pp aliran kalam

Download Report

Transcript pp aliran kalam

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Khawarij merupakan aliran yang pertama muncul dalam
khasanah sejarah keislaman, aliran ini muncul ketika
terjadi peperangan Siffin (abad ke-1 H/ke-8 M), yaitu
peperangan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan
Muawiyah bin Abi Sufyan.
Khawarij dapat diartikan orang-orang yang keluar dari
barisan Ali bin Abi Thalib. Meskipun awalnya
Khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi
dalam perkembangannya golongan ini banyak
berbicara masalah teologis.
Alasan mendasar yang membuat golongan ini keluar dari
barisan Ali adalah ketidaksetujuan mereka terhadap
arbitrase atau tahkim yang dijalankan Ali dalam
menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Nafi bin Al-Azraq
 Zyad Al-Asfar
 Abi Baihas Al-Haisham bin Sabir
 Najdah bin Atiyah
 Abdullah bin Ibadah Al-Murri

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Menurut keyakinan Khawarij semua masalah antara Ali dan
Mu’awiyah harus diselesaikan dengan merujuk pada hukum-hukum
Allah yang tertuang dalam QS. Al-Maidah: 44 yang artinya, “Barang
siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir.” Berdasarkan ayat ini, Ali,
Mu’awiyah, dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi
kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk pada
Al-Qur’an.
 Dasar pemikiran Khawarij yang paling menonjol adalah bahwa pelaku
dosa besar tergolong orang kafir, sedangkan yang termasuk golongan
dosa besar adalah orang bersikap menentang terhadap pemikiran
Khawarij. Sehingga orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka
dianggap kafir.
 Di samping itu mereka memiliki pemikiran khas tentang iman, yaitu
iman ialah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisi tersebut,
maka orang beriman yang tidak mengamalkan ajaran agamanya
termasuk dosa besar dan mereka termasuk golongan kafir.

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Aliran Murji’ah muncul di Damaskus pada akhir abad
pertama Hijriyah. Aliran ini disebut Murji’ah karena
dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik
antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi
Sufyan, dan kaum khawarij pada hari perhitungan
kelak. Oleh karena itu, mereka tidak ingin
mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan
siapa yang kafir. Mereka memilih bersikap irja’
yakni menunda putusan tentang siapa yang bersalah.
Menurut mereka, biarlah Allah sendiri yang
memutuskan siapa yang bersalah dalam perselisihan
tersebut.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Jaham bin Abi Sofwan
 Abu Hasan Al-Salih
 Mudatil bin Sulaiman
 Yunus Al-Samiri

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013



Orang mukmin yang melakukan dosa besar tetap masih mukmin
dan tidak berubah menjadi kafir. Karena mereka masih
berkeyakinan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, dan Rasul-Nya
Muhammad SAW, Al-Qur’an sebagai pedomannya, dan rukun
iman lainnya. Adapun masalah tempat ketika di akhirat, apakah
akan masuk surga atau neraka, atau masuk neraka dulu baru
masuk surga, ditunda sampai ada keputusan akhirnya dari Allah.
Para pelaku dosa besar juga berharap agar mau bertaubat dan
berharap pula taubatnya diterima Allah SWT.
Siapa saja yang meyakini keesaan Allah dan kerasulan
Muhammad SAW adalah orang beriman walaupun selalu
melakukan perbuatan buruk. Mereka memandang keimanan itu
sesuatu yang ada di hati dan hanya diketahui dirinya dan Allah
SWT.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Kata Syi’ah memiliki arti sahabat atau pengikut. Aliran ini
muncul berawal dari peperangan Siffin, yaitu orangorang yang masih setia terhadap khalifah Ali. Sedangkan
yang dimaksud aliran Syi’ah adalah golongan atau aliran
yang sangat mengagungkan keturunan Nabi SAW.
Menurut aliran ini orang yang paling berhak menduduki
jabatan khalifah setelah Rasulullah wafat adalah anak
keturunan keluarga Nabi SAW.
Paham Syi’ah dianut oleh sekitar 20% dari umat Islam
dewasa ini, tersebar di negara-negara Iran, Irak,
Afghanistan, Pakistan, India, Libanon, Arab Saudi,
Bahrein, Kuwait, bekas negara Uni Soviet, serta
beberapa negara Amerika dan Eropa.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013












Ali bin Abi Thalib
Hasan bin Ali
Husein bin Ali
Ali bin Husein Zainal Abidin
Muhammad Al-Baqir
Ja’far As-Shaddiq
Musa Al-Kazim
Ali Ar-Rida
Muhammad Al-Jawad
Ali Al-Hadi
Hasan Al-Askari
Muhammad Al-Muntazar (Al-Mahdi)
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Syi’ah berkeyakinan bahwa Ali yang paling tepat
menjadi imam sesudah Nabi SAW. Ali adalah guru
yang ulung. Ali yang mewarisi segala pengetahuam
yang ada pada Nabi, bahkan Syi’ah menganggap Ali
itu seorang imam yang maksum.
Orang
Syi’ah
menganggap
bahwa
imamah
(kepemimpinan) merupakan bagian dari aqidah.
Iman kepada imamah merupakan salah satu rukun
iman yang harus mereka penuhi. Di dalam aliran
Syi’ah muncul beberapa sekte, yaitu Sekte
Kaisaniyah, Sekte Zaidiyah, dan Sekte Imamiyah.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang artinya
memaksa. Aliran Jabariyah muncul bersamaan
dengan munculnya aliran Qadariyah. Kemunculan
dua aliran ini, merupakan akibat tindakan
kekejaman dan kesewenang-wenangan Mu’awiyah
bin Abi Sufyan. Hanya kedua aliran tersebut
memberikan reaksi yang berbeda. Aliran Qadariyah
memberikan reaksi menentang dan menyerang.
Sedangkan aliran Jabariyah justru sebaliknya, yaitu
pasrah, menyerah, dan mengembalikan segala
sesuatunya kepada Allah SWT. Kondisi semacam ini
yang dimanfaatkan oleh Mu’awiyah sebagai
pembenar segala tindakan politiknya. Isu seperti ini
juga yang diambil dan digunakan Mu’awiyah untuk
membenarkan semua tindakannya bahwa semua
yang telah mereka lakukan itu juga karena
kehendak Allah.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Wad bin Dirham
 Jaham bin Shafwan (131 H)

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Menurut Jabariyah manusia itu tidak memiliki
kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya, dan
tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Semua
gerak dan perbuatan manusia itu hakikatnya sudah
ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun demikian,
manusia tetap mendapatkan pahala dan siksa, akibat
perbuatan baik dan jahat yang mereka lakukan.
 Manusia tidak hanya bagaikan wayang yang
digerakkan oleh dalang, tetapi manusia juga tidak
mempunyai kewenangan sama sekali untuk
mewujudkan perbuatan dan angan-angannya.
Sementara nasib mereka di akhirat kelak, mutlak
ditentukan oleh Allah SWT.

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Hampir sama dengan Khawarij dan Murji’ah, aliran Qadariyah
muncul dilatarbelakangi masalah politik, yakni pada masa
Mu’awiyah dan Daulah Umayyah. Setelah Ali meninggal tahun
40 H, Mu’awiyah menjadi penguasa Daulah Islamiyah. Untuk
mempertahankan kekuasaannya, dia menggunakan berbagai
cara, khususnya dalam menumpas para oposisinya, bahkan
almarhum Ali sering dicacinya tatkala mereka melakukan
pidato-pidato termasuk dalam khotbah Jum‘at.
Manusia tidak boleh diam berpangku tangan melihat keburukan dan
kezaliman. Manusia harus berjuang menghancurkan kezaliman
dan menegakkan kebenaran. Manusia bukanlah makhluk yang
majbur (dipaksa oleh Allah), manusia memiliki qudrah untuk
mewujudkan suatu perbuatan, maka pahamnya tersebut
dinamakan Qadariyah.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Ma’had Al-Jauhari
 Gailan Al-Damasqi

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Pemikiran Qadariyah yang paling menonjol adalah masalah perbuatan
manusia dan kekuatan Tuhan. Qadariyah berpendapat bahwa manusia
mempunyai kebebasan untuk menentukan, memilih, dan mewujudkan
perbuatannya, dan di akhirat mereka harus mempertanggungjawabkan
semua perbuatannya. Selain itu mereka juga berpendapat bahwa Tuhan
telah memberikan aturan-aturan hidup yang sangat jelas dengan
berbagai akibat dan konsekuensinya. Semua diserahkan kepada
manusia untuk memilihnya. Mau berbuat baik dan berpahala ataukah
berbuat buruk dan disiksa. Semua perbuatan yang dilakukan manusia
tidak bisa keluar dari tanggung jawabnya. Itulah yang disebut keadilan
Tuhan.
Dasar pemikiran mereka adalah:
1) QS. Al-Kahf (18): 29, “... Barang siapa menghendaki (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah
dia kafir... .”
2) QS. Ar-Ra’d (13): 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka
sendiri... .”
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham
Mu’tazilah yang dianggap menyeleweng dan
menyesatkan umat Islam. Dinamakam aliran
Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya,
yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari, keturunan Abu Musa
Al-Asy’ari.
Al-Asy’ari lahir pada tahun 324 H/935 M. Pada waktu
kecil ia berguru pada seorang pengikut Mu’tazilah
yang terkenal, yaitu Al-Jubai. Aliran ini ia ikuti
hingga usia 40 tahun dan tidak sedikitpun dari
hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku
tentang Mu’tazilah.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Abdul Hasan Al-Asy’ari
 Al-Baqilany
 Al-Juwainy
 Al-Ghazali
 As-Sanusy

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013







Sifat Allah, menurutnya Allah SWT mempunyai sifat (sifat duapuluh)
sifat-sifat tersebut berada di luar zat Tuhan dan zat Tuhan itu sendiri.
Seperti al-‘ilm (mengetahui), al-qudrah (kuasa), al-hayah (hidup), assama’ (mendengar), al-basar (melihat), dan lainnya.
Kedudukan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan
makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian Al-Qur’an
bersifat qadim (tidak baru).
Melihat Allah di Akhirat, Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata
karena Allah mempunyai wujud.
Perbuatan manusia, perbuatan-perbuatan manusia itu diciptakan Allah.
Antropomorfisme, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan,
sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Qamar ayat 14 dan QS. ArRahman ayat 27. Akan tetapi, bagaimana bentuk Allah tidak dapat
diketahui.
Dosa besar, orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin
selama ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Keadilan Allah, Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki
kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin
Muhammad Abu Mansur. Ia dilahirkan di
Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand,
Uzbekistan. Al-Maturidy mendasari pikirannya
dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiranpikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum
dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Akbar dan Al-Fiqh AlAbsath serta memberikan ulasan-ulasannya
terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-Maturid
meninggalkan karangan-karangan yang banyak
dan sebagian besar dalam lapangan ilmu tauhid.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Maturidiyah Samarkand, tokohnya Abu Mansur
Al-Maturidy
 Maturidiyah Bukhara, tokohnya Al-Bazdawi

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013



Dalil perlawanan arad. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini
tidak akan mungkin qadim karena di dalamnya terdapat keadaan
yang berlawanan, seperti diam dan gerak, baik dan buruk.
Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak terlepas
dari yang baru maka baru pula.
Dalil terbatas dan tidak terbatas. Dalil ini menyatakan bahwa
alam ini terbatas. Pihak yang terbatas adalah baru. Jadi, alam ini
adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak,
dan waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya
adalah baru.
Dalil kausalitas. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak bisa
mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya kalau
rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah
keadaannya tetap satu. Akan tetapi, alam ini selalu berubah,
yang berarti ada sebab perubahan itu.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Aliran Mu’tazilah lahir pada masa pemerintahan Daulah Umayyah. Istilah
Mu’tazilah berasal dari kata azala artinya berpisah. Sejarah aliran
Mu’tazilah disebabkan keluarnya seseorang yang bernama Washil bin
Atha’ dari sebuah kajian yang dilakukan gurunya yang bernama Hasan
Basri. Topik yang dibicarakan dalam kajian tersebut adalah tentang
Murtakibil Kabirah, yaitu orang yang melakukan dosa besar. Menurut
Washil, orang yang berdosa besar itu adalah orang fasik, bukan orang
mukmin dan bukan pula orang kafir. Di akhirat kelak mereka
ditempatkan bukan di surga dan bukan pula di neraka, tetapi di suatu
tempat antara surga dan neraka.
Pendapat yang demikian tentu sangat bertentangan dengan pendapat
gurunya. Untuk mempertahankan pendapatnya tersebut, kemudian
Washil bin Atha’ menyatakan keluar dari majelis tersebut dan
memisahkan diri dari gurunya. Kemudian, sang Guru Hasan Basri,
berkata, “I’tazala Anna Washil”, Artinya Washil telah memisahkan
diri dari kita. Karena dia telah memisahkan diri dari jama’ah gurunya,
maka dia disebut mu’tazili dan alirannya disebut Mu’tazilah.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Washil bin Atha’ Al-Ghazzal
 Abu Al-Husni Al-Allaf
 Ibrahim bin Sayyar An-Nazzam
 Mu’amar bin Abad As-Sulmay
 Bisyr bin Al-Mu’tamir
 Jahir Amir bin Bahr

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013





At-Tauhid (Tauhid), ajaran pertama ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa
Allah Yang Maha Esa. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni
sehingga mereka senang disebut pembela tauhid (Ahl Al-Tauhid).
Al-‘Adl (Keadilan), paham keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa
Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya.
Mereka berpendapat bahwa Tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia.
Al-Wa’d wa Al-Wa’id (Janji dan Ancaman), Tuhan wajib menepati janji-Nya
memasukkan orang mukmin ke surga, dan menepati ancaman-Nya
mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa ke dalam neraka.
Al-Manzilah bain Al-Manzilatain (Posisi di Antara Dua Posisi), paham ini
menyatakan orang yang berdosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin,
tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal
sebelum bertaubat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya, akan tetapi
siksanya lebih ringan daripada orang kafir.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran), setiap orang mukmin wajib menegakkan yang makruf dan
menjauhi yang mungkar.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Kebebasan Berbuat
 Menurut Qadariyah manusia mempunyai
kebebasan untuk menentukan, memilih, dan
mewujudkan perbuatannya. Akan tetapi,
mereka harus mempertanggungjawabkan
semua perbuatannya di akhirat kelak.
 Menurut Jabariyah bahwa manusia tidak
memiliki kamampuan untuk mewujudkan
perbuatannya dan tidak memiliki kewenangan
untuk memilih semua rencana manusia, yang
pada hakikatnya telah ditentukan oleh Tuhan.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Kedudukan Wahyu Dan Akal
 Menurut Mu’tazilah akal adalah sumber
pengetahuan yang paling utama, sedangkan
wahyu sebagai pendukung akal. Jika terjadi
pertentangan antara ketetapan akal dan ketentuan
wahyu, maka wahyu harus ditakwilkan supaya sesuai
atau mendukung ketetapan akal.
 Menurut Ahli Sunnah wal Jamaah dalam
memutuskan suatu perkara merujuk kepada AlQur’an dan As-Sunnah. Apa yang telah ditetapkan
oleh Al-Qur’an dan dijelaskan oleh sunah Nabi harus
diterima dan tidak boleh ditolak. Akal pikiran tidak
memiliki kapasitas untuk menakwilkan Al-Qur’an,
menafsirkan, atau menguraikannya, kecuali dalam
batas-batas tertentu.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Dosa Besar
 Menurut Khawarij orang yang berdosa besar
itu kafir. Artinya keluar dari Islam atau murtad.
Oleh karena itu halal dibunuh.
 Menurut Murji’ah orang yang berdosa besar itu
tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun
dosa yang dilakukannya terserah Allah untuk
mengampuni atau tidak mengampuninya.
 Menurut Mu’tazilah orang yang berdosa besar
yang tidak bertaubat hingga matinya dia
bukan mukmin dan bukan pula kafir, tetapi
keduanya dihukum sebagai orang yang fasik.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Apabila kita mencermati sikap-sikap khusus yang melekat pada orang
yang beraliran kalam, maka sedikitnya terdapat lima kriteria pokok
yang melekat pada orang yang mengikuti aliran yang benar (sahib),
yaitu sebagai berikut:
 Mampu mengembangkan pemikiran yang rasional dalam melihat
berbagai persoalan kehidupan. Landasan Al-Qur’an dan Hadits
dijabarkan secara logik dan dijadikan sistem dalam semua aspek
kehidupan.
 Memiliki prinsip hidup yang kuat, yang digali berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits. Berusaha menerapkan prinsip hidupnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan.
 Konsisten dalam menjaga persaudaraan dengan sesama umat muslim.
Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah memerangi orang yang
telah mengucapkan syahadat. Adapun perang antarkaum muslimin
terjadi setelah Rasulullah SAW wafat.
 Kehadirannya tidak membuat orang lain merasa takut atau cemas.
Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim yang ideal ialah yang
sesama muslim selamat dari lidah dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari)
 Senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.
Indikatornya di samping menjalankan dengan taat syariat Islam, juga
harus mampu melaksanakan shalat khusyuk, bersabar, ikhlas, tawakal,
bersyukur, tidak melakukan syirik, serta mampu mengalahkan nafsu.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013




Berbagai ragam pemikiran dan pandangan dari aliran-aliran yang ada
memperlihatkan paham yang paling bertentangan, sekalipun mereka samasama berpegang pada Al-Qur’anul Karim. Sebenarnya dalam ajaran Islam
mengenal konsep “jangan kita berburuk sangka” (QS. Al-Hujurat (49): 12)
atau bertindak dzalim terhadap orang yang berbeda paham dengan kita.
Dan janganlah sampai perbedaan ini memutuskan tali persaudaraan
karena hal ini sangat dimurkai Allah.
Imam Abu Hanifah mengatakan, “Saya benar, tetapi bisa salah dan orang
lain salah, tetapi bisa benar”. Maksudnya pendapat diri sendiri itu bisa benar
dan salah, di samping itu juga orang lain sebaliknya, yang terpenting kita
tunjukan musyawarahkanlah segala sesuatu agar lebih enak, tenteram,
aman, dan damai di antara kita.
Perbedaan penafsiran dianggap sebagai suatu yang wajar yang terpenting
berdasarkan way of life (pedoman hidup) yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Penilaian yang hakiki dan rahasia Ilahi Robbi manusia berusaha Allahlah
yang menentukan. Penilaian baik dan buruk tidaknya suatu pendapat
dalam pandangan manusia mungkin bisa dilakukan dengan mencoba
menghubungkan pendapat dasar-dasar keilmuan yang ada.
Untuk menilai suatu aliran, sebaiknya tidak melihat berdasarkan tingkah laku
pelakunya, namun harus dinilai dari ajaran-ajaran pokok yang dimiliki oleh
aliran-aliran pokok yang dimiliki oleh aliran-aliran agama Islam. Menghargai
terhadap aliran-aliran yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat
harus dilakukan oleh umat Islam.
Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
Harjan Syuhada, dkk. 2011. Akidah Akhlak.
Jakarta: Bumi Aksara.
 Roli Abdul Rohman & M. Khamzah. 2007.
Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: Tiga
Serangkai.
 Handono, dkk. 2011. Mantap Beraqidah &
Berakhlak Mulia. Pilar Media: Yogyakarta.
 LKS Aqidah Akhlaq - HIKMAH

Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013