POWER POINT KIRANA - FKIP UNIDAR AMBON

Download Report

Transcript POWER POINT KIRANA - FKIP UNIDAR AMBON

HASIL PENELITIAN
ANALISIS KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT
(Eucheuma cottoni) DI PERAIRAN DUSUN WAEL
OLEH
KARIANA AENI
200814002
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM
AMBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sumber daya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan
sebutan ganggang laut. Salah satu dari jenis laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah rumput laut
(Eucheuma cottoni) di wilayah pantai.
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan..
Di perairan dusun Wael Seram Bagian Barat membudidayakan rumput laut banyak dilakukan oleh nelayan.
Budidaya rumput laut secara vertikal memiliki peluang yang sangat besar mengingat kondisi perairan di wilayah seram
bagian barat sangat besar untuk pengembangan budidaya rumput laut. Keadaan inilah yang menjadi latar belakang
penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis kandungan karbohidrat pada karaginan dari rumput
laut (Eucheuma cottoni) di perairan dusun Wael.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang terjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
berapa banyak kandungan karbohidrat pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
karbohidrat pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Umum Tentang Rumput Laut
Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati (salah satu sumber daya dapat pulih yang terdiri atas flora
dan fauna) yang terdapat diwilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui diperairan yang
berasosiasi dengan keberadaan ekosistim terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir
dan karang mati. Beberapa daerah pantai dibagian selatan jawa dan pantai barat dan Sumatra, rumput laut banyak
ditemui hidup diatas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. (M. Ghufran, 2010).
2.1.1. Morfologi Rumput Laut
Bentuk morfologi dari kappaphycuss alvarenzii tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar,
batang, dan daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang
berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistim percabangan ada
yang tampak sederhana berupa filament dan ada pula yang berupa percabangan kompleks. Jumlah setiap percabangan
ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena mempunyai girigi dan bintik-bintik
kasar. Kappaphycuss alvarenzii memiliki permukaan licin, berwrna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning, atau merah
ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. kappaphycuss alvarezii tumbuh melekat kesubtrat dengan alat perekat berupa
cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah
kearah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk
(Aslan,1995).
2.1.2. Klasifikasi Rumput Laut
Klasifikasi menurut Bold dan Wyne (1985).
Kingdom : Plantae
Divisio
: Phaeophyta
Class
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Familli
: Sargassaceae
Genus
: Sargassum.
2.2. Deskripsi Umum Tentang Karaginan
Karaginan adalah getah rumput laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut merah dapat menggunakan
air panas pada temperatur tinggi. Karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan komponen yang
lain.
2.2.1. Struktur Kimia Karaginan
Stuktur kimia karaginan ini dibedakan berdasarkan jenis karaginannya. Dimanan jenis-jenis karaginan tersebut
adalah:
1. Iota karaginan (I-karaginan)
2. Kappa karaginan (K-karaginan)
3. Lambdan karaginan (λ-karaginan)
2.2.2. Biosintesa Karaginan
Berdasarkan proses biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut
oxylipin. Melalui senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolisme sekunder diproduksi. Alga merah mengandung
senyawa trepenoid berhalogen dan senyawa asetogenin dengan unsur halogen utamanya yaitu bromine.
2.2.3. Manfaat Karaginan
Manfaat karaginan di industri makanan dalam sistim susu sudah dikenal dan dipelajari selama bertahun-tahun.
Berinteraksi sinergis dengan protein susu, terutama kasein, untuk menghasilkan peningkatan viskositas dan gelasi.
Salah satu aspek dari reaktivitas susu karaginan dalam sistem non-gel adalah kemampuannya untuk menghambat
visual vase pemisah antara kasein dan polisakarida yang terjadi mudah karena ketidak cocokan biopolimer stabilisator
polisakarida perlu untuk ditambahkan keproduk susu untuk meningkatkan produk fungsionalitas. (D, Basmal J,
Nurochmawati. 2005).
2.3. Proses Pembuatan Karaginan
Pembuatan karaginan ini dapat dilakukan secara kimia atau biologis. Akan tetapi jika berbicara tentang
karaginan tentunya proses yang dipakai adalah secara kimia.dengan mengunakan memasak yang mampu
menghancurkan rumput laut dan selanjutnya dikeringkan lanjut menjadi karaginan. Langkah-langkah pembuatan
karaginan berbahan rumput laut yang kering sebagai berikut:
(Rumput laut yang kering) ditimbang
dicuci
di masak
disaring
dikeringkan
karaginan
analisis kandungan karbohidrat.
2.4. Karbohidrat
Nama lain karbohidrat adalah sakarida berasal dari bahasa arab “sakkar” artinya gula. Karbohidrat sederhana
mempunyai rasa manis sehingga dikatakan dengan gula, melihat struktur molekulnya lebih tepat didevenisikan sebagai
suatu polihidroksialdehid atau polihidroksilketon, contoh glukosa, adalah suatu polihidroksil aldehid karena
mempunyai 1 gugus aldehid dan 5 gugus hidroksil (OH).
2.4.1. Fungsi karbohidrat
1. Sumber Energi.
2. Pemberi rasa manis pada makanan
2.4.2. Jenis-jenis karbohidrat
1.Monosakarida
2.Disakarida
3. Polisakarida
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Tipe Penelitian
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen guna menganalisis kandungan karbohidrat pada
karaginan dari rumput laut.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dua tempat:
1) Pengambilan sampel dilakukan di dusun Wael.
2) Pembuatan dan analisis kandungan karbohidrat dilaksanakan di laboratorium BARISTAND Ambon. Waktu
Penelitian
2. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 22-30 November 2012.
3.4. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat untuk pembuatan karaginan yaitu:
a. Neraca analitik
b. Panci
c. Kompor
d. Saringan
e. Oven.
Alat untuk analisis kandungan karbohidrat:
Prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu 2+ menjadi Cu1+. Kelebihan Cu2+
dapat dititar secara iodometri.
Peralatan
a. Neraca analitik
b. Elenmeyer 500 ml
c. Pendigin tegak
d. Labu ukur 500 ml
e. Corong
f. Pipet gondok 10,25 ml
g. Pemanas listrik
h. Stop wateh
i. Gelas ukur
j. Buret
k. Pipet tetes
2. Bahan
a. Bahan untuk pembuatan karaginan
a) Rumput yang sudah kering
b) KOH 0,05 %
c) KCl 0,1 %
d) Aquades
b. Bahan untuk analisis kandungan karbohidrat
Pereaksi
a) Asam klorida
b) Natrium hidroksida, NaOH 30%
c) Kertas lakmus
d) Indikator fenoftalein (p.p)
e) Larutan luuf.
3.4.
Prosedur Kerja
1. Proses pembuatan karagina.
a. Menimbang rumput laut kering sebanyak 250 gram
b. Rumput laut dicuci dengan air sampai bersih
c. Memasak rumput laut selama 1 jam dengan menggunakan KOH 0,05% atau 20 gram dengan menggunakan air
sebanyak 20 liter sampai rumput lautnya hancur lalu disaring.
d. Hasil saringan dimasak kembali dengan menggunakan KCl sebanyak 0,1 % atau 40 gram kemudian dimasak lagi
selama 2 jam sampai rumput lautnya benar-benar hancur lalu disaring.
e. Hasil saringan di masukkan kedalam pan-pan penjendal.
f. Dikeringkan dibawah sinar matahari atau mengunakkan oven pada suhu 50 oC.
g. Setelah kering, di analisis kandungan karbohidratnya.
2. Proses analisis kandungan karbohidrat.
a. Timbang seksama kurang lebih 5 gram cuplikan kedalam elenmeyer 500 ml.
b. Tambahkan 200 ml larutan HCl 3% didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak.
c. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana larutan
agar sedikit asam.
d. Pindahkan isinya ke dalam labu ukur 500 ml dan impitkan hingga tanda garis, kemudian disaring.
e. Hasil saringan dimasukkan ke dalam elenmeyer 500 ml, dan tambahkan 25 ml larutan luff dengan pipet 10 ml
dan beberapa butiran bauh didih serta 15 ml air suling.
f. Panaskan campuran tersebut dengan suhu yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3
menit (gunakan stop watch), didihkan terus selama tepatb 10 menit (dihitung dari saat mulai mendidih dan
gunakan stop watch) kemudian dengan cepat didinginkan dalam bak berisi es.
g. Setelah dingin tambahkan 15 ml larutan KI 20 % dan 25 ml H2SO4 20 % perlahan-lahan.
h. Titar secepatnya dengan larutan tio 0,1 N (gunakan petunjuk larutan kanji 0,5 %)
i. Prosedur yang sama dilakukan juga untuk larutan blangko.
3.5.
Teknik Analisis Data
Perhitungan:
(Blangko-penitar) x N tio x 10. Setara dengan terusi yang tereduksi. Kemudian lihat dalam daftar luff schoorl berapa
mg gula yang terkandung untuk ml tio yang dipergunakan.
W1 x Fp
Kadar glukosa =
x 100%
W
Dimana:
W
= Bobot cuplikan dalam mg
W1 = Glukosa yang terkandung untuk ml tio yang dipergunakan dalam mg dari dafrat.
Fp
= Faktor pengenceran.
SNI 01-2891-1992 (makanan dan minuman).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh meliputi hasil analisis kandungan kaborhidrat dan galaktosa pada karaginan dari
rumput laut di perairan dusun Wael. Hasil analisis kandungan karbohidrat pada karaginan dari rumput laut diperoleh
melalui laporan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium BARISTAND Ambon. Sementara kandungan
galaktosa pada karaginan dari rumput laut diperoleh melalui laporan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Berikut ini akan diuraikan laporan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium BARISTAND Ambon dan
laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta terkait dengan pengujian
kandungan karbohidrat dan galaktosa pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael.
4.1.1. Analisis Kandungan Karbohidrat pada Karaginan dari Rumput Laut di Perairan Dusun Wael
Berdasarkan laporan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium BARISTAND Ambon menunjukkan bahwa
kandungan karbohidrat pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael relatif sedikit. Selengkapnya laporan
hasil pengujian kandungan karbohidrat pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Karbohidrat dalam Sampel Karaginan dari Rumput Laut
Kode Sampel
Ulangan
Berat Sampel (Gram)
Kandungan Karbohidrat (%)
P1
I
5,1296
7,11
P2
II
5,1296
7,00
Rata-rata
Ket:
P1 = perlakuan ke-1
P2 = perlakuan ke-2
7,055
Hasil penyajian tabel 4.1. di atas menggambarkan bahwa hasil analisis karbohidrat dalam sampel karaginan dari
rumput laut di perairan dusun Wael menunjukkan rata-rata kandungan karbohidrat sebesar 7,055%.
4.1.2. Analisis Kandungan Galaktosa pada Karaginan dari Rumput Laut di Perairan Dusun Wael
Berdasarkan laporan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hasilnya menunjukkan bahwa kandungan galaktosa pada karaginan dari rumput
laut di perairan dusun Wael relatif sedikit. Selengkapnya laporan hasil pengujian kandungan galaktosa pada karaginan
dari rumput laut di perairan dusun Wael disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Galaktosa dalam Sampel Karaginan dari Rumput Laut
Kode Sampel
Parameter Uji
Berat Sampel (Gram)
Hasil (ppm)
Metode
Karaginan
Galaktosa
2,0037
< 2,80
HPLC
Batas deteksi Galaktosa = 2,80 ppm
Hasil penyajian tabel 4.2 di atas menggambarkan bahwa hasil analisis galaktosa dalam sampel karaginan dari
rumput laut di perairan dusun Wael menunjukkan kandungan galaktosa < 2,80 ppm.
4.2. Pembahasan
Hasil analisis yang diperoleh melalui pengujian di laboratorium BARISTAND Ambon menunjukkan bahwa
kandungan karbohidrat pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael retalif rendah yang ditandai dengan
rata-rata kandungan karbohidrat sebesar 7,055%. Selain itu, hasil analisis yang dilakukan di laboratorium Penelitian
dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menunjukkan bahwa kandungan galaktosa pada
karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael juga relatif rendah yang ditandai kandungan galaktosa < 2,80 ppm.
Faktor yang menyebabkan rendahnya kandungan karbohidrat dan galaktosa pada karaginan dari rumput laut di
perairan dusun Wael terletak pada rumput laut yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Dimana proses pengambilan
rumput laut di perairan dusun Wael sebagai bahan karaginan tidak diperhatikan dengan baik. Sehingga kondisi inilah
menyebabkan kandungan karbohidrat dan galaktosa pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael relatif
rendah. Dengan demikian untuk menjamin kualitas karaginan dari rumput laut, maka cara pengambilan rumput laut
harus diperhatikan dengan baik karena pada prinsipnya kualitas karaginan dari rumput laut tergantung pada rumput
laut.
Rumput laut yang berkualitas adalah rumput laut yang memiliki kondisi lingkungan yang mendukung
pertumbuhannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Aslan dalam Anggadiredja dkk (1993) yang menyatakan bahwa
karaginan yang dihasilkan oleh suatu sepesis rumput laut sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang mendukung
pertumbuhan rumput laut tersebut. Daya dukung lingkungan yang optimum terhadap pertumbuhan rumput laut sangat
dipengaruhi oleh lokasi dan waktu tanam rumput laut. Hal ini terkait dengan ketersediaan nutrisi dan kondisi
lingkungan yang sangat variatif dan fluktuatif dari waktu ke waktu sepanjang tahun. Mengingat ketersediaan nutrisi
dan kondisi lingkungan di laut sangat sulit dimodifikasi, maka pertumbuhan rumput laut sepenuhnya tergantung pada
ketersediaan nutrisi dan kondisi lingkungan saat budidaya. Dengan demikian, maka lingkungan suatu spesies rumput
laut bervariasi, tergantung lokasi dan waktu tanam rumput laut tersebut.
Selain lokasi dan waktu tanam, lama tanam juga mempengaruhi karaginan, baik secara kuantitas maupun
kualitas. Hal ini dapat dipahami, mengingat karaginan merupakan produk fotosintesis, yang kuantitas dan kualitasnya
sangat tergantung pada lama proses tersebut berlangsung dan lama penimbunan karaginan di sel thalus rumput laut.
Karena itu, sudah dapat dipastikan bahwa kadar dan kualitas karaginan dipengaruhi oleh waktu panen rumput laut
(Aslan dalam Anggadireja dkk., 1993).
Dengan demikian untuk menjamin kualitas kariginan dari rumput laut di perairan dusun Wael, maka lokasi dan
waktu tanam serta waktu panen rumput laut diperhatikan dengan baik, sehingga kandungan karbohidrat dan galaktosa
yang dihasilkan dari karaginan rumput laut dapat memberikan hasil yang maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa kandungan
karbohidrat pada karaginan dari rumput laut di perairan dusun Wael relatif rendah yang ditandai dengan rata-rata
persentase kandungan karbohidrat sebesar 7,055%. Hasil analisis ini dibuktikan melalui uji laboratorium.
5.2. Saran
1. Mencermati kandungan karbohidrat yang terkandung di dalam karaginan dari rumput laut yang diteliti relatif
rendah, maka untuk memperoleh kualitas kariganan yang berkualitas hendaknya kondisi lingkungan yang
mendukung pertumbuhan rumput laut serta umur panen rumput laut diperhatikan dengan baik.
2. Perlu dilakukan pengujian terhadap kandungan zat-zat yang terdapat pada kariginan dari rumput laut.