Asuhan Keperawatan Xerophthalmia pada Anak

Download Report

Transcript Asuhan Keperawatan Xerophthalmia pada Anak

Asuhan Keperawatan
Xerophthalmia pada Anak
Disusun Oleh
YUNUS MUSTOFA
Definisi
Xerophthalmia adalah kelainan mata
akibat kekurang vitamin A. Sebelum
terdeteksi menderita xeropthalmia, biasanya
penderita akan mengalami buta senja. Gejala
xeropthalmia terlihat pada kekeringan pada
selaput lendir (konjungtiva) dan selaput
bening (kornea) mata. Kekeringan berlarutlarut menyebabkan konjungtiva menebal,
berlipat-lipat, dan berkerut. Selanjutnya pada
konjungtiva akan tampak bercak putih
seperti busa sabun (bercak Bitot).
Etiologi
Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan
vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi kurang atau
buruk. Kerap terjadi pada bayi lahir berat badan
rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY)
serta anemia gizi ibu hamil.
Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari
keluarga miskin, anak di pengungsian, anak di
daerah yang pangan sumber vitamin A kurang,
anak kurang gizi atau lahir dengan berat badan
rendah, anak yang sering menderita penyakit
infeksi (campak, diare, tuberkulosis, pneumonia)
serta cacingan serta anak yang tidak mendapat
imunisasi serta kapsul vitamin A dosis tinggi.
Lanjutan...
Faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus
Xeroftalmia di Indonesia adalah :
a. Konsumsi makanan yang kurang / tidak
mengandung cukup Vitamin A atau pro
vitamin A untuk jangka waktu lama.
b. Bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif.
c. Gangguan penyerapan vitamin A.
d. Tingginya angka infeksi pada anak
(gastroenteritis/diare).
Tanda dan Gejala
Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan
sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari
organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru,
usus, mata dan organ lain, akan tetapi gambaran
yang karakteristik langsung terlihat pada mata.
Tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut
klasifikasi WHO / USAID UNICEF / HKI / IVACG,
1996 sebagai berikut :
• XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
• XIA : xerosis konjungtiva
• XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
Lanjutan...
Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Xerophthalmia
:
1. Faktor sosial budaya dan lingkungan dan
pelayanan kesehatan
2. Faktor keluarga
3. Faktor Individu
Patofisiologi
•
•
Terjadinya defisiensi vitamin A berkaitan dengan berbagai
faktor dalam hubungan yang komplek seperti halnya dengan
masalah KKP. Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya
juga rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antar halhal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya defisiensi
vitamin A.
Vitamin A merupakan “body regulators” dan berhubungan
erat dengan proses-proses metabolisme. Secara umum fungsi
tersebut dapat dibagi dua (i) Yang berhubungan dengan
penglihatan dan (ii) Yang tidak berhubungan dengan
penglihatan.
Fungsi yang berhubungan dengan penglihatan dijelaskan
melalui mekanisme Rods yang ada di retina yang sensitif
terhadap cahaya dengan intensitas yang rendah, sedang Cones
untuk cahaya dengan intensitas yang tinggi dan untuk
menangkap cahaya berwarna. Pigment yang sensitif terhadap
cahaya dari Rods disebut sebagai Rhodopsin, yang merupakan
kombinasi dari Retinal dan protein opsin. Ada dua macam sel
reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel
batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan
sel batang berisi pigmen ungu.
Patogenesis xeroftalmia
terjadi secara bertahap ;
1. Buta senja (XN)
2. Xerosis konjungtiva (X1A)
3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot
(X1B)
4. Xerosis kornea (X2)
5. Keratomalasia dan ulserasi kornea
(X3A/ X3B)
6. Xeroftalmia Scars (XS)
Pencegahan Xerofthalmia
• 1. Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
• 2. Bagi yang memiliki bayi dan anak
disarankan untuk mengkonsumsi vitamin A
dosis tinggi secara periodik, yang didapatkan
umumnya pada Posyandu terdekat.
• 3. Segera mengobati penyakit penyebab atau
penyerta
• 4. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi
buruk
• 5. Memberikan ASI Eksklusif
• 6. Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A (<30
hari) 200.000 SI
• 7. Melakukan Imunisasi dasar pada setiap
bayi
Pengobatan
a. Berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
atau 100.000 IU Vitamin A injeksi.
b. Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin
A secara oral
c. 1 – 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU
Vitamin A secara oral
d. Obati penyakit infeksi yang menyertai
e. Obati kelainan mata, bila terjadi
f. Perbaiki status gizi
Pemeriksaan fisik :
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau
gejala klinis dan menentukandiagnosis serta
pengobatannya, terdiri dari :
a. Pemeriksaan umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakitpenyakit yang terkait langsungmaupun tidak
langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi
buruk, penyakit infeksi, dan kelainan fungsi hati.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan
mata
untuk
melihat
tanda
Xeroftalmia dengan menggunakansenter yang
terang. (Bila ada, menggunakan loop.)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnose
kekurangan vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tandatanda khasKVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan
bahwa anak tersebutrisiko tinggi untuk menderita KVA.
Peneriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol.
Biladitemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut
menderita KVAsub klinis.
Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk
mengetahuipenyakit lain yang dapat memperparah seperti pada :
• pemeriksaan darah malaria
• pemeriksaan darah lengkap
• pemeriksaan fungsi hati
• pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia
atau TBC
• pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi
cacingserta
• pemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit
penyerta.
Pathway
Defisiensi Vit
A
Kekeringan pada
Retina
Resiko tinggi
terhadap
cedera
Perubahan
Penglihatan pada
senja hari
Ancietas
Ancaman kehidupan
Impuls yang masuk tidak ditangkap
dengan baik oleh retina dan
diteruskan ke saraf Optik
Gangguan adaptasi gelap
Gangguan sensori Persepsi
Penglihatan
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Identitas Pasien
•
•
•
•
•
•
•
Nama anak
Umur anak
Jenis kelamin
Jumlah anak dalam keluarga
Jumlah anak balita dalam keluarga
Anak ke berapa
Berat Lahir : Normal / BBLR
b. Identitas Penanggung Jawab
•
•
•
•
•
Nama ayah / ibu
Alamat/tempat tinggal
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Lanjutan ...
2. Keluhan Penderita
a. Keluhan Utama
Pasien akan mengeluh biasanya penglihatan rabun atau Ibu mengeluh
anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja) atau ada
kelainan pada matanya. Kadang kadang keluhan utama tidak berhubungan dengan kelainan pada mata
seperti demam.
b. Keluhan Tambahan
• Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya?
• Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?
3.
4.
5.
6.
7.
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Penyakit yang diderita sebelumnya
Kesehatan Keluarga
Tumbuh kembang
Imunisasi
nutrisi
Lanjutan ...
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Dampak Hospitalisasi
Riwayat Pola makan anak
Aktivitas / Istirahat
Neurosensori
Nyeri / kenyamanan
Integritas Ego
Interaksi Sosial
Pemeriksaan Diagnostik
Lanjutan ...
Pengelompokan Data
A. Data subjektif
•
•
•
•
•
•
•
•
Keluhan perubahan pengelihatan pada senja hari
Perubahan respon biasanya terhadap rangsangan
Tidak bisa memfokuskan kerja dengan dekat
Tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah
Ketidaknyamanan ringan / mata kering
Cemas,marah, defresi, ketakutan dan ragu-ragu
Perasaan kesepian
Ketidaknyamanan dalam situasi sosial
Lanjutan ...
B. Data Objektif
• Kekeringan pada konjungtiva bulbi
• Bagian mata putih timbul bercak seperti buih sabun, kering,
kusam,tegang dan keriput.
• Bagian mata hitam menjadi kering, kusam, keruh, keriput dan
timbul bercak yang mrngganggu pengelihatan
• Peningkatan kepekatan atau kegelisahan
• Isolasi dan penolakan
• Ketidak inginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang lain
• Kontak mata buruk
Analisa Data
Data
N
o
.
1
.
Data Subyektif :
Perubahan respon, biasanya pada
rangsangan
Data Obyektif :
Me ketajaman / Gangguan
penglihatan.
Etiologi
Devisiensi Vit A
Masalah
Gangguan sensori –
persepsi penglihatan.
Kekeringan pada Retina
Influs yang masuk tidak dapat
ditangkap dgn baik oleh retina
dan diteruskan ke syaraf Optik
Gangguan adaptasi gelap
2
.
3
.
Data Subyektif :
Keluhan perubahan penglihatan pada
senja hari
Data Obyektif :
Mata hitam menjadi kering, kusam,
keriput dan timbul bercak yang
mengganggu penglihatan
Data Subyektif :
Menyatakan masalah tentang
perubahan hidup
Data Obyektif :
Ketakutan.
Ragu-ragu.
Devisit Vit A
Resiko tinggi terhadap
Cedera
Perubahan penglihatan pada
senja hari
Devisi Vit A
Influs yang masuk tidak dapat
ditangkap dgn baik oleh retina
dan diteruskan ke syaraf Optik
Perubahan penglihatan pada
senja hari
Ancaman Kehiupan
Ansietas
Diagnosa dan Intervensi
1. Gangguan sensori –persepsi penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status organ
indra.
Ditandai dengan :
- menurunnya ketajaman , gangguan penglihatan
- perubahan respons biasanya terhadap rangsang
Plaining
Tujuan :
sensori-perseptual : penglihatan tidak mengalami perubahan.
dengan kriteria :
- meningkatnya ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
- mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan - mengidentifikasi /
memperbaiki potensial bahaya dalm linkungan.
Lanjutan ...
Intervensi atau tindakan
1. Kaji ketajaman penglihatan
R/ untuk mengetahui ketajaman penglihatan klien dan member penglihatan menurut ukuran
yang baku.
2. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
kehilangan penglihatan.
R/ sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan kehilangan penglihatan sebagian atautotal.meskipun keh
ilangan penglihatan telah terjadi tidak dapatdiperbaiki meskipun dengan
pengobatan kehilangan lanjut dapat dicegah.
3. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasan penglihatan.
Contoh: kurangi kekacauan, atur perabot, perbaiki sinar yang suram dan masalah
penglihatan malam.
R/ menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar
lingkungan.
4. Kolaborasi
a. Test adaptasi gelap
R/ untuk mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari fungsi penglihatan klien.
b. Pemeriksaan kadar vitamin A dalam darah.
R/ untuk mengetahui keadaan defisiensi keadaan vitamin Adalama darah sebagai pemicu
terjadinya penyakit xeroftalmia.
c. Pemberian obat sesuai indikasi :
Pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu vitamin Aoral 50.000 – 75.000 IU/kg BB
tidak lebih dari 400.000 -500.000 IU.
R/ pemberian vitamin A dosis terapeutik dapat mengatasi gangguan penglihatan tahap dini.
Dengan memberikan dosis vitamin secara teratur dapat mengembalikan perubahan
penglihatan pada mata.
Lanjutan ...
2. Resiko tinggi terhadap cedera b / d
keterbatasan penglihatan. Ditandai dengan :
- mata hitam menjadi kering,kusam, keruh, keriput, dan timbul bercak
yangmengganggu penglihatan.
- keluhan penglihatan pada senja hari
Planning
Tujuan : cedera tidak terjadi
Dengan kriteria:
- klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi / tindakan
1. Orientasikan klien dengan lingkungan sekitarnya.
R/ meningkatkan pengenalan terhadap lingkungannya.
2. Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan mainan kepada klien yang mudah pecah
seperti kaca dan benda-benda tajam.
R/ menghindari pecahnya alat mainan yang dapat mencederai klien atas benda tajam
yang dapat melukai klien.
3. Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat yang sentral dari
pandangan klien.
R/ memfokuskan lapang pandang dan menghindari cedera.
Lanjutan ...
3. Ansietas b / d faktor fisiologis.
Ditandai dengan :
- Perubahan status kesehatan: kemungkinan/kenyataan
- Kehilangan penglihatan
Planning
Tujuan: klien akan mengungkapkan bahwa kecemasan sudahberkurang /
hilang
Dengan kriteria :
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapatdiatasi
- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
- Menggunakan sumber secara efektif
Lanjutan ...
Intervensi / Tindakan
1. Kaji tingkat ansietas, timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat
ini.
R/ faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial
siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medicuntuk mengontrol
terapi yang diberikan.
2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan
tambahan.
R/ menurunkan ansietas sehubungan denganketidaktahuan / harapan yang
akan dating dan berikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi
tentang pengobatan.
3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikanperasaan.
R/ memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasinyata,
mengkelarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.
R/ meberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalammenghadapi
maslah.
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan sesuai
dengan intervensi.
Evaluasi Keperawatan
a . Ketajaman penglihatan klien dalam batas
normal.
b. Klien dapat mengenal gangguan sensori
dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Klien dapat memperbaiki potensial bahaya
dalam lingkungan.
d. Klien dapat menyatakan pemahaman faktor
yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
e. Klien dapat menyatakan pemahaman kondisi
atau proses penyakit dan pengobatan.