soekarno-kartini feminisme

Download Report

Transcript soekarno-kartini feminisme

Soekarno dan gerakan perempuan

Di Jakarta terdapat organisasi WANI : Wanita

Negara Indonesia (1945) yang dipimpin oleh sejumlah tokoh, seperti Suwarni Pringgodigdo (istri Sedar), Sri Mangunsarkoro, dan Suyatin Kartowiyono. Wani

mendistribusikan beras untuk tujuan perjuangan.

Terdapat pula organisasi-organisasi buruh, seperti

Barisan Wanita yang berhaluan kiri salah satu tokohnya adalah SK Trimurti.

Sebelum perempuan perjuangan sudah revolusioner, dimulai oleh pergerakan perempuan perempuan kelas menengah. Ada beberapa factor mengapa kelas menengah mengambil penting factor tersebut antara lain: peranan     Karena tingkat pendidikan Waktu yang luang Akses dan informasi dan Pengetahuan yang mereka miliki

Organisasi perempuan kelas menengah yang cukup kuat misalnya   Putri Merdeka, yang dibentuk tahun 1912 dan mempunyai afiliasi dengan boedi Oetomo,organisasi nasionalis pertama yang berdiri tahun 1908. Afiliasi ini memperlihatkan bagaimana pada saat itu organisasi perempuan sangat dekat dengan nasionalisme dan simbolisasi ini terlihat pada kartini,seorang perempuan priayi.

Muhamadiyah yang mempunyai nuansa agama

Organisasi perempuan mulai masuk ajang politik pada tahun 1920-an, ketika organisasi-organisasi politik yang besar, seperti serekat Islam, PNI, dan PKI mempunyai divisi perempuan. Organisasi-organisasi perempuan ini mempunyai anggota yang bervariasi dalam latar belakang sosial dan politiknya. Isu-isu yang dilontarkan adalah seputar partisipasi perempuan dalam politik dan keterlibatan permpuan dalam pengambilan keputusan.

(decision-making). Pada suasana seperti itulah soekarno pada tahun 1920-an mengemuka sebagai tokoh nasionalis.

Dia mulai terlibat dalam politik pada tahun 1926, dan satu tahun kemudian pada tahun 1927 ikut menggagas PNI.

Ketika kongres ibu ibu diadakan pertama kali pada bulan desember 1928, soekarno mengambil kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang perempuan.

Kongres Kaum ibu sebagai gerbang masuk

Berbahagialah kongres kaoem ibu: diadakan pada soeatu waktu, dimana masih ada sahadja kaoem bapak Indonesia jang mengira bahwa perdjoeangannja mengejar keselamatan nasional bisa juga lekas berhasil zonder sokongannja kaoem ibu; oleh karena daripada kaoem bapak masih banyak jang koerang pengetahuan akan harganja sokongan kaoem ibu itu; kita tidak sahadja gembira hati akan kongres itu oleh karena kaoem bapak belum insjaf akan keharusan kenaikan derajat kaoem ibu itu,-kita gembira hati ialah teristimewa djuga oleh karena dikalangan kaoem ibu sendiri beloem banjak jang berkehendak akan kenaikan deradjat itu ( soekarno-kongres kaum ibu,1928)

 Pidato pada kongres kaum ibu tahun 1928 menyokong hak-hak perempuan, namun ia menganggap perjuangan hak perempuan harus nomor dua setelah perjuangan kemerdekaan. Awalnya dalam kongres kaum ibu pandangan soekarno tidak dapat sambutan yang hangat.tigapuluh perempuan yang mengikuti kongres tersebut tetap berkonsentrasi untuk mendiskusikan isu-isu perempuan dan bukan nasionalisme. Bahkan ada tuduhan terhadap soekarno yang inginkan “memplitikkan” isu-isu perempuan bagi kepentingan politiknya.

 Tak lama setelah kongres kaum ibu diadakan, beberapa organisasi baru terbentuk. Diantaranya adalah :Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang namanya (KPI).

kemudian Dalam kiprah soekarno berhasil berubah menjadi politiknya, Asosiasi Perempuan Indonesia (API). Tahun 1935, kembali berganti nama menjadi Kongres Perempuan Indonesia mencuri kelompok perhatian ini kelihatanya mengambil jalan tengah yakni bermain diantara isu-isu perempuan dan nasionalisme. Kali ini kelompok perempuan apalagi ide memperjuangkan kemerdekaan dapat merangkul kelompok-kelompok perempuan berbasis agama yang masih curiga dengan isu-isu perempuan yang diperjuangkan.

Situasi ini menimbulkan berdebatan yang seru diantara kelompok perempuan. Maria ulfah subadio menteri perempuan pertama Indonesia merefleksikan ketegangan yang terjadi dan menyimpulkan bahwa:

“Kita memang bukan merupakan sebuah gerakan feminis, kita tidak pernah menjadi sebuah gerakan feminis, kita berfikir lebih baik melawan penjajahan daripada melawan laki-laki. Jadi kita membutuhkan laki-laki sebagai sekutu”( Doran,1987:104)

Setelah kongres perempuan Indonesia berakhir, beberapa organisasi kelompok perempuan bemunculan untuk mengangkat persoalan politik negeri. Tahun 1930, istri sedar yang dibentuk dibandung menyatakan diri ingin meningkatkan status perempuan Indonesia melalui perjuangan kemerdekaan. Ide dasarnya adalah bahwa tidak aka nada persamaan hak antara laki-laki dan peempuan bila tidak ada kemerdekaan

Sesudah jepang menyerah, kaum perempuan dari kalangan parpol dan ormas besrbasis agama, seperti aisyah dan wanita katolik membuat agenda untuk menunjang perjuangan. Hal yang sama dilakukan juga oleh wanita muslimat dari masyumi.istri-istri anggota angkatan bersenjata, seperti anggota bhayangkari(1945) dan isti-istri angkatan laut (1946) melakukan kerjasama untuk saling bantu dalam perjuangan terutama apabila suami mereka tewas.

Sejak awal tahun 1930-an, soekarno telah masuk dalam fase baru dalam perkembangan pemikiran politiknya, yaitu menguatnya konsep-konsep Marxisme idalam dirinya. Baginya, perjuangan permpuan yang lebihpenting adalahpenghancuran kapitalisme. Hal ini ia tekankan kepada kaum perempuan dengan sekali lagi menegaskan bahwa “kesetaraan antara laki-laki dan permpuan tidak cukup… ada kebutuhan yang lebih besar lagi, yaitu penghancuran system kapitalis” (doran, 1987:104)

Marxisme menjelaskan mengapa kapitalisme mengakibatkan adanya pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki, pemisahan antara perempuam didunia domestic dan laki-laki didunia public. Tetapi Marxisme tidak menjelaskan mengapa sebelum ada kapitalisme, pemisahan tersebut sudah terjadi.

Pada tahun 1950-an badan organisasi perempuan diakui bukan lagi hanya satu. Kowani yang dibentuk pada tahun 1946 untuk menunjang perjuangan kemerdekaan bubar. Organisasi perempuan yang cukup kuat saat itu adalah Gerwis, sebuah organisasi yang independen bertujuan memejukan pendidikan permpuan dan menyediakan fasilitas penitipan anak. Tahun 1954 organisasi Gerwis menjadi gerakan wanita Indonesia (Gerwani) Gerwani dipandang sebagai bagian dari divisi perempuan PKI. Hubungan yang erat antara Gerwani dan pergerakan buruh (SOBSI) serta PKI membuat hubungan gerwani dengan soekarno menjadi sangat dekat.

Setelah bayiku berumur dua hari, waktu aku sedang berbaring, pagi-pagi benar datanglah Bung Karno. Bung karno duduk didepanku dan kemudian berkata: “Fat, aku minta izinmu,aku akan kawindengan hartini. “ aku dengarkan saja apa yang bung karno utarakan tadi dengan seksama dan tenang. “ Boleh saja,” kataku menjawab, tetapi fat minta dikembalikan pada orang tua. Aku tidak mau dimadu dan anti poligami.” Tetapi aku cinta ppadamu dan juga cinta pada hartini” demikian bung karno. “Oo, takbisa begitu!”kataku (Fatmafati,1978:80)

 Pada bab pertama: membahas soal laki-laki dan perempuan, bab terakhir dan merdeka.

soal “alam” soekarno dan “kultur” serta menunjukkan bagaimana perempuan didefinisikan oleh kultur. Pada bab berikutnya, ia menjelaskan keadaan perempuan dan menyatukanya dengan pemikiran-pemikiran feminisme marxis/sosialis. Pada mempertegas kewajiban perempuan , yakni ikut serta menyelamatkan republic memperkuat Negara nasional. Ia menjanjikan bahwa setelah Negara terselamatkan , masyarakat adil dan sejahtera dan perempuan pada akhirnya akan bahagia

Feminis anneta baier (1985) mengatakan bahwa perempuan dalam perdebatan moralnya mempunyai kehendak yang berbeda dari laki-laki. Perempuan lebih menitik beratkan nilai-nilai etika yang berarti bagi kehidupanya. Perempuan hidup didalam masyarakat dan nilai-nilai kefeminimnya dianggap remeh dan tidak penting, seluruh eksistensinya sebagai perempuan disubordinasikan

  Pada tahun 1985, seorang feminis kelahiran calcuta , india, Gayatri Spivak, melontarkan sebuah pertanyaan kritis, “apakah subaltern dapat berbicara?” ( Subaltern disini dimaksudkan sebagai kelompok lemah, yang tidak berdaya.

Spivak mendapatkan ide tentang masalah “Subaltern” perempuan dari pemahamanya tentang pemikiran para filsuf kontemporer seperti Derrida. Seseorang yang miskin, berkulit hitam,dan perempuan mempunyai tiga beban sekaligus. Bukan saja lemah secara ekonomi, ras pinggiran, dan warga Negara kelas dua. Perempuan menjadi objek karena adanya budaya patriarki yang membuat permpuan disunyikan, privilese menjadi perempuan (berikut pemikiran-pemikiranya)telah secara sistematis dihilangkan.

 Teori feminis dan postcolonial memulai dengan usaha untuk melihat keterkaitan antara jender/ budaya/ etnisitas dengan cara menolak oposisi biner yang menjadi dasar dari otoritas patriarchal dan colonial.

 Budaya patriarchal mengasosiasikan laki-laki dengan segala yang positif; aktif, matahari, budaya, siang,tulisan,tinggi sedangkan perempuan diasosiasikan dengan segala yang negative; pasif, bulan, alam, malam, lisan, rendah.

 Tentu tidak dapat disangkal bahwa kartini didalam pemikiranya banyak melontarkan kritik pedas pada orang-orang colonial.Kartini menulis kepada teman belandanya, Stella Zeehandelaar seorang sosialis yang mempunyai hubungan yang kuat dengan gerakan sosialis dibelanda dan memiliki jaringan dengan orang-orang Belanda yang berpengaruh.

     Pemikiran feminis Kartini, pertama adalah mendambkan sosok peremmpuanyang independen, dalam suratnya Jepara, 25 mei 1899 ia menulis bahwa: Pemikiran Kartini Kedua, Kartini sangat dipengaruhi oleh pemikiran liberal tentang hak-hak individu dan hak pendidikan yang setara. Suratnya tertanggal 13 januari 1900 dan 25 mei 1899 Pemikiran Kartini Ketiga, Kartini agustus 1900, mempersalahkan hal ini: sangat menentang diskriminasi terhadap perempuan, suratnya tertanggal 23 Pemikiran Kartini Keempat, Katini menyikapi perkawinan dengan sinis, suratnya tanggal 23 agustus 1900 Pemikiran kartini yang kelima, Kartini menyampaikan perang terhadap pligami

 Kelima pemikran feminis kartini dapat dikatakan datang dari pencerahan barat yang sangat ia kagumi. Dalam konteks kartini, permasalahan perempuan yang ia ungkapkan adalah permasalahan sebuah cita-cita besar yang ingin diraihnya atau bisa juga pemikiran teman teman belandanya yang sangat ia kagumi itu. Ia hanya sebagai “medium” sebuah cita-cita besar kendaraan untuk teks-teks aliran besar, persamaan, kesetaraan, dan hak-hak perempuan yang telah diformulasikan oleh barat (Belanda). Dari kelima isu-isu feminis yang dikemukakan Kartini, sebagian besar ia gagal kesetaraan pendidikan hanya sebatas pencerahan yang ia cuplik dari ide-ide barat. Tidak pernah ia memperjuangkan dalam ruang lingkupnya, mengenal dan bergumul dengan kaum perempuan jawa yang tertindas.