak memenuhi prestasi pada hari yang telah
3.
dijanjikan
Prestasi yang dilaksanakan oleh penyedia tidak lagi berguna
bagi pengguna jasa setelah lewat waktu yang ditentukan
Terdapat 5 jenis peristiwa :
1.Penyadia jasa menolak pemenuhan
prestasi
2.Penyedia jasa mengakui kelalaiannya
3.Pemenuhan prestasi tidak mungkin
dilakukan
4.Pemenuhan pretasi tidak berlaku lagi
5.Penyedia jasa melakukan prestasi tidak
sebagaimana mestinya
 Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau
lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang ditentukan dalam perjanjian yang
dibuat antara pengguna jasa dan penyedia
jasa
 Dalam restatement of the law of contracts
(amerika serikat), wanprestasi (breach of
contracts) dibedakan atas 2 macam :
1. Total breachts
2. Partial breachts
1. Perikatan tetap ada
2. Penyedia jasa atau pengguna
jasa harus membayar ganti rugi
3. Beban resiko beralih untuk
kerugian penyedia jasa, jika
masalah muncul setelah
penyedia jasa wanprestas
Pengguna / penyedia jasa dapat
menuntut wanprestasi sebagai
berikut :
1.Meminta pemenuhan prestasi
2.Menuntut prestasi disertai ganti
rugi
3.Menuntut dan meminta ganti rugi
4.Menuntut pembatalan perjanjian
5.Menuntut pembatalan disertai ganti
rugi
BIAYA
COSTS
GANTI RUGI
COMPENSATION
PEMBATALAN PERJANJIAN
RESCISSION
• Berdasarkan Uu Ri No.18/ 1999 Bab Vi Disebutkan ;
Pasal 26 (1)
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Perencana Atau Pengawas Konstruksi, Dan hal tersebut terbukti
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas
konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan
dikenakan ganti rugi
Pasal 26 (2)
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Pelaksana Konstruksi Dan Hal Tersebut Terbukti Menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab
sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi
Pasal 27
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Pengguna Jasa Dalam Pengelolaan Bangunan Dan Hal tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa wajib
bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi
Ganti rugi yang dapat dituntut :
1.Kerugian yang diderita dari
masing-masing pihak
2.Keuntungan yang akan
diperoleh
Suatu keadaan yang terjadi diluar
kekuasaan para pihak, sehingga untuk
melaksanakan
kewajibannya
sesuai
kontrak menjadi tidak terpenuhi
1. Timbulnya
perang,
pemberontakan,perang
saudar,
dll
2. Kekacauan dan huru hara
3. Bencana alam : gempa, badai,
gunung meletus dll
4. Atau keadaan yang ditetapkan
dalam kontrak, misal; wabah
penyakit, kebakaran dll
 ACT OF GOD (KEHENDAK ALLAH)
SUATU KEADAAN ATAS KEHENDAK
ALLAH, SEPERTI ; BANJIR, TANAH
LONGSOR,
GUNUNG
MELETUS,
HALILINTAR, GEMPA, TSUNAMI DLL
TINDAKAN PEMERINTAH ATAU PIHAK
LAIN, MISALNYA; KEBIJAKAN MONETER,
PEPERANGAN, PEMBERONTAKAN, HURU
HARA, PEMOGOKKAN DLL
Keadaan Memaksa Dibagi Menjadi 2 Jenis :
1.Keadaan Memaksa Absolut
Suatu Keadaan Yang Samasekali Tidak Dapat
Memenuhi Prestasinya (Gempa, Banjir Bandang
Dll)
2.Keadaan Memaksa Relatif
Suatu keadaan yang masih memungkinkan untuk
melaksanakan prestasinya, dengan resiko tertimpa
bahaya kerugian yang sangat besar
Ada tiga akibat keadaan memaksa :
1. Penyedia jasa tidak perlu membayar ganti rugi
2. Beban resiko tidak berubah
3. Pengguna jasa tidak berhak atas pemenuhan
prestasi
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung
jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun.
pihak penyedia jasa yang melakukan kesalahan
dan mengakibatkan kegagalan bangunan bisa dikenai
pidana maksimal 5 tahun atau denda maksimal 10%
(bagi perencana) dan 5% (bagi pelaksana/pemborong)
dari nilai kontrak.
Ketika mendesain sebuah konstruksi bangunan,
seorang engineer teknik sipil pasti membayangkan
yang buruk-buruk ; topan badai, hujan salju, air
bah, gempa, dsb
 Bangunan yang didesain dengan asumsi tidak
akan terjadi bahaya apa pun terhadapnya adalah
bangunan yang sangat buruk.
Karena bencana alam tak dapat diramal, maka
digunakanlah asumsi.
Bangunan pun dikonstruksi dengan persiapan yang
dianggap cukup untuk menghadapi bahaya yang
diasumsikan itu.
Jelaslah bahwa logika ilmiah menghendaki kita
untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana
sebelum benar-benar terjadi.
Kata orang : hope for the best, but prepare for the
worst.