klik disini - agungkesava

Download Report

Transcript klik disini - agungkesava

C. Makna Simbol/filosofis Teater Tradisional
Dalam Pertunjukkan.
Setiap penyajian teater, baik teater tradisi,
modern maupun kontemporer,
cerita yang diangkat mengandung nilai
filosofis atau simbol-simbol tertentu
melalui tokoh-tokohnya.
Kisah-lakon peperangan yang disajikan
dalam serial epos “Ramayana maupun
serial lakon Mahabrata”.
Dalam kisah Mahabharata, tokoh-tokoh
yang ada, misalnya “ Bhegawan Drona ”
dipandang sebagai tokoh yang bijak dan
secara simbolis membela kebenaran
dengan menyuruh “ Bima ” mencari “tirta
amerta sari” yang tempatnya di dasar
laut.
NILAI FILOSOFIS
DALAM CERITA “EPOS
MAHABHARATA”
Simbol dan nilai filosofis’ sangat erat
hubungannya serta tidak bisa dipisahkan,
maka penonton harus dapat menafsirkan
simbol dan nilai filosofis lewat tokoh-tokoh
yang ada dalam karya teater, mencermati
rangkaian cerita hingga akhir .
Misalnya,
secara simbolis; dapat dimaklumi sebagai perang melawan angkara
murka, ketamakan, kezaliman atau ketidakadilan. Artinya, yang
salah meskipun kuat akhirnya akan dikalahkan juga oleh yang
benar.
Gambar :
sebuah
pertunjukan
Sendratari
Kolosal
Mahabharata
Contoh ; Dalam
Kisah Pementasan “ Calonarang “
Adapun tokoh yang ada,
misalnya dalam kisah
“Calonarang”
seorang
tokoh
mistik
yang
memiliki
ilmu hitam,
hidup seorang ‘rondo’
(janda) setengah baya,
oleh masyarakat di sana
dijuluki “Rondo Naten
Girah” (janda yang tinggal di Girah).
Gambar ; Tokoh “Matah Gede” ( IRarung)
“ Calonarang ” yang penuh
magis dan mistik.
nuansa
Karena sangat jahat, yang diberi nama
“Calonarang” yang merupakan lambang
kejahatan bagi masyarakat ‘Desa Girah’ atas
perbuatan kejinya di Kerajaan Kediri (Raja
Erlangga), sebagai dukun penguasa ilmu
hitam dan penganut aliran “Durga” yang
sangat sakti dan jahat
Gambar ; Tokoh
“Matah Gede”
(IRarung )
“Calonarang”
saat adegan penuh
nuansa magis dan
mistik.
Calonarang merupakan dramatari klasik Bali, yang menyajikan kisah
semi sejarah walaupun nama itu tidak dikenal dalam sejarah.
Kisah Calonarang itu memang benar-benar terjadi semasa
pemerintahan“Raja Erlangga” di Kediri dan dibawa ke Bali serta kini
sangat
populer
dalam
seni
pertunjukkan.
Di
dalam
pertunjukkannya, sekurangnya tampil antara lain;
 Rangda (jelmaan Calonarang) sebagai kuasa jahat “Calonarang”.
 Matah Gede, perwjudan Calonarang sebelum belajar ilmu hitam,
 Sisya yaitu murid-murid dari Calonarang.
 Pandung, salah seorang patih kerajaan Erlangga yang mendapat
perintah untuk membunuh Calonarang.
 Leyak-leyakan, merupakan perwujudan kekuatan ilmu hitam
yang
dilakukan para sisya .
Lakon Calonarang di Kediri tak jauh beda dengan cerita yang
berkembang di Bali.
Agar dapat memaknai nilai filosofis yang terkandung dalam
penyajian karya seni teater, maka para penonton perlu
menyaksikan dan mencermati rangkaian cerita hingga akhir.
Teater Dalam Konteks Budaya Daerah
Proses penciptaan seni teater di Indonesia
bersumber dan berakar dari tata kehidupan
masyarakat daerah.
Sebagai karya seni, teater lahir dari spontanitas
kehidupan dan kebudayaan daerah serta adatistiadat masyarakatnya.
Oleh karena itu teater Indonesia memiliki ciri
khusus bila dibandingkan dengan teater barat.
STRUKTUR PENYAJIAN TEATER TRADISIONAL DAERAH,
antara lain:
1. Cerita berasal dari cerita tradisi kebudayaan setempat.
2. Musiknya berasal dari daerah setempat
3. Naskahnya (anonim) tidak diketahui pengarangnya.
4. Penontonnya ikut terlibat didalamnya.
5. Tempat pertunjukkan di arena terbuka.
Teater barat (Yunani) menampilkan pementasan drama dengan
unsur dialog dan laku yang dilengkapi dengan musik, tarian dan
nyanyian.
STRUKTUR PENYAJIAN TEATER MODERN (teater barat), yaitu:
1. Ceritanya berasal dari kejadian yang sesungguhnya
2. Musiknya menggunakan lagu melayu atau lagu popular
3. Naskahnya dibuat oleh seorang seniman dan namanya tercantum dalam
naskah.
4. Tempat pentas di gedung pertunjukkan
SEJARAH
PERKEMBANGAN
TEATER
Di Indonesia, pada awalnya teater dikaitkan
dengan upacara agama atau ritual tertentu. Pada
permulaannya teater tampil di atas pentas tanpa
menggunakan teks, melainkan dengan cerita
• lisan.
Artinya, para pemain tidak menghapalkan
dialog berdasarkan teks (naskah), tetapi mereka
melakukan improvisasi untuk mengembangkan
garis besar cerita dalam pementasannya.
Lahirnya pertunjukkan teater di ‘Yunani’ yang bemula dari
pemujaan terhadap dewa kesuburan Yunani, “dionysus’” Yakni,
suatu bentuk nyanyian pujaan kuno yang diperuntukan untuk
menyembah ”dewa dionysus”, yang digambarkan dalam bentuk
patung berhala.