Kls VIII Unit 4 TM 2

Download Report

Transcript Kls VIII Unit 4 TM 2

BAB 4
Menjelajah Masyarakat
Indonesia
Pertemuan : 2
Kebersamaan antar masyarakat memperkokoh
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Pembelajaran
• Menjelaskan kebiasaan antardaerah di Indonesia
• Mengidentifikasi perbedaan kebiasaan
antardaerah di Indonesia
• Mengidentifikasi persamaan kebiasaan
antardaerah di Indonesia
• Menyusun hasil telaah tentang kebiasaan
antardaerah di Indonesia
• Menyajikan hasil telaah tentang kebiasaan
antardaerah di Indonesia
NO
PERTANYAAN
Perbedaan kebiasaan antardaerah
di Indonesia
•
•
•
•
•
Upacara Kelahiran
Upacara Pernikahan
Upacara Kematian
Hukum waris
Hukum Keluarga
Upacara Kematian
Tana Toraja
Upacara Kematian
Tana Toraja (Rambu Solo)
• Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual
yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan
berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan
semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang
berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman
seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan
berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi
pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah
padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir,
juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat
pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan.
Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan
merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja
tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang
miskin, dan orang kelas rendah.
Tana Toraja
• Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar
setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan
tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat
mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya
pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian
bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi
merupakan sebuah proses yang bertahap
menuju Puya(dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa
penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai
kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati
dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman
selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan
ke Puya.
Tana Toraja
• Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau.
Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau
yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan
menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya,
dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang
dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah
membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan
akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau.
Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi
merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik
dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang
muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut
diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan
dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
Tana Toraja
• Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di
dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung
di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam
batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan
waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di
beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan
jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang
disebut tau taubiasanya diletakkan di gua dan
menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak
digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut
biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk
dan membuat petinya terjatuh.
Upacara Kematian
Bali (Ngaben)
Upacara Kematian
Bali (Ngaben)
• Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh
Umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya
(upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur). Ngaben secara
etimologis berasal dari kata api yang mendapat awalan nga,
dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan
menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran
kata menjadi ngaben. Upacara Ngaben selalu melibatkan
api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api
sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja
Mantra Pendeta yang memimpin upacara). Versi lain
mengatakan bahwa ngaben berasal dari kata beya yang
artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara
memberi bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia
Loka
Bali (Ngaben)
Bentuk-bentuk Upacara Ngaben
• Ngaben Sawa Wedana
• Sawa Wedana adalah upacara ngaben dengan melibatkan jenazah
yang masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu) . Biasanya upacara
ini dilaksanakan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari
meninggalnya orang tersebut. Pengecualian biasa terjadi pada
upacara dengan skala Utama, yang persiapannya bisa berlangsung
hingga sebulan. Sementara pihak keluarga mempersiapkan segala
sesuatu untuk upacara maka jenazah akan diletakkan di balai adat
yang ada di masing-masing rumah dengan pemberian ramuan
tertentu untuk memperlambat pembusukan jenazah. Dewasa ini
pemberian ramuan sering digantikan dengan penggunaan formalin.
Selama jenazah masih ditaruh di balai adat, pihak keluarga masih
memperlakukan jenazahnya seperti selayaknya masih hidup, seperti
membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah,
membawakan handuk dan pakaian, dll sebab sebelum diadakan
upacara yang disebut Papegatan maka yang bersangkutan dianggap
hanya tidur dan masih berada dilingkungan keluarganya.
Bali (Ngaben)
Bentuk-bentuk Upacara Ngaben
• Ngaben Asti Wedana
• Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan
kerangka jenazah yang telah pernah dikubur. Upacara
ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu upacara
menggali kembali kuburan dari orang yang
bersangkutan untuk kemudian mengupacarai tulang
belulang yang tersisa. Hal ini dilakukan sesuai tradisi
dan aturan desa setempat, misalnya ada upacara
tertentu dimana masyarakat desa tidak diperkenankan
melaksanakan upacara kematian dan upacara
pernikahan maka jenazah akan dikuburkan di kuburan
setempat yang disebut dengan upacara Makingsan ring
Pertiwi ( Menitipkan di Ibu Pertiwi).
Bali (Ngaben)
Bentuk-bentuk Upacara Ngaben
• Swasta
• Swasta adalah upacara ngaben tanpa
memperlibatkan jenazah maupun kerangka
mayat, hal ini biasanya dilakukan karena
beberapa hal, seperti : meninggal di luar negeri
atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dll.
Pada upacara ini jenazah biasanya disimbolkan
dengan kayu cendana (pengawak) yang dilukis
dan diisi aksara magis sebagai badan kasar dari
atma orang yang bersangkutan.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Ngulapin
• Upacara untuk memanggil Sang Atma.
Upacara ini juga dilaksanakan apabila yang
bersangkutan meninggal di luar rumah yang
bersangkutan (misalnya di Rumah Sakit, dll).
Upacara ini dapat berbeda-beda tergantung
tata cara dan tradisi setempat, ada yang
melaksanakan di perempatan jalan, pertigaan
jalan, dan kuburan setempat.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Nyiramin/Ngemandusin
• Upacara memandikan dan membersihkan jenazah yang
biasa dilakukan di halaman rumah keluarga yang
bersangkutan (natah). Prosesi ini juga disertai dengan
pemberian simbol-simbol seperti bunga melati di
rongga hidung, belahan kaca di atas mata, daun intaran
di alis, dan perlengkapan lainnya dengan tujuan
mengembalikan kembali fungsi-fungsi dari bagian
tubuh yang tidak digunakan ke asalnya, serta apabila
roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali agar
dianugrahi badan yang lengkap (tidak cacat).
Rangkaian Upacara Ngaben
• Ngajum Kajang
• Kajang adalah selembar kertas putih yang ditulisi
dengan aksara-aksara magis oleh pemangku, pendeta
atau tetua adat setempat. Setelah selesai ditulis maka
para kerabat dan keturunan dari yang bersangkutan
akan melaksanakan upacara ngajum kajang dengan
cara menekan kajang itu sebanyak 3x, sebagai simbol
kemantapan hati para kerabat melepas kepergian
mendiang dan menyatukan hati para kerabat sehingga
mendiang dapat dengan cepat melakukan
perjalanannya ke alam selanjutnya.
Kajang
Rangkaian Upacara Ngaben
• Ngaskara
• Ngaskara bermakna penyucian roh mendiang.
Penyucian ini dilakukan dengan tujuan agar
roh yang bersangkutan dapat bersatu dengan
Tuhan dan bisa menjadi pembimbing
kerabatnya yang masih hidup di dunia.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Mameras
• Mameras berasal dari kata peras yang artinya
berhasil, sukses, atau selesai. Upacara ini
dilaksanakan apabila mendiang sudah
memiliki cucu, karena menurut keyakinan
cucu tersebutlah yang akan menuntun
jalannya mendiang melalui doa dan karma
baik yang mereka lakukan.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Papegatan
• Papegatan berasal dari kata pegat, yang artinya putus,
makna upacara ini adalah untuk memutuskan hubungan
duniawi dan cinta dari kerabat mendiang, sebab kedua hal
tersebut akan menghalangi perjalan sang roh menuju
Tuhan. Dengan upacara ini pihak keluarga berarti telah
secara ikhlas melepas kepergian mendiang ke tempat yang
lebih baik. Sarana dari upacara ini adalah sesaji (banten)
yang disusun pada sebuah lesung batu dan diatasnya diisi
dua cabang pohon dadap yang dibentuk seperti gawang
dan dibentangkan benang putih pada kedua cabang pohon
tersebut. Nantinya benang ini akan diterebos oleh kerabat
dan pengusung jenazah sebelum keluar rumah hingga
putus.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Pakiriman Ngutang
• Setelah upacara papegatan maka akan dilanjutkan
dengan pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah
beserta kajangnya kemudian dinaikan ke atas
Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini
tidak mutlak harus ada, dapat diganti dengan keranda
biasa yang disebut Pepaga). Dari rumah yang
bersangkutan anggota masyarakat akan mengusung
semua perlengkapan upacara beserta jenazah diiringi
oleh suara Baleganjur (gong khas Bali) yang bertalutalu dan bersemangat, atau suara angklung yang
terkesan sedih.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Ngeseng
• Ngeseng adalah upacara pembakaran jenazah tersebut,
jenazah dibaringkan di tempat yang telah disediakan ,
disertai sesaji dan banten dengan makna filosofis
sendiri, kemudian diperciki oleh pendeta yang
memimpin upacara dengan Tirta Pangentas yang
bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja
Mantra dari pendeta, setelah selesai kemudian barulah
jenazah dibakar hingga hangus, tulang-tulang hasil
pembakaran kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam
buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Nganyud
• Nganyud bermakna sebagai ritual untuk
menghanyutkan segala kekotoran yang masih
tertinggal dalam roh mendiang dengan
simbolisasi berupa menghanyutkan abu
jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di
laut, atau sungai.
Rangkaian Upacara Ngaben
• Makelud
• Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari setelah
upacara pembakaran jenazah. Makna upacara
makelud ini adalah membersihkan dan
menyucikan kembali lingkungan keluarga akibat
kesedihan yang melanda keluarga yang
ditinggalkan. Filosofis 12 hari kesedihan ini
diambil dari Wiracarita Mahabharata, saat Sang
Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di
tengah hutan.
Upacara Pernikahan
Adat Palembang
Upacara Pernikahan
Adat Palembang
• Adat pernikahan di Palembang yang merujuk
pada kerajaan Sriwijaya ini pun tak kalah
megahnya. Kilau kemegahan itu dapat dilihat
dari hampir semua ornament dalam
pernikahan itu yang berwarna kuning dan
merah keemasan, mulai dari busana
mempelai yang dikenakan pada saat prosesi
lamaran, seserahan dan pernikahan, maupun
pada kursi pelaminan dan aksesoris yang
didominasi oleh warnah keemasan.
Pernikahan Adat Palembang
• Tidak hanya itu saja, beberapa ritual adat yang
dilaksanakan oleh baik keluarga kedua
mempelai maupun mempelai itu sendiri pun
makin menguatkan megahnya prosesi
pernikahan ini. Dibawah ini adalah tahaptahap dari adat pernikahan Palembang yang
biasa dilakukan oleh keluarga dan mempelai
sebelum akhirnya mereka resmi menjadi
sepasang suami istri.
Pernikahan Adat Palembang
• A. Madik
Dalam tradisi madik ini keluarga calon mempelai
pria yang biasanya diwakilkan oleh kerabat yang
dituakan dalam keluarga mempelai pria
berkunjung ke rumah calon mempelai wanita
demi untuk memastikan bahwa calon mempelai
wanita memang benar-benar telah siap untuk
menjadi istri dari mempelai pria sekaligus
memastikan bahwa calon mempelai wanita tidak
sedang terikat tali perkawinan atau dalam
keadaan dipinang oleh pria lain.
Pernikahan Adat Palembang
• Ketika berkunjung ini, utusan dari keluarga calon
mempelai pria biasanya membawa beberapa tenong
atau songket yang berbentuk bulat terbuat dari
anyaman bambu, juga beberapa tenong berbentuk
songket segi empat dibungkus dengan kain batik
bersulam benang emas yang berisi bahan makanan,
seperti : mentega, telur, gula untuk diserahkan kepada
keluarga calon mempelai wanita sebagai oleh-oleh atau
buah tangan. Karena bawaan ini bersifat tidak resmi
dan hanya sebagai buah tangan saja maka tidak ada
aturan baku dalam hal apa saja barang yang harus
dihadiahkan kepada keluarga calon mempelai wanita.
Pernikahan Adat Palembang
• B. Menyenggung
Secara keseluruhan dalam prosesi menyanggung
ini sebenarnya hampir sama dengan ketika madik
yakni calon mempelai pria kembali mengutus
kerabat yang mereka percaya untuk datang ke
rumah keluarga calon mempelai wanita sambil
kembali membawa oleh-oleh kepada keluarga
calon mempelai wanita. Yang berbeda dari
prosesi menyanggung ini hanyalah bahwa pada
kedatangan kali ini kedua belah pihak akan
membicarakan kesepakatan dan mengatur
tanggal kedatangan berikutnya untuk melamar.
Pernikahan Adat Palembang
• C. Meminang / Melamar
Kalau pada prosesi madik dan menyanggung keluarga calon mempelai
pria hanya mengutus salah satu keluarga mereka, maka dalam
melamar ini seluruh anggota keluarga termasuk orang tua calon
mempelai pria akan datang lengkap ke rumah calon mempelai wanita
dengan barang-barang bawaan berupa kain terbungkus dengan sapu
tangan diletakkan diatas nampan, berikut 5 tenong berisi gula,
gandum, juadah, buah-buahan dan lain sebagainya. Jumlah songket
atau tenong selalu ganjil. Barang bawaan lebih lengkap berupa kain,
baju, selendang, alat perhiasan, tas, kosmetik, selop, sepatu dan
sebagianya. Juga disertai pisang setandan sebagai lambang
kemakmuran. Rombongan tersebut kemudian sesampainya dirumah
calon mempelai wanita akan mengutarakan maksud kedatangannya
kali ini yakni untuk melamar atau meminang. Apabila lamaran diterima
barulah kemudian barang-barang tersebut diserahkan kepada keluarga
dari calon mempelai wanita.
Pernikahan Adat Palembang
• C. Meminang / Melamar
Kalau pada prosesi madik dan menyanggung keluarga calon mempelai
pria hanya mengutus salah satu keluarga mereka, maka dalam
melamar ini seluruh anggota keluarga termasuk orang tua calon
mempelai pria akan datang lengkap ke rumah calon mempelai wanita
dengan barang-barang bawaan berupa kain terbungkus dengan sapu
tangan diletakkan diatas nampan, berikut 5 tenong berisi gula,
gandum, juadah, buah-buahan dan lain sebagainya. Jumlah songket
atau tenong selalu ganjil. Barang bawaan lebih lengkap berupa kain,
baju, selendang, alat perhiasan, tas, kosmetik, selop, sepatu dan
sebagianya. Juga disertai pisang setandan sebagai lambang
kemakmuran. Rombongan tersebut kemudian sesampainya dirumah
calon mempelai wanita akan mengutarakan maksud kedatangannya
kali ini yakni untuk melamar atau meminang. Apabila lamaran diterima
barulah kemudian barang-barang tersebut diserahkan kepada keluarga
dari calon mempelai wanita.
Pernikahan Adat Palembang
• D. Mutus Kato dan Berasan
Dalam memutus kato ini untuk kali keempatnya keluarga calon
mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita yang
bertujuan untuk bermusyawarahnya kedua keluarga dalam
menentukan hari dan tanggal untuk pernikahan anak mereka. Pihak
yang datang biasanya adalah keluarga dekat calon mempelai serta 9
orang wanita dengan membawa tenong. Utusan yang diwakili juru
bicaranya menyampaikan kata-kata indah kadang berupa pantun.
Selanjutnya para utusan melakukan upacara pengikatan tali
keluarga, yakni dengan mengambil tembakau setumpuk dari sasak
gelungan (konde) dan dibagi-bagikan pada para utusan dan
keluarga. Kedua belah pihak mengunyah sirih dengan tembakau
yang artinya kedua keluarga tersebut telah saling mengikat diri
untuk menjadi satu keluarga.
Pernikahan Adat Palembang
• E. Akad Nikah / Perkawinan
Seperti pernikahan pada umumnya, prosesi ini
akan dihadiri oleh kerabat dari kedua mempelai
dan adanya mas kawin dari mempelai pria yang
akan diserahkan kepada mempelai wanita. Mas
kawin yang diserahkan biasanya berupa
perhiasan atau barang lain sesuai dengan apa
yang diminta oleh keluarga pihak wanita dan
telah disetujui pihak pria. Pengantin pria dibawa
masuk ke ruangan, lalu penghulu memimpin
pelaksanaan akad nikah.
Pernikahan Adat Palembang
• F. Mengarak Pacar
Mengarak Pacar adalah penutup dari sekian tahap prosesi
dalam adat pernikahan di palembang yang intinya berisikan
acara arak-arakan rombongan keluarga mempelai pria ke
rumah mempelai wanita. Ketika sampai di rumah mempelai
wanita dan disambut oleh ibu mempelai wanita para
sesepuh yang dituakan di pihak mempelai wanita kemudian
akan menaburkan beras yang telah dicampur denagan uang
recehan kepada mempelai pria beserta rombongannya.
Perlengkapan yang digunakan dalam prosesi mengarak
pacar ini sendiri antara lain seperti perahu yang dihiasi
ornamen yang indah, lampu warna-warni, alat musik
tabuh-tabuhan, keris pusaka, nampan serta kain sutra
emas.