HUBUNGAN ANTARA AKAL DAN WAHYU

Download Report

Transcript HUBUNGAN ANTARA AKAL DAN WAHYU

HUBUNGAN ANTARA
AKAL DAN WAHYU
AKAL ATAU WAHYU
Berkaitan
dengan persoalan akal dan
wahyu ini, setidaknya ada empat aliran
teologi yang ikut berbicara, yakni
Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah
Samarkhan, Maturidiyah Bukhara.
Sedangkan hal yang dipersoalkan juga
ada empat macam, yaitu: 1) mengetahui
Tuhan, 2) kewajiban mengetahui Tuhan, 3)
mengetahui baik dan buruk, 4) kewajiban
melakukan yang baik dan menjauhi yang
buruk.
Dalam konteks itulah masing-masing
aliran tersebut berbeda memposisikan
akal.
1.
Menurut Mu’tazilah, seluruh pengetahuan
dapat diperoleh melalui akal, termasuk
mengetahui adanya Tuhan dan kewajiban
beribadah kepada Tuhan. Abu Huzail,
menegaskan bahwa meskipun wahyu tidak
turun, maka manusia tetap wajib beribadah
kepada Tuhan, sesuai dengan
pengetahuannya tentang Tuhan.
Begitu juga dengan kebaikan dan keburukan
juga dapat diketahui melalui akal. Jika
dengan akal manusia dapat mengetahui baik
dan buruk, maka dengan akal juga manusia
harus tahu bahwa melakukan kebaikan itu
adalah wajib, dan menjauhi keburukan juga
wajib.
2.
Menurut Asy’ariyah, pertama semua kewajiban
manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu. Jika
wahyu tidak turun, maka tidak ada kewajiban
(taklif) bagi manusia. Karena akal tidak mampu
membuat kewajiban tersebut, terutama kewajiban
beribadah pada Tuhan, dan kewajiban melakukan
yang baik serta kewajiban menjauhi yang buruk.
Adapun berkaitan dengan mengetahui Tuhan,
Asy’ariyah sepakat dengan Mu’tazilah yaitu dapat
diketahui melalui akal. Sedangkan mengetahui baik
dan buruk, akal tidak mampu, karena sifat baik dan
buruk sangat terkait dengan syari’at. Sesuatu
disebut baik, jika dapat pujian syari’at, dan
dianggap buruk jika dikecam oleh syari’at. Karena
pujian dan kecaman bersumber dari wahyu, maka
sesuatu dapat dikatakan baik atau buruk juga
melalui wahyu.
3. Maturidyah Samarkhan. Menurutnya, akal
mampu mengetahui tiga hal yaitu: mengetahui
tuhan, mengetahui kewajiban beribadah kepada
Tuhan, dan mengetahui baik dan buruk. Hal ini
sama dengan Mu’tazilah, bahwa akal manusia
memiliki kemampuan untuk mengetahuinya.
Artinya dalam hal ini, wahyu hanya berfungsi
sebagai konfirmasi terhadap pengetahuan akal.
Sedangkan pengetahuan tentang kewajiban
melakukan yang baik dan menjauhi yang buruk,
akal tidak punya kemampuan. Yang berperan
disini adalah wahyu. Hanya saja menurutnya,
sebab yang mewajibkannya dapat diketahui akal,
seperti jujur itu diwajibkan karena membuat
palakunya menjadi terhormat.
4. Maturidiyah Bukhara. Aliran ini ternyata
lebih dekat kepada Asy’ariyah, dimana akal
baginya hanya dapat mengetai Tuhan. Karena
itu, tidak alasan bagi siapapun untuk tidak
tahu tentang Tuhan, karena hal itu memang
kapasitas akal. Namun sedikit berbeda dengan
Asy’ariyah, baginya akal juga mampu
mengetahui baik dan buruk. Karena baik dan
buruk dapat dilihat dari sifat natur dari
sesuatu itu. Adapun mengetahui kewajiban
hanya dapat dilakukan melalui wahyu. Karena
akal tidak punya kapasitas dalam hal itu.
Dalam agama, setiap kewajiban memiliki
konsekuensi hukum di akhirat, karena itu
yang berperan disini adalah wahyu.
BAGAIMANA FUNGSI WAHYU
Pertanyaan
ini hanya ditujukan kepada
Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkhan,
karena bagi mereka akal manusia memiliki
kemampuan yang luar biasa, sehingga tanpa
wahyu pun, manusia dapat mengetahui semua
hal yang berkaitan dengan ketuhanan dan
perbuatan manusia.
Ada dugaan bahwa mereka, terutama
mu’tazilah, menafikan wahyu, karena terlalu
besar memberikan kapasitas kepada akal.
Namun ternyata dugaan itu keliru, karena
wahyu bagi mereka tetap dibutuhkan, yakni
untuk mengetahui cara beribadah kepapa
Tuhan.
Jadi
ternyata, seberapa pun besarnya
kemampuan akal, ternyata akal tidak mampu
mengetahui bagaimana cara beribadah kepada
Tuhan. Dalam hal itulah wahyu turun
memberikan petunjuk.
Jadi menurutnya Mu’tazilah, wahyu berperan
sebagai konfirmasi terhadap pengetahuan
yang sudah dimiliki oleh manusia, (empat
pengetahuan di atas), serta sebagai informasi
bagi manusia tentang hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan vertikal antara manusia
dengan Tuhan.
Jika manusia tidak menggunakan wahyu ,
maka akan dikhawatirkan mereka akan
tersesat.
PERBANDINGAN ANTARA
KEEMPAT ALIRAN TERSEBUT
ALIRAN
MU’TAZILAH
ALIRAN
ASY’ARIYAH
ALIRAN
MATURIDIYAH
SAMARKHAN
ALIRAN
MATURIDIYAH
BUKHARA
MENGETAHUI
TUHAN
AKAL
AKAL
AKAL
AKAL
KEWAJIBAN
MENGETAHUI
TUHAN
AKAL
WAHYU
AKAL
WAHYU
MENGETAHUI
BAIK BURUK
AKAL
WAHYU
AKAL
AKAL
KEWAJIBAN
MENGETAHUI
BAIKBURUK
AKAL
WAHYU
WAHYU
WAHYU